Jakarta (19/12). Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso menegaskan, peringatan Hari Bela Negara yang jatuh pada 19 Desember harus dimaknai secara lebih luas. Bela Negara tidak terbatas pada kesiapan Tentara Nasional Indonesia saja, tetapi juga kontribusi setiap warga negara dalam memperkuat ketahanan bangsa.
“Sekarang ini geopolitik dan geoekonomi global betul-betul dinamis. Hal-hal yang dulu tidak kita anggap ancaman, hari ini justru menjadi ancaman,” kata KH Chriswanto, pada Jumat (19/12).
Menurutnya, ketahanan negara juga dapat dilihat dari sektor pangan, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, ketahanan negara harus dibangun secara komprehensif dengan melibatkan peran aktif masyarakat. Sebab, bela negara merupakan tanggung jawab bersama antara negara dan masyarakat.
“Kalau kita ingin Indonesia ke depan menjadi lebih baik, tidak cukup hanya militer. Yang lebih penting adalah membangun ekonomi, pangan, dan kesejahteraan agar Indonesia memiliki ketahanan yang kuat,” ujarnya.
KH Chriswanto menjelaskan bahwa setiap warga negara dapat melakukan bela negara sesuai bidang dan keahliannya masing-masing. Dengan moralitas, kecerdasan, dan kesehatan yang baik, pembangunan bangsa akan berjalan secara berkelanjutan dan berorientasi pada kemaslahatan bersama.
“Belajar dengan sungguh-sungguh itu bela negara. Petani yang memperjuangkan ketahanan pangan itu bela negara. Menciptakan lapangan kerja agar kemiskinan berkurang juga bela negara,” katanya.
Ia menambahkan, membangun generasi masa depan harus dimulai dari penanaman cinta tanah air, pembentukan karakter luhur, peningkatan pendidikan, serta menjaga kualitas hidup. Ketum LDII berpesan kepada generasi muda agar menyiapkan diri sebagai generasi masa depan yang unggul sebagai wujud dari bela negara.
“Kalau moralitasnya sudah, kecerdasannya sudah, kebangsaannya kuat, dan orangnya sehat, maka pembangunan akan dilakukan dengan jujur dan memberi manfaat luas bagi negara,” ucapnya.
Terkait bencana alam yang melanda sejumlah wilayah di Sumatra dan Aceh, KH Chriswanto menyampaikan duka cita mendalam kepada para korban. Ia menilai penanganan bencana tidak bisa dilakukan secara instan, serta perlu penanganan yang serius dan berkelanjutan,
“Korban bencana ini bukan sekadar besok diberi makan saja. Mereka kehilangan rumah, kehilangan pekerjaan, mengalami trauma bahkan kehilangan keluarganya,” ujarnya.
Menurut KH Chriswanto, negara harus hadir dalam penanggulangan bencana. Namun, peran seluruh komponen bangsa juga sangat dibutuhkan.
LDII turut terlibat aktif dalam penanggulangan bencana melalui edukasi kebencanaan dan lingkungan, bantuan tanggap darurat yang terkoordinasi, serta pendampingan pascabencana. Ia menegaskan bahwa seluruh upaya tersebut merupakan bentuk nyata pemaknaan Hari Bela Negara hari ini.
“Kami melakukan literasi kebencanaan, penanaman pohon, menjaga lingkungan, dan pada saat bencana kami turun dengan bantuan yang terkoordinasi agar tepat sasaran,” pungkasnya.
Menjelang Musyawarah Nasional LDII ke-10, Chriswanto menyebutkan bahwa LDII juga menguatkan program ketahanan pangan dan lingkungan hidup. Pihaknya telah melakukan bimbingan teknis ketahanan pangan, terutama untuk komoditas sorgum, kopi, dan kakao.
“Untuk sorgum, bibitnya sudah kami sertifikasi melalui Kementerian Pertanian,” katanya.
Selain itu, LDII mengembangkan konsep dakwah ekologi melalui gerakan penanaman pohon. Sejak 2007 sampai sekarang, LDII sudah menanam hampir 4 juta pohon, “Ini bagian dari kontribusi kami untuk menjaga lingkungan dan ketahanan bangsa,” pungkasnya.













