Lembaga Dakwah Islam Indonesia
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
  • DESAIN GRAFIS
    • Kerja Bakti Nasional 2025 dan 17 Agustus 2025
No Result
View All Result
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
  • DESAIN GRAFIS
    • Kerja Bakti Nasional 2025 dan 17 Agustus 2025
No Result
View All Result
Lembaga Dakwah Islam Indonesia
No Result
View All Result
Home Artikel Opini

Ibu Rumah Tangga, Pahlawan Lingkungan yang Tak Pernah Disebut

2025/11/14
in Opini
0
Ilustrasi para ibu rumah tangga.

Ilustrasi para ibu rumah tangga.

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

Oleh Sudarsono dan Sri Sartikah*

Koordinator Bidang (Korbid), Penelitian dan Pengembangan (Litbang), Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek), Sumberdaya Alam, dan Lingkungan Hidup (LISDAL), dan Anggota, Departemen Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga (PPKK), Dewan Pimpinan Pusat Lembaga Dakwah Islam Indonesia (DPP LDII)

“Diskusi tentang pengelolaan sampah, kita sering terjebak pada wacana makro, seperti: kebijakan pemerintah, teknologi pengolahan sampah moderen, atau regulasi nasional. Ada garda terdepan penanganan sampah yang sering tidak dikenal dan bekerja dalam diam—ibu rumah tangga. Jika jutaan ibu rumah tangga bergerak, potensi dampaknya dapat lebih dahsyat dari program penanganan sampah nasional. Masih dalam nuansa hari pahlawan, dalam penanganan sampah di rumah, ibu rumah tanggalah sang pahlawan yang terlupa”

Sampah adalah persoalan yang selalu hadir dalam kehidupan sehari-hari. Dari bungkus makanan ringan, kantong plastik belanja, hingga sisa dapur yang menumpuk, semuanya menjadi bagian dari rutinitas yang sering dianggap sepele. Namun, ketika jumlahnya terus bertambah dan sistem pengelolaan kota tidak mampu menampung, sampah berubah menjadi ancaman serius bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat. Tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) semakin menggunung, sungai tersumbat, udara tercemar, dan kualitas hidup menurun.

Di tengah kompleksitas masalah ini, solusi yang paling efektif justru bukan dimulai dari teknologi canggih atau kebijakan besar, melainkan dari hal sederhana: penanganan sampah di sumbernya. Rumah tangga adalah titik awal, dan di dalamnya terdapat sosok yang memegang peran kunci—ibu rumah tangga. Mereka adalah pengatur konsumsi, pengelola dapur, sekaligus pendidik pertama bagi anak-anak. Keputusan kecil yang mereka ambil setiap hari, seperti memilih produk tanpa kemasan berlebih, mengajarkan anak membuang sampah pada tempatnya, atau mengolah sisa makanan menjadi kompos, sesungguhnya adalah langkah besar dalam menjaga bumi.

Ironisnya, peran ibu rumah tangga sering luput dari sorotan. Mereka bukan hanya mengurangi volume sampah, tetapi juga menanamkan karakter disiplin, tanggung jawab, dan kepedulian lingkungan dalam keluarga. Oleh karena itu, membicarakan pengelolaan sampah tanpa menyebut peran ibu rumah tangga adalah sebuah kelalaian. Mereka adalah garda terdepan yang bekerja dalam diam, pahlawan lingkungan yang jarang disebut namun sangat menentukan masa depan bumi. Mereka adalah pahlawan lingkungan sejati.

Peran Strategis Ibu Rumah Tangga

Ibu rumah tangga adalah pengatur utama ritme kehidupan keluarga. Dari dapur hingga ruang tamu, dari belanja harian hingga mendidik anak, hampir semua keputusan domestik melewati tangan mereka. Dalam konteks pengelolaan sampah, posisi ini menjadikanp ibu rumah tangga sebagai aktor strategis yang menentukan arah perubahan.

Keputusan sederhana seperti memilih sayur di pasar tradisional tanpa plastik, membawa tas belanja kain, atau menghindari produk sekali pakai, sesungguhnya adalah langkah nyata dalam mengurangi timbunan sampah. Di dapur, ibu mengelola sisa makanan, kulit buah, dan sayuran yang bisa diolah menjadi kompos. Di ruang keluarga, mereka menanamkan kebiasaan membuang sampah pada tempatnya, memilah organik dan anorganik, serta mengajarkan anak untuk peduli pada kebersihan lingkungan.

