Bandar Lampung (29/9). DPW LDII Lampung menghelat “Sosialisasi Hasil Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) III LDII Tahun 2025”. Acara tersebut dihelat secara hybrid, dengan studio utama di kantor DPW LDII Lampung, pada Jumat (26/9), diikuti pengurus DPD dan perwakilan pengurus PC dan PAC LDII se-Lampung.
Ketua DPW LDII Lampung, M Aditya mengungkapkan, beberapa hal yang disosialisasikan meliputi pedoman organisasi, program unggulan prioritas dan program bidang pengabdian masyarakat. “Terkait dengan pengabdian masyarakat, kami menegaskan, pentingnya pencegahan dan percepatan penurunan stunting di Indonesia, termasuk di Lampung,” ujarnya.
Aditya menjelaskan, berdasarkan data nasional, prevalensi stunting telah turun di bawah 20 persen pada 2024. “Namun masih ada tantangan besar, untuk mencapai target 14,2 persen pada 2029, dengan jangka panjang, target 5 persen pada 2045,” pungkasnya.
Ia mengatakan, stunting tidak hanya soal tinggi badan anak, tetapi juga terkait dengan masalah gizi buruk. “Bobot badan yang rendah, serta kegemukan. Jika tidak ditangani dengan serius, Indonesia bisa kehilangan momentum bonus demografi, karena kualitas generasi mudanya terancam,” kata Aditya.
Mendukung upaya pencegahan stunting, Aditya mengungkapkan, akan mendukung program cek kesehatan gratis (CKG). “Program ini sangat penting untuk deteksi dini kesehatan dan gizi anak. “Saya mendorong DPD LDII se-Lampung untuk menjalin kerja sama dengan dinas kesehatan di wilayah masing-masing, sehingga program dapat berjalan optimal,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua Biro Pendidikan Umum dan Pelatihan, Eko Dedi Gunawan membahas implementasi kebijakan pengembangan kapasitas sumberdaya manusia, khususnya untuk guru. “Seorang guru harus mampu mengajar dengan baik, sehingga dapat mewujudkan pendidikan yang sehat dan berkualitas,” tuturnya.
Menurutnya, Indonesia saat ini tengah menghadapi kekurangan tenaga kerja dengan keahlian tertentu, sehingga peningkatan kapasitas guru dan tenaga pendidikan menjadi kebutuhan yang mendesak. “Saat ini, ada program penerapan tujuh kebiasaan anak Indonesia sehat, untuk itu kami berharap para guru dapat mendorong para siswa untuk menciptakan suasana belajar yang mindful, meaningful, dan joyful. Sehingga proses pendidikan, tidak hanya mencetak kecerdasan intelektual, tetapi juga karakter yang kuat,” tutupnya.