Wonogiri (9/8). SMP Budi Utomo mengadakan sosialisasi bertema Bahaya NAPZA bagi Generasi Muda untuk para siswa. Kegiatan berlangsung di aula SMP Budi Utomo, Jatipurno, Wonogiri, Jawa Tengah pada Rabu (16/7/2025).
Sebanyak 55 siswa baru yang terdiri dari 31 siswa dan 24 siswi mengikuti kegiatan ini. Mereka mendapatkan edukasi seputar bahaya narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA) sejak dini. Selain itu, para siswa dibekali pemahaman tentang pentingnya menjauhi pergaulan negatif demi membentuk karakter pelajar yang sehat.
Empat narasumber dari Duta Generasi Berencana (GenRe) Kabupaten Wonogiri 2024 turut mengisi sesi materi secara bergantian. Aldi Ifnu Sutowo, Nuraiza Malika Alfathia, Laras, dan Teries menyampaikan penjelasan terkait jenis-jenis NAPZA, dampaknya bagi fisik dan mental, serta strategi untuk menghindari pengaruh lingkungan yang merugikan.
Salah satu Duta GenRe Wonogiri 2024, Aldi Ifnu Sutowo, membuka sesi dengan memberikan pemahaman mendasar mengenai jenis-jenis NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya). Banyak dari masyarakat, tambahnya, belum menyadari bahwa NAPZA tidak hanya sebatas narkotika yang selama ini diberitakan.
“Psikotropika dan zat adiktif lain seperti lem, alkohol, bahkan obat-obatan tertentu juga termasuk. Semuanya punya risiko besar terhadap tubuh dan mental. Penting bagi generasi muda untuk mengenali ini sejak awal, agar bisa membedakan mana yang boleh dikonsumsi dan mana yang harus dihindari sepenuhnya,” ujarnya.
Nuraiza Malika Alfathia melanjutkan sesi dengan membahas dampak NAPZA bagi kesehatan fisik dan mental. Ia melanjutkan efek NAPZA tidak cuma bikin tubuh rusak.
“Jangka pendeknya memang terasa euforia atau tenang, tapi jangka panjangnya bisa memicu gangguan mental, seperti depresi, kecemasan, bahkan psikosis. Kita juga bisa kehilangan konsentrasi, motivasi, dan daya juang. Tubuh jadi lemah, kulit rusak, organ dalam terganggu. Nggak ada satu pun hal positif dari penyalahgunaan NAPZA. Sekali terjerumus, sangat sulit untuk kembali,” kata Nuraiza.
Laras memfokuskan paparannya pada faktor lingkungan dan tekanan sosial, yang seringkali menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA. Ia menambahkan, saat ini semua masyarakat hidup di lingkungan yang penuh tantangan.
“Terkadang, ajakan dari teman atau tekanan pergaulan bisa mempengaruhi seseorang untuk coba-coba. Padahal, kebanyakan pengguna berawal dari rasa ingin tahu atau takut dianggap ‘nggak gaul’. Di sinilah pentingnya ketegasan dalam berkata ‘tidak’. Kita harus berani menolak dan punya prinsip, bahkan kalau harus kehilangan pertemanan yang nggak sehat,” tuturnya.
Terakhir, Teries memberikan strategi praktis untuk menjauhi NAPZA dan membangun lingkungan yang sehat bagi remaja. Salah satu cara paling efektif menjauhi NAPZA adalah dengan menyibukkan diri dalam kegiatan positif, seperti organisasi, olahraga, seni, atau kegiatan keagamaan.
“Lingkungan yang suportif juga penting. Teman-teman yang punya visi hidup yang sehat akan membawa pengaruh baik. Selain itu, jangan ragu untuk mencari bantuan, baik ke guru BK, konselor, atau lembaga resmi jika merasa terjebak dalam situasi yang mengarah ke penyalahgunaan. Ingat, kita punya masa depan yang harus dijaga,” pungkasnya.