Lembaga Dakwah Islam Indonesia
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
No Result
View All Result
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
No Result
View All Result
Lembaga Dakwah Islam Indonesia
No Result
View All Result
Home Dari Kami Nasehat

Lelah – Jadi Penerima Pesan

2025/07/14
in Nasehat
0
Ilustrasi: LINES.

Ilustrasi: LINES.

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

Oleh Faidzunal A. Abdillah, Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan

(Belajar Diam yang Cerdas)

Ada sebentuk kelelahan baru yang menghinggapi banyak jasmani orang. Belum banyak dibicarakan, tetapi sudah banyak terlihat gejalanya: lelah menjadi penerima pesan. Setiap hari kita dijejali kabar, tagar, kutipan, opini, ceramah pendek, kisah inspiratif, debat ideologis, sampai teori konspirasi. Layar demi layar, lembar demi lembar, lewat jempol demi jempol, tanpa jeda. Dari matahari terbit, sampai bola mata “terpaksa” terpejam. Apa yang dulu disebut “menyimak” kini berubah menjadi “terseret”. Sudah terseret, terpengaruh. Sudah terpengaruh, masih terpancing lagi. Bahkan seterusnya dibumbui rasa candu: ketagihan. Lengkap sudah.

Sayangnya, kadang kita masa bodoh. Tidak sayang pada diri sendiri. Aneh, merasa tak punya cukup waktu instrospeksi, misal dengan bertanya: Apakah semua yang kuterima ini penting? Apakah semua yang kubaca ini menambah hikmah atau justru membuatku resah? Yang lebih menakutkan, kadang bukan pesan yang kita terima, tapi energi gelap di baliknya: rasa takut, amarah, dengki, curiga, atau bahkan semacam euforia palsu yang membuat kita kehilangan akal sehat. Kejadian di mana, kita jadi kenapa. Orang berkomentar apa, kita merasa ada yang berbeda. Padalah tak ada hubungannya. Itulah kenyataan. Harus ada tindakan, respon, untuk melawannya. Sebelum terlambat dan menyesal kemudian.

Dalam kondisi ini, jurus jitu melawannya adalah dengan diam. Diam bukan tanda pasif. Diam adalah bentuk seleksi. Diam adalah hening yang sadar, bukan kosong. Diam adalah keputusan, bukan kelambanan. Kalau kita perhatikan, para nabi dan orang-orang bijak dalam sejarah, justru dikenal karena kemampuannya menyerap secara jernih dan berbicara secara terbatas. Lihat bagaimana Nabi Muhammad ﷺ menerima wahyu: tidak semua langsung dituturkan. Bahkan dalam banyak riwayat, beliau diam lama sebelum menjawab pertanyaan. Diam, karena menimbang. Diam, karena menghormati kebenaran.

Diamnya Nabi ﷺ bukan tanda ketidaktahuan, tetapi ekspresi kehati-hatian, ketundukan, dan kejernihan jiwa dalam menakar kebenaran. Nabi ﷺ sempat tidak langsung menjawab pertanyaan orang-orang Quraisy tentang ruh, karena menunggu wahyu. Ayat ini turun sebagai jawaban. Ini menunjukkan adab kenabian, bahwa beliau tidak berbicara dari dirinya sendiri.

وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الرُّوْحِۗ قُلِ الرُّوْحُ مِنْ اَمْرِ رَبِّيْ وَمَآ اُوْتِيْتُمْ مِّنَ الْعِلْمِ اِلَّا قَلِيْلًا

“Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” ( QS. Al-Isra’: 85)

Dalam Shahih Bukhari dan Muslim, banyak riwayat menunjukkan Nabi ﷺ berdiam lama sebelum menjawab pertanyaan. Seperti dalam kisah lelaki yang bertanya tentang ibunya yang wafat sebelum bersedekah, Nabi tidak langsung menjawab.

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا، أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ ﷺ:إِنَّ أُمِّي افْتُلِتَتْ نَفْسُهَا، وَأُرَاهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ، أَفَلَهَا أَجْرٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا؟قَالَ:نَعَمْ.

