Lembaga Dakwah Islam Indonesia
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
  • DESAIN GRAFIS
    • Kerja Bakti Nasional 2025 dan 17 Agustus 2025
No Result
View All Result
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
  • DESAIN GRAFIS
    • Kerja Bakti Nasional 2025 dan 17 Agustus 2025
No Result
View All Result
Lembaga Dakwah Islam Indonesia
No Result
View All Result
Home Dari Kami Nasehat

D l o s o r

2025/11/10
in Nasehat
0
Ilustrasi: AI Generated-LINES.

Ilustrasi: AI Generated-LINES.

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

Oleh Faidzunal A. Abdillah, Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan

Dalam budaya Jawa, kata dlosor terdengar begitu sederhana—sekadar duduk menempel lantai, menunduk, atau merebahkan diri ke bumi. Namun di balik makna lahiriahnya, dlosor menyimpan samudra hikmah. Ia bukan sekadar posisi tubuh, melainkan cermin laku batin: merendah, andhap asor, dan membumi. Dlosor adalah seni menundukkan hati tanpa kehilangan harga diri; ia mengajarkan harmoni dalam hubungan antarmanusia dan kesadaran akan tempat kita di hadapan Sang Pencipta.

Sejak dahulu para leluhur menanamkan kebijaksanaan ini dalam ungkapan yang masih bergema indah hingga kini: papan, empan, adepan—tahu tempat, tahu cara, dan tahu waktu. Orang yang mau dlosor tidak meletakkan dirinya di atas orang lain, tetapi juga tidak menafikan martabatnya sendiri. Ia paham kapan berbicara dan kapan mendengar, kapan hadir dan kapan menepi. Dalam dunia yang riuh oleh pamer prestasi dan ajang unjuk diri, sikap dlosor membawa kesejukan yang langka. Ia hadir dalam hal-hal kecil: kata-kata yang lembut, tindakan yang tidak berlebihan, kesediaan memikul tanggung jawab tanpa menuntut pujian.

Warisan spiritual Islam meneguhkan makna luhur ini. Ketika Aisyah r.a. bertanya kepada Rasulullah ﷺ tentang makna ayat “Dan orang-orang yang memberikan apa yang mereka berikan, sedang hati mereka takut (tidak diterima)” (QS. Al-Mu’minun:60), Beliau menjawab:”Bukan mereka yang mencuri atau berbuat dosa, wahai putri Ash-Shiddiq, melainkan mereka yang rajin shalat, berpuasa, dan bersedekah, sementara hati mereka khawatir amalnya tak diterima. Mereka itulah orang-orang yang bersegera dalam kebaikan dan berlomba-lomba melakukannya.” (HR. Ahmad).

سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ عَنْ هَذِهِ الْآيَةِ: ﴿وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ﴾، فَقُلْتُ: أَهُمُ الَّذِينَ يَشْرَبُونَ الْخَمْرَ وَيَسْرِقُونَ؟ فَقَالَ: «لَا، يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ، وَلَكِنَّهُمُ الَّذِينَ يَصُومُونَ وَيُصَلُّونَ وَيَتَصَدَّقُونَ، وَهُمْ يَخَافُونَ أَلَّا يُقْبَلَ مِنْهُمْ. أُو۟لَٰئِكَ يُسَارِعُونَ فِي ٱلْخَيْرَٰتِ وَهُمْ لَهَا سَٰبِقُونَ

Mereka merendah meski telah berbuat banyak, khawatir amalnya tak layak di sisi Allah.

Begitu pula teladan Rasulullah ﷺ dalam keseharian. Dalam sebuah warisan tua, Aisyah r.a. meriwayatkan dengan indah.

عَنْ عُرْوَةَ قَالَ قُلْتُ لِعَائِشَةَ يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِيْنَ أي شَيْءٌ كَانَ يَصْنَعُ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا كَانَ عِنْدَكِ؟ قَالَتْ: “مَا يَفْعَلُ أَحَدُكُمْ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ يَخْصِفُ نَعْلَهُ وَيُخِيْطُ ثَوْبَهُ وَيَرْفَعُ دَلْوَهُ”

Urwah bertanya kepada ‘Aisyah, “Wahai Ummul Mukminin, apakah yang dikerjakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala bersamamu (di rumahmu)?” Aisyah menjawab, “Beliau melakukan seperti apa yang dilakukan salah seorang dari kalian jika sedang membantu istrinya. Beliau mengesol sandalnya, menjahit bajunya dan mengangkat air di ember.” (HR. Ahmad)

Pemimpin semesta ini justru memilih dlosor dalam rumahnya: sederhana, melayani, tanpa jarak.

