Sumbawa Barat (11/8). Program Pengelolaan Sampah Berbasis Masjid (PPSBM) yang dilaunching DPD LDII Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) diresmikan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KSB KH. Buharnuddin. Peresmian berlangsung di aula Kantor Dinas Lingkungan Hidup KSB, Jumat (8/8).
Burhanuddin mengaku sangat tertarik dengan program tersebut, “Karena di samping menegakkan peraturan Allah di mana Allah sangat mencintai kebersihan, juga memiliki nilai ekonomi,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, KH.Burhanuddin menyampaikan manfaat pengelolaan sampah dari sisi kebersihan yang dikuatkan dengan dalil-dalil dalam Al Quran dan Al Hadist. Di antaranya kesucian atau kebersihan adalah sebagian dari iman.
Ketua DPD LDII KSB, Bambang Supriadi dalam laporannya mengatakan PPSBM yang diluncurkan bertajuk “Dari Masjid Menuju Masyarakat Madani dan Ramah Lingkungan”. PPSBM merupakan suatu program yang dirancang untuk memberikan solusi terhadap masalah persampahan melalui edukasi dan partisipasi jamaah masjid yang dilaksanakan secara sistematis, menyeluruh dan terus menerus.
“Penerapan sistem pengelolaan sampah yang benar sesuai peraturan perundangan merupakan bagian utama dari tujuan pengelolaan sampah berkelanjutan,” ujarnya.
PPSBM dalam praktiknya meliputi enam langkah. Pertama, pemilahan sampah di rumah dan di lingkungan masjid. Kedua, transfer sampah organik dan sampah anorganik bernilai ekonomi dari rumah ke masjid atau lokasi yang ditentukan. Ketiga, pengolahan sampah organik dan produksi pupuk organik di masjid.
Keempat, aplikasi pupuk organik di lingkungan masjid dan pekarangan rumah. Kelima, distribusi pupuk organik kepada pengguna, dan keenam, pengemasan sampah anorganik bernilai ekonomi (sampah daur ulang) di masjid dan pengiriman ke LPS untuk dijual.
“Di samping untuk menegakkan peraturan, pengelolaan sampah merupakan bagian dari delapan klaster kontribusi LDII untuk bangsa, termasuk dalam klaster keenam, yaitu ketahanan pangan dan lingkungan. Dengan menerapkan PPSBM ini berarti kita telah berkontribusi mendukung program pengelolaan sampah tingkat Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat dan nasional,” urainya.
Dalam bidang dakwah, lanjutnya, LDII menyelenggarakan pengajian di semua jenjang usia, mulai tingkat anak anak (caberawit), remaja (muda mudi) hingga dewasa dan lansia dengan intensitas yang cukup tinggi. “Hal ini merupakan potensi besar yang perlu diaktualisasikan dalam kegiatan lainnya, seperti pengelolaan sampah,” bebernya.
Bambang menerangkan pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga sesuai ketentuan perundangan yang diintegrasikan dengan lingkungan masjid merupakan wujud nyata PPSBM. Hal ini bertujuan untuk mengurangi pengiriman sampah ke TPA, mencegah aktivitas membuang sampah sembarangan dan aktivitas membakar sampah.
“Selain itu bisa memanfaatkan sampah menjadi sumber daya yang dapat digunakan sebagai bahan baku untuk menghasilkan aneka produk. Tujuan lainnya, PPSBM untuk menciptakan daur hidup dalam pengelolaan sampah, menumbuhkan kesadaran, kepedulian dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pengelolaan sampah. Inisiasi PPSBM sebenarnya telah dimulai tahun 2004 lalu dan implementasinya telah memberikan hasil yang cukup menggembirakan,” ujar Bambang.
Tahun 2025 ini, program tersebut mulai ditingkatkan. Tidak hanya sampah anorganik yang dikumpulkan untuk proses daur ulang, namun sampah organik juga menjadi perhatian. “Sebab potensi sampah organik rumah tangga sangat dominan, bersumber dari dapur, sehingga partisipasi ibu ibu sangat diharapkan,” ujarnya.
Hingga saat ini, PPSBM telah menghimpun sedekah sampah mendekati nilai Rp5 juta yang diperuntukkan untuk pembangunan dan operasional masjid. Mengakhiri laporannya, Bambang menegaskan PPSBM ini sebagaj wujud komitmen dan keseriusan LDII KSB dalam berkontribusi utnuk daerah tercinta Bumi Pariri Lema Bariri. “Sebab hingga saat ini sampah masih menjadi masalah serius KSB, juga di tingkat nasional. Terbukti sampah yang tidak terkelola masih di atas 40 persen,” pungkasnya.
Kadis LH KSB, Aku Nur Rahmadin mengapresiasi kegiatan yang dilakukan DPD LDII KSB. Menurutnya, semakin banyak orang dan komunitas yang terlibat maka persoalan dan beban dalam pengelolaan sampah kian ringan.
“Terlebih penyelenggaraan acara yang didesain minim sampah, karena tidak ada snack dan minuman berkemasan plastik. Semua organik dan para peserta masing-masing membawa tumbler. Benar-benar sama seperti yang diterapkan di lingkungan kantor Dinas Lingkungan hidup. Jadi, habis acara tidak meninggalkan sampah,” ucapnya.