Jakarta (17/12). Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso menegaskan, kebangsaan merupakan konsep yang dinamis, mengikuti perkembangan zaman dan perubahan lingkungan strategis. Oleh karena itu, seluruh elemen bangsa dituntut untuk terus belajar, beradaptasi, dan menyesuaikan diri agar tetap selaras dengan kepentingan nasional.
Hal itu ia tegaskan, saat menutup acara Sarasehan Kebangsaan Road To Munas X LDII 2026 yang diselenggarakan di Kantor DPP LDII, Jakarta, Selasa (16/12/2025). Acara ini mengangkat tema ‘Nasionalisme Berkeadaban, Merawat Pancasila, Meneguhkan Islam Wasathiyah, Membangun Indonesia Berkeadilan’.
“Kebangsaan itu sesuatu yang dinamis. Kita harus belajar, mengikuti perkembangan lingkungan strategis, dan menyesuaikan diri agar tetap sejalan dengan kepentingan kebangsaan,” ujar Chriswanto.
Tidak hanya bersifat dinamis, menurut KH Chriswanto konsep kebangsaan juga menghadapi tantangan pergantian generasi. Oleh karena itu, pencerahan dan pendidikan kebangsaan harus dilakukan secara berkelanjutan, baik kepada generasi muda maupun generasi tua, “Generasi muda perlu terus dibina agar siap menghadapi masa depan. Sementara generasi tua atau elit juga harus terus berintrospeksi dan memperbaiki diri,” katanya.
KH Chriswanto menjelaskan, dari delapan program prioritas LDII, program kebangsaan ditempatkan pada urutan pertama, disusul program keagamaan, pendidikan, dan kesehatan. Keempat program utama ini menjadi fondasi pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang disebut LDII sebagai SDM Profesional Religius.
“SDM yang kita bangun harus memiliki wawasan kebangsaan, bermoral, berpendidikan, mandiri, dan sehat sejak usia dini. Dengan begitu, ke depan kita memiliki SDM yang unggul dan siap memimpin,” jelasnya.
Ia juga menyoroti persoalan pengelolaan sumber daya alam (SDA) nasional. Menurutnya, hilirisasi secara konsep sudah benar, namun jika tidak dibarengi peningkatan kualitas SDM, maka pengelola dan penikmat utama hasilnya justru pihak asing.
“Pengelolaan SDA tanpa peningkatan kualitas SDM membuat warga lokal hanya menerima dampak, bukan manfaat utama. Karena itu, generasi muda Indonesia harus menyiapkan diri menjadi pemimpin masa depan dan berani mewujudkan idealismenya,” tegasnya.
Setelah peningkatan kualitas SDM, KH Chriswanto menyebut LDII juga mendorong pengembangan empat sektor lainnya dalam program prioritasnya. Di antaranya ekonomi syariah, ketahanan pangan dan lingkungan hidup, teknologi digital yang beretika, serta energi baru dan terbarukan.
Sebagai bentuk implementasi nyata, Gedung DPP LDII Jakarta telah menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Penerapan energi ramah lingkungan ini juga dilakukan di sejumlah pondok pesantren LDII, salah satunya di Pondok Pesantren Minhajurrosyidin, Pondok Gede, Jakarta, “Kami berupaya merawat lingkungan agar tetap bisa dinikmati generasi mendatang. Ini adalah bentuk dakwah *bil haal* yang kami harapkan dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya,” ujarnya.
Sebagai bentuk komitmen terhadap penguatan wawasan kebangsaan, DPP LDII telah menjalankan berbagai program. Di antaranya Sarasehan Kebangsaan, Sekolah Virtual Kebangsaan, serta pelatihan Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara yang dilaksanakan bekerja sama dengan TNI. Program-program tersebut bertujuan membina dan memperkuat pemahaman kebangsaan di berbagai lapisan warga LDII.
Menutup pernyataannya, Chriswanto berharap sinergi antar lembaga dan organisasi kemasyarakatan terus terjaga demi keutuhan bangsa, “Lemhannas, BPIP, NU, Muhammadiyah, dan seluruh elemen bangsa harus tetap satu. Surga kita cari masing-masing, tetapi dalam berbangsa dan bernegara kita harus menemukan titik temu,” pungkasnya.
Sarasehan ini mengundang tokoh-tokoh masyarakat, akademisi dan pimpinan ormas sebagai narasumber. Antara lain Ketua Tanfidziyah PBNU KH Ahmad Fahrur Rozi, Wakil Ketua Majelis Pelayanan Kesejahteraan Sosial (MPKS) PP Muhammadiyah Faozan Amar, Sekretaris Lembaga Pembinaan Haji dan Umrah (LPHU) PP Muhammadiyah Marjuki Al Jawiy, perwakilan BPIP Agus Moh Najib dan Irjen Pol (Pur) Mulyatno dari Lemhannas.