Lebih dari sekadar teknis, peran ibu rumah tangga juga menyentuh aspek pendidikan karakter. Anak-anak belajar disiplin, tanggung jawab, dan kepedulian lingkungan dari teladan ibunya. Suami pun terdorong untuk ikut serta ketika melihat konsistensi yang ditunjukkan. Dengan demikian, ibu rumah tangga bukan hanya pengelola sampah, tetapi juga agen perubahan sosial yang membentuk budaya baru di tingkat keluarga.

Jika jutaan ibu rumah tangga menjalankan peran ini secara konsisten, mereka mampu menggerakkan revolusi lingkungan dari ruang terkecil bernama rumah, menjadikan keluarga sebagai basis perubahan, dan lingkungan sebagai penerima manfaat nyata.

Strategi Penanganan Sampah di Sumbernya

Mengelola sampah di sumbernya berarti mengubah kebiasaan sehari-hari menjadi tindakan nyata yang berdampak besar. Ibu rumah tangga, dengan peran sentralnya dalam aktivitas domestik, dapat menerapkan strategi sederhana namun efektif untuk memastikan sampah tidak lagi menjadi beban lingkungan.

Langkah pertama adalah pemilahan sampah sejak awal. Dengan membedakan sampah organik, anorganik, dan B3, proses pengolahan menjadi lebih mudah. Sisa dapur seperti kulit buah dan sayuran bisa langsung diarahkan ke wadah kompos, sementara plastik dan kertas dipisahkan untuk didaur ulang.

Langkah kedua adalah belanja bijak. Membawa tas kain, memilih produk lokal tanpa kemasan berlebih, dan menghindari plastik sekali pakai adalah cara praktis mengurangi timbunan sampah. Keputusan kecil ini, bila dilakukan konsisten, mampu menekan produksi sampah rumah tangga secara signifikan.

Langkah ketiga adalah pengomposan skala rumah tangga. Dengan metode sederhana seperti komposter ember atau lubang biopori, ibu rumah tangga dapat mengubah limbah organik menjadi pupuk alami yang bermanfaat bagi tanaman.

Langkah keempat adalah kolaborasi dengan bank sampah dan komunitas lingkungan. Sampah anorganik yang terkumpul bisa ditukar dengan nilai ekonomi, sekaligus memperkuat solidaritas sosial.

Strategi ini bukan sekadar teknis, melainkan gaya hidup baru. Ketika ibu rumah tangga menjalankan langkah-langkah ini, mereka tidak hanya mengurangi volume sampah, tetapi juga menanamkan kesadaran ekologis dalam keluarga. Dari rumah sederhana, lahirlah revolusi yang mampu mengubah wajah lingkungan.

Karakter Positif yang Terbentuk Melalui Penanganan Sampah

Mengelola sampah di rumah bukan hanya soal menjaga kebersihan, tetapi juga proses membentuk karakter keluarga. Aktivitas sederhana seperti memilah sampah, mengurangi penggunaan plastik, atau mengolah sisa dapur menjadi kompos, sesungguhnya adalah latihan nilai-nilai kehidupan yang sangat penting.

Pertama, lahir disiplin dan tanggung jawab. Konsistensi dalam memilah sampah setiap hari melatih keluarga untuk bertanggung jawab atas dampak konsumsi mereka. Anak-anak belajar bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi, termasuk ketika mereka membuang sampah sembarangan.

Kedua, tumbuh kepedulian lingkungan. Ketika ibu rumah tangga menekankan pentingnya menjaga kebersihan, anak-anak menyerap nilai cinta alam sejak dini. Mereka belajar bahwa bumi bukan sekadar tempat tinggal, melainkan rumah yang harus dijaga bersama.

Ketiga, muncul kreativitas dan inovasi. Sampah yang dianggap tidak berguna bisa diubah menjadi kerajinan tangan, kompos, atau barang daur ulang bernilai ekonomi. Aktivitas ini menumbuhkan imajinasi sekaligus rasa percaya diri.

Keempat, terbentuk kemandirian dan keteladanan. Ibu rumah tangga menjadi contoh nyata bagi keluarga dan tetangga. Ketika mereka konsisten, orang lain terdorong untuk meniru.

Kelima, lahir kerja sama dan solidaritas sosial. Program bank sampah atau kegiatan lingkungan di tingkat RT/RW memperkuat budaya gotong royong.