Pepatah Jawa berkata, endhog pecah dadi manuk, watu pecah dadi kerikil—telur pecah melahirkan kehidupan, batu pecah hanya menjadi butiran. Pepatah ini mengajarkan bahwa kerendahan justru bisa menumbuhkan kekuatan. Demikian pula dengan dlosor: semakin ia menunduk, merunduk, semakin ia mampu menumbuhkan hubungan yang sehat, menenteramkan banyak hati orang lain, dan menebar kebaikan. Kerendahan hati tidak pernah merugikan. Justru, orang yang mau dlosor akan ditinggikan oleh orang lain tanpa ia minta. Dalam terminologi spiritual, semakin seseorang merendah, semakin dekat ia pada sumber kemuliaan sejati. Kerendahan justru menumbuhkan kekuatan. Orang yang mau dlosor akan ditinggikan tanpa ia minta. Rasulullah ﷺ menegaskan: “Tidak ada orang yang merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim).

Laku dlosor bukan tanda minder, melainkan seni merendah tanpa merasa rendah. Seorang tetangga yang rela duduk lesehan bersama warga tanpa menuntut kursi istimewa—itulah dlosor. Seorang pemimpin yang mau turun mendengar keluh kesah rakyatnya tanpa jarak—itulah dlosor. Seorang sahabat yang memilih diam demi menjaga perasaan orang lain meski ia benar—itulah dlosor. Bahkan dalam rumah tangga, suami yang membantu pekerjaan istri, atau istri yang tulus meminta maaf di penghujung hari, semuanya adalah wujud dlosor. Kebijaksanaan universal pun berpadu di sini. Lao Tzu, filsuf Tiongkok, berpesan: “Laut menjadi raja dari semua sungai karena ia merendahkan dirinya di bawah mereka.” Sementara C. S. Lewis mengingatkan: “Kerendahan hati bukan berpikir lebih rendah tentang diri kita, tetapi berpikir lebih sedikit tentang diri kita.”

Zaman modern sering mendorong kita untuk “meninggi”: tampil menawan di media sosial, menunjukkan siapa yang paling pintar, paling kaya, paling sukses, paling hebat. Namun, di balik segala hiruk pikuk itu, hati manusia tetap merindukan ketulusan. Orang tidak selalu butuh kagum; kadang mereka hanya ingin merasa diterima. Inilah ruang tempat dlosor bekerja. Maka, belajar dlosor dan mau dlosori berarti belajar membumikan diri. Tidak lagi terjebak pada ambisi untuk menjadi yang paling bersinar, tetapi rela menjadi cahaya kecil yang menerangi sekitar. Tidak lagi mengejar pengakuan dunia, tetapi cukup berbahagia bila bisa membuat orang lain nyaman dan bahagia.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رضي الله عنهما قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ:الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

Dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Nabi ﷺ bersabda: “Seorang Muslim adalah orang yang kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya.” (HR Al-Bukhari)

Dlosor menuntun kita menjaga lisan dan perbuatan agar tak melukai. Seperti dikatakan Konosuke Matsushita, pendiri Panasonic: “Kesuksesan sejati bukan pada seberapa tinggi kita berdiri, melainkan pada kemampuan kita menunduk ketika perlu.” Pada akhirnya, dlosor dan dlosori bukan sekadar gerak tubuh, melainkan jalan hidup. Laku membumi yang menyadarkan kita bahwa manusia, betapa pun hebatnya, tetaplah tanah yang suatu saat akan kembali ke bumi. Dan justru karena merendah, ia diangkat tinggi oleh Sang Pemilik Ketinggian. Inilah seni merendah yang sesungguhnya meninggikan. Sebagaimana diingatkan Mahatma Gandhi: “Kerendahan hati adalah kunci setiap kebesaran sejati.”

Tags: DlosorMerendahnasehatsederhana

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

DPP LDII

Jl. Tentara Pelajar No. 28 Patal Senayan 12210 - Jakarta Selatan.
Telepon: 0811-8604544

SEKRETARIAT
sekretariat[at]ldii.or.id
KIRIM BERITA
berita[at]ldii.or.id

BERITA TERKINI

  • KH Chriswanto Santoso: Hari Pahlawan Jadi Pijakan Perjuangan Melawan Kemiskinan, Dekadensi Moral, dan Disintegrasi November 10, 2025
  • D l o s o r November 10, 2025
  • LDII Barong Tongkok Kutai Barat Bekali Warga Perawatan Jenazah November 9, 2025

NAVIGASI

  • Home
  • Contact
  • Jadwal Shalat
  • Hitung Zakat
  • Privacy Policy
  • NUANSA PERSADA

KATEGORI

Kirim Berita via Telegram

klik tautan berikut:
https://t.me/ldiibot

  • Home
  • Contact
  • Jadwal Shalat
  • Hitung Zakat
  • Privacy Policy
  • NUANSA PERSADA

© 2020 DPP LDII - Managed by KIM & IT Division.

No Result
View All Result
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
  • DESAIN GRAFIS
    • Kerja Bakti Nasional 2025 dan 17 Agustus 2025

© 2020 DPP LDII - Managed by KIM & IT Division.