Kendari (24/12). DPW LDII Sulawesi Tenggara (Sultra) menghelat Musyawarah Wilayah (Muswil) VII dengan tema “Penguatan SDM Berkarakter Luhur Menuju Terwujudnya Sultra Maju, Masyarakat Aman, Sejahtera, dan Religius”. Acara berlangsung di Hotel Sahid Azizah Syariah Kendari, Jumat (19/12).
Wakil Gubernur Sultra Hugua yang hadir pada muswil, dalam sambutannya mengapresiasi LDII atas berbagai program kerja yang telah dijlankan. Menurutnya, program LDII merupakan bentuk kontribusi organisasi kemasyarakatan yang sejalan dengan visi dan arah pembangunan Pemerintah Provinsi Sultra maupun pemerintah pusat. “Program-program yang dijalankan sungguh nyata dan benar-benar menjadi mitra strategis bagi pemerintah daerah maupun pemerintah Indonesia. Oleh karena itu, insya Allah ke depan kita akan semakin bersinergi,” ujar Wagub.
Wagub Hugua juga memaparkan gambaran struktur ekonomi Sulawesi Tenggara. Ia menjelaskan bahwa sekitar 23 persen perekonomian daerah ditopang oleh sektor pertanian dalam arti luas, meliputi pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, dan kelautan. “Sektor pertambangan berkontribusi sekitar 20 persen, disusul sektor perdagangan umum sebesar 18 persen, serta sektor lainnya,” katanya.
Meski demikian, ia menegaskan bahwa kontribusi sektor pertambangan yang besar tidak sepenuhnya tercatat sebagai pendapatan daerah, karena sebagian besar masuk sebagai pendapatan nasional sesuai amanat Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945. Oleh karena itu, kehidupan masyarakat Sulawesi Tenggara pada hakikatnya sangat bertumpu pada sektor pertanian dan perdagangan.
“Karena itu, sinergi dengan organisasi kemasyarakatan seperti LDII dinilai sangat relevan, khususnya dalam mendorong pemberdayaan masyarakat pada sektor pertanian dan perdagangan yang bersentuhan langsung dengan kehidupan sehari-hari,” jelasnya.
Lebih lanjut, wagub menilai tema Muswil VII LDII sangat selaras dengan visi pembangunan daerah, yakni Sulawesi Tenggara Maju, Aman, Sejahtera, dan Religius. Ia menjelaskan bahwa penguatan sumber daya manusia berkarakter luhur merupakan kunci utama untuk mewujudkan visi tersebut.
“Konsep ini juga sejalan dengan Asta Cita, khususnya poin kedelapan yang menekankan akselerasi kehidupan manusia yang harmonis dengan alam, lingkungan, budaya, serta penguatan toleransi antarumat beragama di Indonesia,’ ujar Wagub Hugua.
Dalam penjelasannya, ia menguraikan makna visi Sultra Maju secara komprehensif. Kata aman dimaknai sebagai kondisi kehidupan sosial yang harmonis, relasi antarumat beragama yang terhubung secara erat, serta terciptanya kebersamaan dari sekadar “saya dan Anda” menjadi “kita”, bahkan menyatu dalam ekosistem sosial yang sehat.
Sementara itu, sejahtera diartikan sebagai tanggung jawab pemerintah provinsi sebagai wakil pemerintah pusat di daerah untuk memperkuat dan memampukan 17 kabupaten/kota di Sultra melalui peran aktif OPD dan biro-biro pemerintahan.
“Adapun makna religius, tidak hanya sebatas pelaksanaan syariat keagamaan, tetapi lebih jauh tercermin dalam kedisiplinan aparat dan masyarakat, integritas, toleransi, kemampuan beradaptasi, serta nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari,” paparnya.
Wagub juga menyinggung visi nasional menuju Indonesia Emas 2045, yang membutuhkan kehadiran generasi emas. Generasi tersebut, menurutnya, harus memiliki tiga pilar utama, yakni kualitas, kompetensi, dan mental juara.
“Indonesia pada 2045 diperkirakan memiliki penduduk sekitar 324 juta jiwa, terbesar keenam di dunia, dengan 70 persen berada pada usia produktif. Ini menjadi tantangan besar, terutama di tengah perkembangan media sosial yang sangat memengaruhi pola pikir dan karakter generasi muda,” ungkapnya.
Ia menekankan bahwa pembentukan karakter luhur menjadi tantangan bersama seluruh elemen bangsa, termasuk pemerintah, organisasi keagamaan, dan masyarakat, agar generasi mendatang memiliki akhlakul karimah, keseimbangan sosial, spiritual, dan lingkungan yang baik.
Mengakhiri sambutannya, Wagub Hugua mengajak LDII dan seluruh elemen masyarakat untuk terus bersinergi dan bahu-membahu dalam membangun program kerja yang berorientasi pada pembinaan karakter dan pembangunan manusia Sulawesi Tenggara.

Sementara itu, Ketua Umum DPP LDII, KH Chriswanto Santoso mengatakan, Muswil LDII Sultra tidak hanya bertujuan untuk memilih ketua yang baru. “Tetapi juga merumuskan arah kebijakan dan program kerja LDII Sultra yang relevan dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan daerah,” tuturnya.
Untuk mendukung hal tersebut, KH Chriswanto menegaskan pentingnya pembentukan karakter berlandaskan nilai-nilai Pancasila, sebagai bekal menuju Indonesia Emas 2045. “Sinergi dengan pemerintah harus diperkuat. Kami prioritaskan pembangunan SDM yang unggul. Kami ingin berkontribusi, dan kami siapkan dari sekarang,” ujarnya.
Mewujudkan itu, ia mengajak para pengurus LDII fokus menyukseskan delapan program pengabdian LDII untuk bangsa, meliputi: kebangsaan, dakwah, pendidikan, kesehatan, ketahanan pangan, ekonomi syariah dan lingkungan hidup, energi baru terbarukan, serta teknologi digital. Salah satu upayanya adalah terus bersinergi dengan kekuatan otoritas setempat.
Karena itu KH Chriswanto mengingatkan pentingnya sinergi dengan para stakeholder dalam menjalankan program-program tersebut agar kontribusi LDII berdaya di masyarakat. “Program kerja LDII harus disinergikan dengan kekuatan pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat agar kehadiran LDII betul-betul memberi manfaat bagi bangsa dan negara,” ujarnya.
Muswil tersebut dihadiri Sekretaris Umum DPP LDII, unsur Forkopimda Sultra, pimpinan OPD Pemprov Sultra, pimpinan Majelis Ulama Indonesia Sultra, tokoh NU dan Muhammadiyah, serta perwakilan organisasi kemasyarakatan lintas agama se-Sulawesi Tenggara.