Dengan demikian, pengelolaan sampah bukan hanya solusi teknis, tetapi juga sarana pendidikan karakter. Dari rumah sederhana, ibu rumah tangga menanamkan nilai-nilai yang akan membentuk generasi peduli, disiplin, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Tantangan yang Dihadapi Ibu Rumah Tangga

Meski peran ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah sangat strategis, jalan yang mereka tempuh tidak selalu mulus. Ada sejumlah tantangan nyata yang membuat usaha mereka sering kali terasa berat. Beberapa tantangan yang dihadapi ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah, antara lain:

Pertama, kurangnya edukasi dan informasi. Tidak semua ibu memiliki akses terhadap pengetahuan tentang cara memilah, mengolah, atau mendaur ulang sampah dengan benar. Sosialisasi dari pemerintah maupun komunitas masih terbatas, sehingga banyak yang belum tahu bahwa langkah kecil di rumah bisa berdampak besar bagi lingkungan.

Kedua, keterbatasan waktu dan tenaga. Ibu rumah tangga sering memikul beban ganda: mengurus rumah, mendidik anak, bahkan membantu ekonomi keluarga. Menambahkan rutinitas pengelolaan sampah kadang dianggap pekerjaan ekstra yang sulit dijalankan secara konsisten.

Ketiga, kurangnya dukungan dari anggota keluarga. Upaya ibu akan lebih ringan jika seluruh anggota rumah tangga ikut terlibat. Namun, kenyataannya masih banyak keluarga yang menyerahkan urusan sampah sepenuhnya kepada ibu, sehingga beban terasa tidak adil.

Keempat, infrastruktur yang belum memadai. Tidak semua wilayah memiliki fasilitas bank sampah, sistem pengangkutan terpisah, atau sarana komposting yang mendukung. Akibatnya, meski ibu sudah memilah sampah, sering kali sampah tersebut tetap bercampur kembali saat diangkut.

Tantangan-tantangan ini menunjukkan bahwa peran ibu rumah tangga tidak bisa berdiri sendiri. Mereka membutuhkan dukungan keluarga, komunitas, dan kebijakan pemerintah agar usaha kecil di rumah bisa berkembang menjadi gerakan besar yang berkelanjutan.

Solusi dan Dukungan yang Diperlukan

Peran ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah memang sangat penting, tetapi agar usaha mereka tidak berhenti di tengah jalan, diperlukan dukungan nyata dari berbagai pihak. Tanpa dukungan, langkah kecil yang dilakukan di rumah bisa terasa berat dan tidak berkelanjutan.

Pertama, pendidikan lingkungan berbasis keluarga. Kampanye dan pelatihan yang menyasar ibu rumah tangga secara langsung akan membantu mereka memahami teknik pemilahan, pengomposan, dan daur ulang dengan cara sederhana. Edukasi ini juga bisa diperluas ke anak-anak, sehingga seluruh keluarga terlibat aktif.

Kedua, penguatan komunitas dan kader lingkungan. Membentuk kelompok ibu peduli sampah di tingkat RT/RW akan menciptakan ruang berbagi pengalaman, saling mendukung, dan menggerakkan warga lain. Ketika ibu-ibu bersatu, gerakan kecil bisa berubah menjadi kekuatan besar.

Ketiga, kebijakan pemerintah yang mendukung. Insentif bagi keluarga yang aktif mengelola sampah, penyediaan fasilitas bank sampah, serta sistem pengangkutan terpisah akan membuat usaha ibu rumah tangga lebih efektif. Kebijakan yang berpihak pada masyarakat adalah kunci keberlanjutan.

Keempat, pemanfaatan teknologi dan media sosial. Platform digital dapat menjadi sarana berbagi inspirasi, tutorial, dan kisah sukses. Dengan begitu, ibu rumah tangga tidak merasa sendirian, melainkan bagian dari gerakan nasional yang lebih luas.

Dengan kombinasi edukasi, komunitas, kebijakan, dan teknologi tepat guna sederhana, peran ibu rumah tangga akan semakin kuat. Mereka tidak hanya menjadi pengelola sampah di rumah, tetapi juga motor penggerak perubahan sosial menuju budaya hidup berkelanjutan sehingga layak disebut pahlawan lingkungan.

Studi Kasus dan Inspirasi Nyata

Di berbagai daerah di Indonesia, sudah banyak kisah inspiratif yang menunjukkan bagaimana ibu rumah tangga mampu menjadi motor penggerak pengelolaan sampah. Mereka mungkin tidak tampil di televisi atau diberi penghargaan resmi, tetapi dampak nyata dari kerja mereka terasa langsung di lingkungan sekitar.