Dari ‘Aisyah RA, ia berkata: Seorang laki-laki bertanya kepada Nabi ﷺ: “Sesungguhnya ibuku meninggal secara mendadak, dan aku kira seandainya dia sempat berbicara, tentu dia akan bersedekah. Apakah dia akan mendapatkan pahala jika aku bersedekah atas namanya?”
Maka Rasulullah ﷺ menjawab: “Ya, (dia akan mendapatkan pahala).”

Dalam banyak majelis, Nabi ﷺ gemar menunggu beberapa saat, bahkan bertanya ulang, agar jawaban tidak terburu-buru. Ini jadi teladan diam sebagai bentuk kehadiran batin dan tanggung jawab kebenaran.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: خَطَبَنَا رَسُولُ اللَّهِ ﷺ، فَقَالَ:”يَا أَيُّهَا النَّاسُ، قَدْ فَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمُ الْحَجَّ فَحُجُّوا”.فَقَالَ رَجُلٌ: أَكُلَّ عَامٍ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟فَسَكَتَ، حَتَّى قَالَهَا ثَلَاثًا،فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:”لَوْ قُلْتُ نَعَمْ لَوَجَبَتْ، وَلَمَا اسْتَطَعْتُمْ”.ثُمَّ قَالَ: “ذَرُونِي مَا تَرَكْتُكُمْ، فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِسُؤَالِهِمْ، وَاخْتِلَافِهِمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ…”

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata: Rasulullah ﷺ berkhutbah kepada kami: “Wahai manusia, sesungguhnya Allah telah mewajibkan atas kalian ibadah haji, maka berhajilah kalian.” Lalu seorang lelaki bertanya: “Apakah setiap tahun, wahai Rasulullah?” Maka Rasulullah ﷺ diam, dan tidak langsung menjawab sampai si penanya mengulanginya tiga kali. Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda: “Seandainya aku katakan ‘iya’, maka itu akan menjadi wajib, dan kalian tidak akan mampu melakukannya.” Lalu beliau menambahkan: “Tinggalkanlah aku (jangan banyak bertanya) selama aku tidak menjelaskan sesuatu kepada kalian. Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian binasa karena banyak bertanya dan menentang nabi-nabi mereka.” (HR Muslim)

Ada juga yang seperti ini. Kisah menarik dan menggugah hati, bagi pecinta rumah Allah dan mengutamakan berjamaah.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَجُلًا أَعْمَى، أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَيْسَ لِي قَائِدٌ يَقُودُنِي إِلَى الْمَسْجِدِ.
فَسَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُرَخِّصَ لَهُ فَيُصَلِّيَ فِي بَيْتِهِ، فَرَخَّصَ لَهُ.فَلَمَّا وَلَّى دَعَاهُ، فَقَالَ:”هَلْ تَسْمَعُ النِّدَاءَ بِالصَّلَاةِ؟”قَالَ: نَعَمْ.قَالَ:”فَأَجِبْ”.

Dari Abu Hurairah RA, sesungguhnya ada seorang sahabat buta yang datang kepada Nabi ﷺ: “ Wahai Rasulullah, aku buta, tidak punya penuntun, jalanan berbahaya. Apakah aku boleh shalat di rumahku?” Maka Rasulullah ﷺ mengizinkannya. Namun kemudian memanggilnya kembali, dan bertanya: “Apakah kamu mendengar azan?” Ia menjawab: “Iya.” Maka Nabi ﷺ bersabda: “Penuhilah panggilan itu.” (HR. Muslim)

Atau perhatikan Sahabat Ali karamallahu wajhah, yang berkata: “Nilai seseorang terletak pada apa yang ia katakan. Maka, jangan sembarangan bicara.” Ada juga Socrates yang dikenal tidak banyak bicara kecuali dengan pertanyaan-pertanyaan yang memancing refleksi. Ia bahkan berkata: “Kebijaksanaan sejati adalah menyadari bahwa kita tidak tahu.” Socrates memilih diam dan bertanya, alih-alih menyampaikan sembarangan. Ini menunjukkan bahwa diam juga bisa bentuk tertinggi dari kesadaran akan keterbatasan manusia.

