Liburan sekolah biasanya identik dengan bermalas-malasan, bersantai-santai atau pulang kampung, tetapi tidak bagi para santri di Pondok Pesantren (Ponpes) Gadingmangu, Jombang, Jawa Timur. Di sini, liburan justru diisi dengan kegiatan bermanfaat yang tak kalah seru dari bermain.
Ponpes Gadingmangu terus berupaya mencetak mubaligh yang berkualitas meski saat libur sekolah dan nasional. Hal tersebut disampaikan pengasuh Ponpes Gadingmangu Ust. Nanang Ridwan.
Ia mengatakan, Ponpes Gadingmangu membuat inovasi belajar yang unik, yang dinamakan “Bazar Asrama”. Dalam kegiatan itu, merasakan pengalaman belajar yang berbeda dan lebih personal. Kegiatan tersebut tidak hanya mengasah ilmu tetapi juga membangun interaksi yang lebih dekat antar mereka.
Bayangkan saja sebuah bazar, tetapi yang dijajakan bukanlah makanan atau pakaian, melainkan ilmu. Itulah konsep Bazar Asrama di Ponpes Gadingmangu. Selama liburan, asrama akan disulap menjadi “toko” ilmu, di mana setiap kelas menawarkan materi pelajaran khusus yang bisa dipilih sesuai minat dan kebutuhan santri.
Konsep ini mematahkan kesan belajar yang kaku dan seragam. Di sini, para santri bisa fokus pada materi yang mereka butuhkan, seperti mendalami Al Quran dan Al Hadits, atau menuntaskan materi yang tertinggal.
Hal ini sejalan dengan komitmen ponpes untuk mencetak mubaligh LDII Gadingmangu yang tangguh, berakhlakul karimah, berkualitas dan mandiri. Selain itu, mendukung potensi santri di berbagai bidang yang ingin ditekuninya.
“Program ini memfasilitasi santri yang ingin menuntaskan materi yang belum tercapai,” tutur Ust. Nanang, menjelaskan bahwa tujuannya adalah agar para santri dapat menuntaskan materi sesuai jenjang mereka masing-masing di tahun ajaran baru nanti.
Ia berharap melalui program “Bazar Asrama”, Ponpes Gadingmangu tidak hanya menyediakan pendidikan, tetapi juga menanamkan semangat belajar yang berkelanjutan. Sehingga tujuan mencetak mubaligh LDII Gadingmangu yang berkualitas dapat tercapai.
Salah satu santri yang merasakan langsung manfaatnya adalah Akrom Fatih, remaja asal Surabaya. Baginya, program ini adalah berkah. Ia bercerita, seringkali ia merasa ketinggalan materi karena beberapa hal.
“Banyak materi yang perlu saya selesaikan, karena ketinggalan atau mengantuk saat mengaji. Tapi dengan program ini, alhamdulillah saya bisa menuntaskan materi itu,” ungkapnya gembira.
Ia berharap program serupa bisa terus rutin diadakan, bahkan dengan lebih banyak guru pengajar agar ilmu yang didapat bisa lebih maksimal. Sehingga cita-citanya ingin menjadi juru dakwah LDII segera tercapai.
R. I. Tirmidzi, salah satu guru di Ponpes Gadingmangu, melihat program ini sebagai inovasi. “Bazar Asrama ini tidak hanya menjadi sarana pembelajaran, tetapi juga sebagai ajang interaksi dan berbagi ilmu antarsantri,” ujarnya.
Menurut Ust. Tirmidzi, program ini memungkinkan setiap santri untuk mengeksplorasi minat mereka dan belajar dengan cara yang lebih menyenangkan. Liburan pun bukan lagi sekadar jeda, melainkan momen emas untuk berinvestasi pada diri sendiri.