Salah satu contoh datang dari Makassar, di mana komunitas bank sampah yang digerakkan oleh ibu-ibu berhasil menekan volume sampah rumah tangga sekaligus meningkatkan pendapatan keluarga. Dengan sistem sederhana, mereka mengumpulkan sampah anorganik, menukarnya dengan nilai ekonomi, dan menggunakannya untuk kebutuhan sehari-hari. Hasilnya, bukan hanya lingkungan yang lebih bersih, tetapi juga kesejahteraan keluarga yang meningkat.

Di Jawa Tengah, sejumlah ibu rumah tangga menginisiasi program komposting skala rumah tangga. Sisa dapur yang biasanya berakhir di TPA diolah menjadi pupuk organik untuk kebun sayur. Anak-anak mereka ikut terlibat, belajar bahwa sampah bisa menjadi sumber kehidupan baru. Kebiasaan ini menumbuhkan karakter peduli lingkungan sejak dini.

Ada pula kisah dari desa-desa di Bali, di mana ibu rumah tangga menjadi penggerak gerakan “zero waste” lokal. Mereka mengedukasi tetangga untuk mengurangi plastik sekali pakai, membuat kerajinan dari barang bekas, dan membangun solidaritas sosial melalui kegiatan gotong royong.

Di Cilacap, Jawa Tengah, seorang ibu rumah tangga warga LDII menjadi penggiat penanganan sampah melalui pemanfaatan sampah anorganik menjadi kerajinan tangan yang bernilai ekonomi. Dengan jargon “Sampah menjadi indah, sampah menjadi rupiah, sampah menjadi berkah,” Erni Suhaina Nandang menjadi champion dalam pemanfaatan limbah anorganik rumah tangga dan merubahnya menjadi produk daur ulang yang mempunyai nilai ekonomi.

Kisah-kisah ini membuktikan bahwa perubahan besar bisa lahir dari langkah kecil. Ibu rumah tangga, dengan kreativitas dan ketekunan mereka, mampu mengubah sampah menjadi nilai, sekaligus membentuk budaya baru yang lebih berkelanjutan. Dari dapur sederhana ibu rumah tangga, mereka mengajarkan disiplin memilah sampah. Dari ruang keluarga, mereka menanamkan kepedulian lingkungan pada anak-anak. Dari belanja harian, mereka memilih produk yang lebih ramah bumi. Semua keputusan kecil ini, jika dilakukan jutaan kali oleh jutaan ibu, akan melahirkan dampak besar.

Ibu rumah tangga bukan hanya pengelola rumah, tetapi juga pendidik karakter dan agen perubahan sosial. Mereka menanamkan nilai tanggung jawab, solidaritas, dan kreativitas melalui praktik sederhana sehari-hari. Dengan dukungan keluarga, komunitas, dan kebijakan pemerintah, peran mereka bisa semakin kuat. Revolusi hijau tidak harus dimulai dari gedung besar atau laboratorium canggih; ia bisa lahir dari rumah kecil yang penuh cinta dan kepedulian.

Sudah saatnya kita menyebut ibu rumah tangga apa adanya: pahlawan lingkungan yang tak pernah disebut. Mengangkat peran ibu rumah tangga berarti mengakui bahwa masa depan bumi bergantung pada kebiasaan sederhana yang mereka tanamkan setiap hari. Jika kita memberi ruang, dukungan, dan penghargaan, maka pengelolaan sampah bukan lagi sekadar wacana, melainkan gerakan nyata yang tumbuh dari akar masyarakat.

Peran strategis ibu rumah tangga dalam mengatasi sampah dari sumbernya sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG), terutama SDG 5. Kesetaraan gender, SDG 3. Kehidupan yang sehat dan Sejahtera, dan SDG 12. Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab.

*) Prof. Dr. Sudarsono, M.Sc., adalah Koordinator Bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang), Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek), Sumberdaya Alam, dan Lingkungan Hidup (LISDAL), Dewan Pimpinan Pusat Lembaga Dakwah Islam Indonesia (DPP LDII).

Ir. Hj. Sri Sartikah, adalah anggota Departemen Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga DPP LDII.