Diamnya para Nabi, para sahabat dan para bijak bercahaya bukan karena lemah, tapi karena menghormati kebenaran. Diam adalah pra-kata, bukan tanpa kata. Ia adalah ruang agar kebenaran bisa lebih utuh bicara. Di zaman bising, diam menjadi sikap spiritual yang revolusioner, karena mengajak kembali pada mendengar, menimbang, dan menyerap dengan jernih. Kita hidup dalam dunia yang mendorong kita untuk selalu punya pendapat. Tapi kadang yang dibutuhkan bukan pendapat, melainkan perenungan. Bukan sekadar suara, tapi kedalaman.

Dalam konteks ini, kebijaksanaan digital bukan hanya soal menjaga etika komunikasi, tapi merawat batin dari paparan berlebihan. Kita bisa mulai dari hal-hal kecil:

  • Tidak semua pesan harus dibaca sampai habis.
  • ⁠Tidak semua berita harus direspons.
  • ⁠Tidak semua perdebatan perlu diikuti.
  • ⁠Tidak semua hal layak disimpan dalam memori.

Saring, saring dan saring. Bukan karena kita eksklusif, tapi karena kapasitas jiwa ini terbatas. Kita butuh ruang untuk mencerna, bukan hanya menerima. Kita butuh waktu untuk menyendiri, bukan hanya terkoneksi. Kita harus mampu mandiri, dalam semua sisi kehidupan ini. Menjadi diri sendiri.

Jika kita ingin menjadi pribadi yang kuat di era informasi, kita perlu melatih satu keterampilan yang sangat langka hari ini: kemampuan memilah, membiarkan, dan melepaskan. Dan ini sejatinya adalah bagian dari kemandirian spiritual. Karena orang yang mandiri dalam pikirannya tidak mudah diprovokasi. Orang yang mandiri dalam emosinya tidak mudah terombang-ambing. Dan orang yang mandiri dalam jiwanya, tahu kapan saatnya menyimak, dan kapan saatnya menutup pintu bagi keramaian.

Maka dalam dunia yang memuja viralitas, kita boleh memilih menjadi pribadi yang tidak mudah terpancing, yang tidak haus untuk selalu update, tapi justru rajin memperbarui batin sendiri. Karena pada akhirnya, seperti kata para bijak: “Bukan seberapa banyak kabar yang kamu tahu, tapi seberapa tenang kamu menjalani harimu. ”

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

KOMENTAR TERKINI

  • Hardono on KH Aceng Karimullah: Allah Dekat, Berdoalah Tanpa Perantara
  • Bisri Remba on LDII Sarudu dan Baras Gelar Kegiatan Kebersamaan di Pantai Muara Sempo
  • Ruswanto on Wabup Purbalingga Buka Permata CAI 2025, Ingatkan untuk Membentuk Generasi yang Tangguh
  • Angka DH on Sejarah Kebangsaan Indonesia Ditulis Ulang, Prof. Singgih: Ini untuk Kepentingan Bangsa
  • Angka DH on Ponpes Al Ubaidah Jadi Tuan Rumah Kejurkab Persinas ASAD Nganjuk
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Pelantikan Ikatan Alumni Lemhannas Provinsi Maluku, LDII Dukung Keberlangsungan Pembangunan Daerah

Pelantikan Ikatan Alumni Lemhannas Provinsi Maluku, LDII Dukung Keberlangsungan Pembangunan Daerah

July 6, 2025
MPR RI dan LDII Agendakan Kembali Sekolah Virtual Kebangsaan untuk Perkuat Nilai Kebangsaan

MPR RI dan LDII Agendakan Kembali Sekolah Virtual Kebangsaan untuk Perkuat Nilai Kebangsaan

