Jakarta (27/5). Pimpinan Pusat Korps Perempuan Majelis Dakwah Islamiyah (PP KPMDI) menggelar seminar menangani kekerasan seksual dan kemandirian di pesantren. Acara yang bertema “Muslimah Berdaya, Santun, dan Terampil” itu di Pondok Pesantren Minhajurrasyidin, Pondok Gede, Jakarta Timur, Minggu (25/5).
Selain seminar, acara yang juga bagian dari rangkaian Milad ke-47 Majelis Dakwah Islamiyah (MDI) itu juga bertujuan meningkatkan kapasitas santriwati. Ketua Umum PP KPMDI Marlinda Irwanti Poernomo mengatakan, kegiatan itu merupakan bentuk nyata kepedulian KPMDI terhadap keselamatan dan masa depan perempuan muslimah.
Mereka membekali santriwati dengan pengetahuan dan keterampilan dalam menghadapi tantangan zaman, termasuk dalam melindungi diri dari kekerasan seksual dan membangun kemandirian ekonomi. “Kami berharap program ini menjadi model yang dapat direplikasi di berbagai pondok pesantren di Indonesia,” ujarnya.
Menanggapi hal itu, Sekretaris Ponpes Minhaajurrosyidin Ujang Saepudin mengatakan, ia mengapresiasi kegiatan itu. “Merupakan kehormatan bagi kami menjadi bagian dari kegiatan yang mulia ini. Tema yang diusung sangat relevan dengan kebutuhan zaman, yakni seorang muslimah tidak hanya taat dalam beragama, tapi juga mampu berdaya secara sosial, menjaga kesantunan, serta terampil dalam berbagai bidang kehidupan,” ujarnya.
Karena itu Ujang berharap, selain menjadi penguatan kapasitas intelektual, spiritual, dan sosial santriwati, juga membentuk pribadi muslimah berkarakter luhur.
Kegiatan yang menjadi awal dari program jangka panjang KPMDI dalam mewujudkan pesantren yang ramah perempuan dan produktif itu diikuti sebanyak 80 santriwati tingkat SMP dan SMA.
Salah satu pemateri Azimah Subagijo yang mengangkat isu kekerasan seksual menegaskan, para santriwati perlu berani bicara agar kebenaran tidak dibungkam. “Iman dan ilmu adalah bekal penting untuk melawan kekerasan. Jangan biarkan ketakutan membungkam kebenaran,” tegasnya.
Saat itu seluruh peserta juga diajak berikrar bersama untuk berani dan cerdas menjaga diri dan kehormatan sesuai ajaran Islam, menolong teman yang menjadi korban pelecehan seksual. “Berani berkata ‘tidak’ pada tindakan yang tidak pantas, dan akan melaporkan jika melihat dan mengalami kekerasan,” ujar Azimah.
Selain itu, pemateri Fifi Luthfiah juga mengingatkan mengenai etika santun dan estetika busana muslimah. “Tetap santun dalam berbusana, karena mencerminkan ketaatan dan identitas muslimah sejati,” jelasnya. Sedangkan pelatihan keterampilan mandiri yang diisi Siti Ubaidah memberikan praktik membuat abon sebagai upaya menanamkan semangat wirausaha. “Kemandirian bisa dimulai sejak dini, bahkan dari dapur pesantren,” katanya.
Barokallooh