Jakarta (24/8). Jamintel Kejagung RI Reda Manthovani yang diwakili Koordinator II Jaksa Agung Muda Teuku Rahmatsyah mengatakan, generasi saat ini penting diberikan pemahaman mengenai Pancasila menghadapi era globalisasi. Hal itu ia sampaikan di Sekolah Virtual Kebangsaan II pada Sabtu (23/8) yang dihadiri sepuluh ribu peserta secara hybrid.
Jamintel menilai, penguatan tersebut agar pemuda masa kini tak salah paham tentang ideologi Pancasila. Ia juga mengapresiasi, bahwa LDII berkembang pesat tak hanya pada dakwah saja tapi juga memperkuat nilai kebangsaan bagi masyarakat. Menurutnya, transformasi Pancasila terhadap globalisasi atau reinventing, lazim dilakukan dalam konteks kekinian.
“Ideologi Pancasila dan bangsa dalam perjalanannya, masih menafsirkan Pancasila sesuai konteks dan kebutuhan masing-masing,” ujar Teuku Rahmatsyah. Penafsiran itu juga sesuai transisi tiga era, Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi. Pada masanya, Pancasila menjadi katalisator Revolusi Indonesia dan instrumen utama menangkal imperialisme, liberalisme, dan kapitalisme.
Selain itu juga pernah menjadi justifikasi kesatuan ragam yang mendukung stabilitas kebijakan Pemerintah. “Sementara pada era reformasi, Pancasila seperti tak sesuai dengan semangat perubahan, sehingga hanya mengenal Pancasila secara harfiah,” kata dia. Hal itu, selanjutnya menjadi tantangan bagi generasi berikutnya menghayati peran Pancasila.
Menghadapi era kebebasan informasi, seperti pesatnya Artificial Intelligence dalam keseharian, Jamintel menilai, ruang publik masih minim dalam membahas Pancasila secara ringan. Apalagi banyak percampuran nilai dan akulturasi budaya. Tidak mengherankan jika generasi saat ini tak memiliki gambaran penerapan Pancasila dalam kehidupan nyata, dengan bahasa lebih ringan. Selain itu, ia menambahkan, tantangan terbesar adalah ancaman proxy war terhadap kedaulatan bangsa.
Intelijen dalam hal tersebut berperan mendeteksi dini potensi ancaman tersebut, serta melakukan penegakan hukum secara preventif maupun represif. Seperti Pengawas Aliran Keagamaan dan Kepercayaan dalam Masyarakat (PAKEM) misalnya, perlu disadari fungsinya sebagai instrumen yang menjaga keseimbangan antara informasi bebas dan hak warga untuk mendapat informasi yang benar.
Karena itu menurut Jamintel, Sekolah Virtual Kebangsaan sudah tepat. Pada pertemuan di kantor Juli lalu, Jamintel Reda Manthovani mengatakan, kegiatan itu membantu menangani krisis kebangsaan akibat pengaruh luar, baik dari game online atau ideologi asing. Selain itu, sosialisasi pencegahan pelanggaran hukum terus berlanjut melalui kerjasama LDII dan Kejaksaan lewat program kerja keduanya.
“Saya mengapresiasi Jaksa Masuk Pesantren yang berupaya meningkatkan kesadaran hukum santri, hingga sosialisasi anti-bullying dengan LDII Lampung. Upaya-upaya tersebut bermanfaat bagi masyarakat dan negara,” kata dia.