Metro (13/7). Sebuah pemandangan menyentuh hati dan penuh semangat tampak di halaman Sekretariat DPD LDII Kota Metro, pada Sabtu (12/7). Ratusan anak-anak berpakaian muslim dan muslimah duduk rapi, wajah-wajah mereka penuh antusias, sebagian sudah melantunkan doa-doa harian yang mereka hafal dengan fasih.
Di tengah suasana yang cerah tersebut, Festival Anak Saleh (FAS) LDII Kota Metro Tahun 2025 resmi dibuka oleh Wali Kota Metro Bambang Iman Santoso. Acara ini bukan sekadar perlombaan anak-anak, melainkan sebuah komitmen bersama untuk menciptakan generasi Qurani yang unggul sejak usia dini.
Dalam sambutannya, Bambang Iman Santoso menekankan bahwa regenerasi tidak akan terjadi secara kebetulan. Generasi yang kuat dan berakhlak, lahir dari proses yang panjang, konsisten, dan penuh keteladanan.
“Kalau ingin anak-anak kita menjadi saleh, rajin salat, berakhlak baik, maka harus menciptakan suasana yang mendidik sejak dini. Kuncinya ada tiga, yakni teladan, pembiasaan, dan hukuman yang mendidik,” pungkas Bambang.
Bambang menjabarkan bahwa keteladanan dari orangtua dan guru adalah kunci pertama dalam membentuk karakter anak. “Orangtua yang rajin salat, berperilaku santun, akan menjadi cermin langsung bagi anak,” tuturnya.
Kedua, melaksanakan pembiasaan, dengan melakukan rutinitas yang konsisten seperti mengaji setiap malam, menyebut nama Allah sebelum melakukan sesuatu, hingga bersikap sopan kepada orang yang lebih tua.
Yang ketiga adalah hukuman yang mendidik, bukan yang bersifat traumatik. “Hukuman yang diberikan kepada anak ketika melanggar aturan harus bersifat edukatif, bertujuan untuk memberikan efek jera tanpa menimbulkan luka batin,” jelas Bambang.
Bambang menegaskan, para orangtua dan guru mengaji tidak sedang mendidik robot, tapi manusia. “Maka pendekatan hati dan akhlak adalah cara terbaik,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua DPD LDII Kota Metro, Muhadi, mengungkapkan bahwa kegiatan ini adalah bagian dari program pendidikan nonformal LDII yang bertujuan membina karakter anak sejak dini.
“Kami ingin anak-anak Metro, khususnya di bawah naungan LDII, memiliki akhlak mulia dan wawasan keislaman yang baik,” ujarnya.
Muhadi melanjutkan, acara itu diikuti 750-an peserta usia PAUD dan SD. “Mereka terlibat dalam berbagai lomba seperti hafalan surat pendek, azan, doa harian, ceramah anak, hingga lomba mewarnai kaligrafi,” tuturnya.
Muhadi menegaskan, pembinaan karakter tidak bisa hanya mengandalkan sekolah formal. “Dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah, ormas keagamaan, dan orangtua, serta unsur lainnya,” tutupnya.