Tags: ibu rumah tanggaIr. Hj. Sri SartikahPahlawan LingkunganProf. Dr. SudarsonoSDG12 Konsumsi dan Produksi Bertanggung JawabSDG3 Kehidupan yang sehat dan SejahteraSDG5 Kesetaraan gender

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

KOMENTAR TERKINI

  • Sobri on LDII Sumsel Terima Bantuan Mobil Ambulance dari Gubernur Herman Deru
  • Yoyok Sugiantoro on Rayakan Hari Pahlawan, LDII dan Ponpes Wali Barokah Kediri Gelar “Gowes Bahagia Bersama”
  • Abih Faqih on Pererat Kolaborasi, LDII Dlingo Jalin Silaturahim dengan Pengurus LDII Playen dan Patuk
  • Rini widyaa on Tri Widayati Putri Tekuni Rumput Laut, Lahirlah Pelembap Wajah Alami
  • Daryanto on Saatnya Bumi Menanti Pahlawan Hijau Melawan Perubahan Iklim
  • Trending
  • Comments
  • Latest
LDII Sumsel Terima Bantuan Mobil Ambulance dari Gubernur Herman Deru

LDII Sumsel Terima Bantuan Mobil Ambulance dari Gubernur Herman Deru

November 9, 2025
Tri Widayati Putri Tekuni Rumput Laut, Lahirlah Pelembap Wajah Alami

Tri Widayati Putri Tekuni Rumput Laut, Lahirlah Pelembap Wajah Alami

November 11, 2025
BPBD Karawang Sosialisasikan Mitigasi Bencana kepada Santri Ponpes Sumber Barokah

BPBD Karawang Sosialisasikan Mitigasi Bencana kepada Santri Ponpes Sumber Barokah

November 9, 2025
Milad ke-120, Syarikat Islam Tekankan Penguatan Ekonomi Umat dan Kolaborasi Antarormas

Milad ke-120, Syarikat Islam Tekankan Penguatan Ekonomi Umat dan Kolaborasi Antarormas

November 9, 2025
Tri Widayati Putri Tekuni Rumput Laut, Lahirlah Pelembap Wajah Alami

Tri Widayati Putri Tekuni Rumput Laut, Lahirlah Pelembap Wajah Alami

9
LDII Gunungkidul Perkuat Peran Ibu Bangun Ketahanan Keluarga di Era Digital

LDII Gunungkidul Perkuat Peran Ibu Bangun Ketahanan Keluarga di Era Digital

5
LDII Sumsel Terima Bantuan Mobil Ambulance dari Gubernur Herman Deru

LDII Sumsel Terima Bantuan Mobil Ambulance dari Gubernur Herman Deru

5
Lindungi Generasi Muda, LDII dan Polsek Rio Pakava Sosialisasikan Bahaya Narkoba

Lindungi Generasi Muda, LDII dan Polsek Rio Pakava Sosialisasikan Bahaya Narkoba

4
Ibu Rumah Tangga, Pahlawan Lingkungan yang Tak Pernah Disebut

Ibu Rumah Tangga, Pahlawan Lingkungan yang Tak Pernah Disebut

November 14, 2025
LDII Dukung Terwujudnya Generasi Sehat Menuju Indonesia Emas 2045 di Momentum HKN ke-61

LDII Dukung Terwujudnya Generasi Sehat Menuju Indonesia Emas 2045 di Momentum HKN ke-61

November 14, 2025
SMP Generasi Unggul Helat Upacara Peringatan Hari Pahlawan

SMP Generasi Unggul Helat Upacara Peringatan Hari Pahlawan

November 14, 2025
LDII Jabar Gelar Pasar Murah, Warga Jatinangor Tebus Sembako Hanya Rp20 Ribu

LDII Jabar Gelar Pasar Murah, Warga Jatinangor Tebus Sembako Hanya Rp20 Ribu

November 14, 2025

DPP LDII

Jl. Tentara Pelajar No. 28 Patal Senayan 12210 - Jakarta Selatan.
Telepon: 0811-8604544

SEKRETARIAT
sekretariat[at]ldii.or.id
KIRIM BERITA
berita[at]ldii.or.id

BERITA TERKINI

  • Ibu Rumah Tangga, Pahlawan Lingkungan yang Tak Pernah Disebut November 14, 2025
  • LDII Dukung Terwujudnya Generasi Sehat Menuju Indonesia Emas 2045 di Momentum HKN ke-61 November 14, 2025
  • SMP Generasi Unggul Helat Upacara Peringatan Hari Pahlawan November 14, 2025

NAVIGASI

  • Home
  • Contact
  • Jadwal Shalat
  • Hitung Zakat
  • Privacy Policy
  • NUANSA PERSADA

KATEGORI

Kirim Berita via Telegram

klik tautan berikut:
https://t.me/ldiibot

  • Home
  • Contact
  • Jadwal Shalat
  • Hitung Zakat
  • Privacy Policy
  • NUANSA PERSADA

© 2020 DPP LDII - Managed by KIM & IT Division.

No Result
View All Result
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
  • DESAIN GRAFIS
    • Kerja Bakti Nasional 2025 dan 17 Agustus 2025

© 2020 DPP LDII - Managed by KIM & IT Division.