July 9, 2025
LDII Polokarto dan Mojolaban Gelar Keakraban dengan Mondok Caberawit 2025

LDII Polokarto dan Mojolaban Gelar Keakraban dengan Mondok Caberawit 2025

July 4, 2025
Pimpinan Ponpes Minhaajurrosyidin Hadir di Pembukaan MQK Internasional 2025

Pimpinan Ponpes Minhaajurrosyidin Hadir di Pembukaan MQK Internasional 2025

July 10, 2025
MPR RI dan LDII Agendakan Kembali Sekolah Virtual Kebangsaan untuk Perkuat Nilai Kebangsaan

MPR RI dan LDII Agendakan Kembali Sekolah Virtual Kebangsaan untuk Perkuat Nilai Kebangsaan

2
Festival Anak Saleh LDII Kabupaten Bandung Tanamkan Nilai Agama dan Karakter Luhur

Festival Anak Saleh LDII Kabupaten Bandung Tanamkan Nilai Agama dan Karakter Luhur

2
Pengajian Keluarga Sarimbit, LDII Bontang Ingatkan Optimalisasi Rumah Tangga

Pengajian Keluarga Sarimbit, LDII Bontang Ingatkan Optimalisasi Rumah Tangga

1
Wabup Purbalingga Buka Permata CAI 2025, Ingatkan untuk Membentuk Generasi yang Tangguh

Wabup Purbalingga Buka Permata CAI 2025, Ingatkan untuk Membentuk Generasi yang Tangguh

1
Tingkatkan Kolaborasi Pemberdayaan Umat, LDII Silaturahim ke Muhammadiyah Jakarta Utara

Tingkatkan Kolaborasi Pemberdayaan Umat, LDII Silaturahim ke Muhammadiyah Jakarta Utara

July 14, 2025
Bupati Kukar Apresiasi LDII Tanamkan Karakter Luhur Lewat Kemah Bersama

Bupati Kukar Apresiasi LDII Tanamkan Karakter Luhur Lewat Kemah Bersama

July 14, 2025
Bupati HSU Buka Asrama Akhir Tahun, Ajak LDII Lanjutkan Pembinaan Karakter Generasi Muda

Bupati HSU Buka Asrama Akhir Tahun, Ajak LDII Lanjutkan Pembinaan Karakter Generasi Muda

July 14, 2025
Kunjungi Kejati, LDII Kalbar Komitmen Dukung Kejaksaan Edukasi Masyarakat Taat Hukum

Kunjungi Kejati, LDII Kalbar Komitmen Dukung Kejaksaan Edukasi Masyarakat Taat Hukum

July 14, 2025

DPP LDII

Jl. Tentara Pelajar No. 28 Patal Senayan 12210 - Jakarta Selatan.
Telepon: 0811-8604544

SEKRETARIAT
sekretariat[at]ldii.or.id
KIRIM BERITA
berita[at]ldii.or.id

BERITA TERKINI

  • Tingkatkan Kolaborasi Pemberdayaan Umat, LDII Silaturahim ke Muhammadiyah Jakarta Utara July 14, 2025
  • Bupati Kukar Apresiasi LDII Tanamkan Karakter Luhur Lewat Kemah Bersama July 14, 2025
  • Bupati HSU Buka Asrama Akhir Tahun, Ajak LDII Lanjutkan Pembinaan Karakter Generasi Muda July 14, 2025

NAVIGASI

  • Home
  • Contact
  • Jadwal Shalat
  • Hitung Zakat
  • Privacy Policy
  • NUANSA PERSADA

KATEGORI

Kirim Berita via Telegram

klik tautan berikut:
https://t.me/ldiibot

  • Home
  • Contact
  • Jadwal Shalat
  • Hitung Zakat
  • Privacy Policy
  • NUANSA PERSADA

© 2020 DPP LDII - Managed by KIM & IT Division.

No Result
View All Result
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat

© 2020 DPP LDII - Managed by KIM & IT Division.