Jakarta (17/12). Dosen Lemdiklat Polri, Irjel Pol (Purn) Mulyatno menyoroti dinamika pasang surut perjalanan bangsa-bangsa dunia dalam sebuah pemaparan mengenai wawasan kebangsaan dan bela negara. Hal tersebut ia sampaikan dalam acara Sarasehan Kebangsaan bertema “Nasionalisme Berkeadaban: Merawat Pancasila, Meneguhkan Islam Wasathiyah, Membangun Indonesia Berkeadilan” di kantor DPP LDII, Jakarta, pada Selasa, (16/12).
Ia menilai banyak negara runtuh karena gagal mengelola diri dan tidak konsisten menjaga tujuan bersama, di tengah tekanan internal serta perubahan lingkungan global yang cepat. “Negara serupa organisme hidup yang harus terus tumbuh dan berkembang. Ketika pertumbuhan terhenti, daya tahan melemah dan risiko kemunduran meningkat,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan prinsip adaptasi sebagai kunci bertahan hidup, merujuk gagasan Charles Darwin tentang kemampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan. Dalam konteks Indonesia, Mulyatno menekankan pentingnya wawasan kebangsaan sebagai cara pandang warga negara terhadap diri dan lingkungannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, “Kesadaran kolektif ini menjadi fondasi untuk menjaga persatuan di tengah kemajemukan sosial, budaya, dan agama,” katanya.
Ia menjelaskan bela negara sebagai sikap dan perilaku warga yang dilandasi kecintaan pada Negara Kesatuan Republik Indonesia, berpedoman pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. “Sikap tersebut, berorientasi pada kelangsungan hidup bangsa secara utuh, sekaligus menguatkan komitmen terhadap cita-cita nasional Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur,” jelasnya.
Mulyatno mengulas tujuan nasional yang mencakup perlindungan seluruh bangsa dan wilayah Indonesia, peningkatan kesejahteraan umum, pencerdasan kehidupan bangsa, serta kontribusi aktif dalam ketertiban dunia, “Tujuan ini, hanya dapat dicapai jika nilai-nilai kebangsaan dipahami dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari,” ulasnya.
Ia menempatkan Pancasila sebagai ideologi pemersatu yang menjadi titik temu, titik tumpu, dan titik tuju bangsa Indonesia. Nilai demokrasi, kesamaan derajat di hadapan hukum, serta ketaatan terhadap hukum disebut sebagai pilar penting yang menopang tata kehidupan bernegara, “Komitmen politik menuju berdirinya NKRI dinilai perlu dijaga secara konsisten oleh seluruh elemen bangsa,” tandas Mantan Kapolda Sulawesi Utara.
Menutup pemaparannya, Mulyatno mendorong peran tokoh dan pemimpin agama sebagai penggerak masyarakat dalam mengimplementasikan nilai kebangsaan, “Sinergi antara Pancasila dan Islam wasathiyah dipandang strategis untuk menghadapi tantangan internal dan global, sekaligus merawat keberlanjutan Indonesia sebagai bangsa yang berdaulat dan berperadaban,” tutupnya.











