Jakarta (26/6). 1 Muharam atau tahun baru Islam diambil dari momentum peristiwa hijrah, yakni Rasulullah keluar dari Mekkah menuju Madinah. Itulah penanda hari pertama, bulan pertama, dan tahun pertama dalam Islam, yang ditetapkan Khalifah Umar bin Khattab atas usulan Ali bin Abi Thalib.
Kata hijrah ini membentuk kata “Hijriah” yang merujuk pada peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah pada tahun 622 Masehi. Peristiwa ini menandai awal dari kalender Islam, yang juga dikenal sebagai kalender Hijriah.
Kalender Hijriah digunakan untuk menentukan tanggal-tanggal penting dalam Islam, seperti bulan Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha. Kalender ini berbasis pada peredaran bulan, sehingga tanggal-tanggalnya dapat berbeda dengan kalender Masehi yang berbasis pada peredaran matahari.
“Hijrah merupakan penanda penting dalam penyebaran Islam, yakni pemindahan pusat dakwah Rasulullah yang akhirnya membentuk dakwah yang lebih terorganisir dengan dukungan penduduk Madinah,” papar Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso.
Ia mengungkapkan hijrah memberi spektrum yang luas, yang relevan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan dan berbangsa bernegara bagi umat Islam, khususnya Indonesia. Salah satunya, kepemimpinan nasional hari ini, yang terus berbenah agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju.
“Salah satu dakwah Islam bertujuan mewujudkan keadilan, yang juga menjadi salah satu sila Pancasila, sekaligus menjadi amanah Pembukaan UUD 1945, yakni mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur serta berkeadilan sosial,” papar KH Chriswanto Santoso.
Untuk itu, ia mengajak seluruh elemen bangsa Indonesia kembali mengingat tujuan berdirinya negara Indonesia. Dengan konsistensi menjalankan Pancasila dan UUD 45, bangsa Indonesia konsisten dengan hijrahnya menjadi bangsa yang besar.
“Apa yang dimiliki tanah air Indonesia sangat menunjang untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Untuk itu kepemimpinan yang kuat, dapat membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar dan sejajar dengan negara maju lainnya,” tegasnya.
KH Chriswanto mengajak momentum tahun baru Islam atau 1 Muharam menjadi refleksi para pemimpin bangsa dan masyarakat, khususnya umat Islam, untuk membangun negeri kita, “Cukup sudah kita semua melihat bukti triliunan rupiah digelar di sebagai barang bukti. Dengan memperbaiki moralitas kita semua, negara ini bisa bangkit maju yang selama ini digerogoti KKN dan sikap individualistis,” ujarnya.
Bangsa Indonesia memiliki fondasi moral yang baik, yakni persatuan dan kesatuan, mudah bekerja sama, dan memiliki gaya hidup kolektif yang tercermin dari gotong-royong, “Sejarah bangsa ini terlupakan, sehingga kita menjadi insan yang individualistis, lebih mengutamakan hak ketimbang kewajiban. Akhirnya kita lupa membangun kesejahteraan umat dan lebih senang makmur sendiri,” tuturnya mengingatkan.
Ia pun mengajak seluruh elemen bangsa mengikuti hijrah nabi, dari alam jahiliyah yang gelap menuju pencerahan. Menurutnya, hijrahnya Rasulullah dan para sahabat menjadi cermin meninggalkan kebodohan umat, untuk membangun masyarakat beradab.
“Tentunya bangsa ini tidak mau terjebak dalam lingkaran setan kemiskinan dan kemunduran. Sehingga menjadi objek penjajahan ekonomi negara lain. Dengan semangat hijrah bangsa Indonesia harus lebih mandiri dalam mengejar ketertinggalan dari bangsa lain di semua bidang,” pungkasnya.