Lampung (18/7). Usaha keripik lokal asal Lampung “Keripik Ante” kini sukses menembus pasar nasional, bahkan sempat diekspor ke Taiwan. Di balik keberhasilannya, tersimpan kisah perjuangan panjang owner “Keripik Ante” Riduwan, yang memulai usaha sejak 2005 bersama istrinya.
“Awalnya kami coba-coba berbagai jenis keripik seperti pisang, mantang, talas, dan singkong. Ternyata pasar lebih menerima keripik singkong, meski sempat jatuh bangun karena kualitas produk belum baik,” ujar Riduwan pada tayangan “Padamu Negeri LDII TV” .
Bisnis ini lahir setelah usaha ikat pinggang yang ia jalankan mandek. Akibat tak mampu bersaing dengan produk impor. Riduwan lalu terinspirasi dengan hasil masakan istrinya, yang memiliki keahlian memasak kuliner khas Minang. “Almarhum orangtua menyarankan usaha keripik saja. Dan ternyata pasar merespons baik,” lanjutnya.
Nama “Ante” sendiri, tambahnya, diambil dari nama panggilan istrinya, yang kebetulan saat itu bersamaan dengan populernya nama stasiun televisi swasta Anteve. “Banyak yang mengira kami bagian dari Anteve, padahal itu hanya doa dan kebetulan saja,” ujarnya.
Namun perjalanan menuju sukses tidak mulus. Riduwan mengaku pernah mengalami kerugian di awal produksi, akibat salah memilih jenis singkong dan cabai yang digunakan. “Kami sempat goreng dua karung singkong hasilnya jelek, tidak bisa dijual, bahkan harus dibuang,” ungkapnya.
Kini, Keripik Ante telah berkembang pesat, memproduksi 3–4 ton keripik per hari. Produk mereka tersebar luas di ritel nasional seperti Indomaret, Alfamart, Chandra Supermarket, hingga Ranch Market di Jakarta. Di tahun 2020, Keripik Ante menerima penghargaan dari Balai Pengembangan Produktivitas Daerah dan dinobatkan sebagai UMKM dengan kontribusi pajak besar di Lampung.
Usaha ini juga memberi dampak sosial signifikan bagi lingkungan sekitar. “Pernah kami libur produksi 10 hari, warga bilang kampung jadi sepi. Bahkan sempat ada kejadian pencurian motor karena suasana berubah. Artinya, usaha ini bukan cuma untuk kami, tapi bermanfaat juga untuk lingkungan,” katanya.
Riduwan berharap, keberhasilan Keripik Ante bisa menjadi inspirasi pelaku UMKM lainnya, untuk tetap konsisten dan tidak mudah menyerah. “Modal utama itu bukan hanya uang, tapi keyakinan, keterampilan, dan kesabaran. Kami pun baru mulai stabil di bulan kedelapan sejak merintis pertama kali usaha keripik. Jangan mudah mutung,” pesannya.
Selain fokus pada kualitas produk, Riduwan juga menekankan pentingnya menjaga hubungan baik dengan para pedagang. “Pendagang itu bukan cuma ambil barang dari kita, mereka juga butuh komunikasi. Kalau kita dekat, mereka akan lebih semangat jualin produk kita,” ujarnya.