Surabaya (21/11). LDII Kota Surabaya menggelar Dialog Kebangsaan bertajuk “Membangun Toleransi dan Moderasi Beragama untuk Mewujudkan Harmoni Global.” Kegiatan tersebut bertempat di Gedung Serba Guna (GSG) Sabilurrosyidin Surabaya, pada Minggu (9/11).
“Iman itu pondasi utama dalam hidup seorang muslim. Kalau imannya kokoh, dia nggak mudah terjerumus dalam hal-hal yang salah saat diberi kesuksesan, dan juga nggak gampang putus asa ketika menghadapi ujian,” ujar Sekretaris MUI Kota Surabaya, Muhaimin Ali.
Ia menambahkan LDII sudah membuktikan hal itu lewat berbagai pengalaman dan perjalanan organisasi yang terus tumbuh, meski menghadapi beragam tantangan zaman. Selain iman, Muhaimin juga menekankan pentingnya ilmu dan akhlak.
“Kesuksesan itu tidak datang begitu saja. Semua butuh ilmu. Mau bahagia di dunia atau akhirat, ya kuncinya tetap ilmu. Ilmu dan akhlak berjalan beriringan. Akhlak yang baik menjadi cerminan moral dan budaya masyarakat. Apalagi kita tinggal di Surabaya, kota yang majemuk dan multikultural. Jadi budi pekerti dan akhlak yang mulia sangat dibutuhkan agar kita bisa hidup berdampingan dengan damai,” tambahnya.
Muhaimin juga mengingatkan pentingnya persatuan (ittihad) dalam kehidupan berbangsa. Ia mengutip ajaran Islam yang menekankan pentingnya menjaga kebersamaan.
“Islam itu mengajarkan umatnya untuk bersatu, bukan berpecah belah. Bersatu itu rahmat, berpecah itu azab. Di kota besar seperti Surabaya, yang penduduknya beragam, kita harus saling menghormati dan tolong-menolong supaya tetap hidup harmonis,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Bakesbangpol Kota Surabaya, Tundjung Iswandaru menegaskan pentingnya nilai toleransi dan moderasi di tengah situasi dunia yang masih diwarnai konflik sosial dan keagamaan.
“Indonesia ini negara yang majemuk. Justru karena itu, kita punya tanggung jawab besar untuk menebarkan harmoni dan perdamaian,” ujarnya.
Tundjung menjelaskan, negara sudah memberikan kebebasan beragama dan memfasilitasi kehidupan umat beragama, sedangkan masyarakat diharapkan menghormati konstitusi dan sistem kenegaraan. Ia juga meluruskan makna moderasi beragama yang sering disalahpahami.
“Yang perlu dimoderasi itu bukan agamanya, tapi cara umat menjalankan ajarannya. Agama itu sendiri sudah mengajarkan keseimbangan dan keadilan. Moderasi berarti bersikap tengah-tengah, tidak ekstrem kanan atau kiri,” jelasnya.
Ia menyebut empat indikator moderasi beragama, yaitu komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, dan sikap akomodatif terhadap budaya lokal.
Selain itu, Wakil Ketua DPD LDII Surabaya Khamim Tohari menegaskan kalau sejak awal berdirinya, LDII sudah punya komitmen kuat terhadap nilai-nilai kebangsaan. Ia menjelaskan sejak 1 Juli 1972, LDII berdiri dengan asas Pancasila dan UUD 1945.
“Komitmen terhadap Pancasila dan UUD masih kami pegang teguh sampai sekarang. Itu terlihat dari semangat kebangsaan LDII ysng benar-benar diwujudkan lewat berbagai kegiatan di seluruh daerah. Konsep tentang Pancasila kami turunkan ke seluruh jajaran LDII. Kami ingin nilai-nilai Pancasila hidup dan terasa dalam setiap kegiatan serta kontribusi kami untuk bangsa,” katanya.
Ia menambahkan, tanpa Pancasila bangsa ini bisa kehilangan arah. “Kalau tidak punya pondasi yang kuat, kita bisa tercerai-berai. Kalau bingkainya nggak jelas, kita bakal kehilangan arah. Dan kalau semangat kemanusiaan hilang, ya kita bisa kehilangan keadaban juga,” tutupnya.











