Surabaya (5/9). Kemerdekaan Indonesia merupakan hasil perjuangan kolektif, bukan milik orang perorang, satu golongan, agama, atau suku. Komitmen kebangsaan ini harus terus dijaga bersama. Hal tersebut disampaikan Ketua DPW LDII Jatim Amrodji Konawi saat Dialog Kebangsaan dalam acara Muswil X LDII Jatim pada 30-31 Agustus 2025 bertempat di Gedung Serba Guna (GSG) Sabilurrosyidin, Surabaya.
Ia mengajak umat Islam untuk menempatkan diri secara bijak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dengan merujuk pada nilai-nilai Al-Qur’an. Amrodji menegaskan, LDII selalu berkomitmen untuk menjaga persatuan dan kebersamaan dalam wadah Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang diibaratkannya sebagai kapal besar yang membawa perjalanan bangsa.
“LDII sama dengan ormas lain, kita semua bersaudara. Dengan umat lain pun kita harus berbuat adil, karena itu perintah Allah. Mari kita rawat kebersamaan demi keutuhan bangsa dan negara,” tegas Amrodji.
Sementara itu, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim, KH. Sukadiono, menyoroti pentingnya visi ormas Islam dalam membangun kesejahteraan umat. Menurutnya, Muhammadiyah memiliki visi besar yang disebut Islam Berkemajuan, yang memiliki tiga syarat.
“Pertama, Islam yang adaptif terhadap perkembangan zaman. Era digital ini, ormas Islam harus bisa mengikuti perkembangan teknologi. Saya melihat LDII sudah cukup adaptif, terlihat dari sisi digitalisasi yang mereka jalankan,” jelasnya.
Sukadiono yang juga menjelaskan syarat kedua adalah Islam yang inovatif dan kreatif. Ia menerangkan ormas islam, tidak boleh terjebak dalam rutinitas lama. Harus ada kemampuan untuk menciptakan solusi baru menghadapi tantangan masa kini. Ketiga, Islam yang kolaboratif. Ormas islam tidak bisa berjalan sendiri. Kita tidak mungkin menjadi oposisi terus-menerus.
“Kita harus beradaptasi, berkolaborasi, dan mendukung siapapun yang terpilih menjadi pemimpin bangsa. Ormas Islam harus menjaga kedamaian, keamanan, dan ketertiban negeri. Konflik hanya akan merugikan umat. Muhammadiyah menolak hal-hal yang bertentangan dengan agama, termasuk LGBT, tetapi kita tetap harus bekerja sama dalam hal kebaikan dan ketakwaan,” tegasnya.
Guru Besar Universitas Muhammadiyah Surabaya tersebut juga menekankan pentingnya amal usaha serta kerjasama lintas ormas Islam, termasuk dengan NU dan LDII, sebagai implementasi Islam Wasathiyah.
Selaras dengan KH. Sukadiono, Sekretaris MUI Jatim, KH.Hasan Ubaidillah juga menekankan pentingnya Islam Wasathiyah atau Islam moderat sebagai jati diri umat Islam Indonesia. Ia menjelaskan Wasathiyah adalah pertengahan, tidak condong ke kiri atau ke kanan.
“Inilah identitas Islam rahmatan lil alamin yang paling nyata, dan cerminan itu ada di Indonesia dan sebagai umat Rasulullah harus bisa meneladani akhlakul karimah. Ini terlihat dari kesantunan para peserta LDII yang hadir bisa dijadikan sebagai contoh nyata cerminan Islam wasathiyah,” ujarnya
Hasan menyoroti dinamika ekonomi nasional saat ini yang diperkirakan mengalami defisit anggaran sebesar 2,5% terkait Nota Keuangan dan RUU APBN 2026. Kodisi tersebut membuat turunnya Dana Bagi Hasil (DBH) ke daerah, yang mendorong Pemda mencari alternatif lain seperti menaikkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
“Masalahnya, bahkan tanpa kenaikan pajak pun masyarakat sudah merasa berat. Ada daerah yang menaikkan pajak hingga 200–400%. Ini tentu menjadi beban tersendiri bagi rakyat. penerapan nilai-nilai Islam yang moderat menjadi sangat penting agar umat bisa tetap arif dan bijak dalam merespons tantangan negara,” tegasnya.
Hasan yang juga menjabat sebagai Sekretaris PWNU Jatim tersebut menyoroti fenomena sekarang. Seperti seruan pengibaran bendera One Piece saat perayaan kemerdekaan, maraknya isu LGBT, dan tren sound horeg di kalangan anak muda.
“Ketika generasi muda lebih memilih mengibarkan bendera tokoh fiksi ketimbang merah putih, maka kita perlu bertanya: apakah nasionalisme mereka mulai luntur? Begitu juga dengan fenomena LGBT dan sound horeg yang berlebihan, apakah ini mencerminkan nilai bangsa kita?” ungkapnya.
Ia menegaskan bahwa para tokoh agama harus menyikapi persoalan-persoalan tersebut dengan penuh kebijaksanaan (bil hikmah), dengan cara memberikan keteladanan yang baik, menunjukkan akhlak yang mulia, serta mendidik generasi muda agar tetap berada dalam nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin.
“Kita tidak bisa hanya marah atau reaktif, tapi harus memberikan contoh nyata yang bisa menjadi pegangan anak-anak muda dalam menghadapi arus budaya global yang tidak sejalan dengan jati diri bangsa dan agama,” pungkasnya.
Sukses merawat kebersamaan Sukses merawat Indonesia. Bismillah semoga Alloh paring barokah…..Aamiin…..