Yogyakarta (13/6). DPW LDII Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bersilaturahim ke kantor Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DIY di Jalan MT Haryono, Yogyakarta, pada Kamis, 12 Juni 2025. Pertemuan yang berlangsung di aula kantor PWNU ini menjadi ajang perkenalan antarpengurus, sekaligus membuka peluang kolaborasi ke depan.
Rombongan LDII DIY dipimpin oleh Ketua Atus Syahbudin bersama sejumlah pengurus harian dan kepala biro. Mereka diterima oleh Sekretaris PWNU DIY, Muhajir, beserta jajaran. Dalam sambutannya, Muhajir menyambut hangat kunjungan ini dan menyebutnya sebagai momen penting untuk membangun persaudaraan lintas organisasi.
“NU sangat terbuka untuk kunjungan dan silaturahmi seperti ini. Ini bagian dari mempererat persaudaraan, terutama di tingkat akar rumput,” ujar Muhajir.
Dalam pertemuan tersebut, Muhajir juga memperkenalkan sejumlah lembaga di bawah naungan NU, yang bekerja di berbagai bidang. Di antaranya Lembaga Dakwah NU, LP Ma’arif NU yang menaungi lembaga pendidikan formal, Robithoh Ma’ahid Al Islamiyah (RMI) yang menangani pondok pesantren, hingga LPNU yang bergerak di sektor ekonomi umat.
Ada pula lembaga-lembaga yang menangani isu spesifik seperti LKKNU di bidang kesejahteraan keluarga, LPBHNU yang memberikan bantuan hukum, Lesbumi di ranah seni budaya, LAZISNU di bidang zakat dan infaq, hingga LFNU yang mengurus hisab dan rukyat dalam penanggalan hijriyah.
Muhajir menegaskan, fokus NU adalah mencari titik persamaan, bukan perbedaan. “Pengenalan ini bagian dari membangun ukhuwah Islamiyah secara individual maupun kelembagaan,” katanya.
Menanggapi perkenalan dari NU, Atus Syahbudin memperkenalkan struktur organisasi LDII yang terbagi dari pusat hingga desa. Di tingkat pusat disebut DPP, di provinsi DPW, di kabupaten DPD, di kecamatan PC, dan di desa PAC. Setiap masjid binaan LDII juga memiliki prosedur operasional standar, seperti penjadwalan imam dan khatib untuk memastikan kesinambungan ibadah.
Atus juga menjelaskan bahwa di tingkat provinsi, DPW LDII memiliki 12 biro, di antaranya Biro Pendidikan Keagamaan dan Dakwah, Biro Pengabdian Masyarakat, Biro Komunikasi, Biro Ekonomi, hingga Biro Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga.
Ketua PWNU DIY, Ahmad Zuhdi Muhdlor, dalam tanggapannya menekankan pentingnya membedakan antara keluarga sakinah dan keluarga maslahah. Menurutnya, keluarga sakinah menekankan pada kedamaian internal, sementara keluarga maslahah juga mampu memberi manfaat kepada masyarakat sekitar.
“Untuk menciptakan keluarga maslahah, tidak bisa dibiarkan tumbuh sendiri, perlu diupayakan melalui kerja sama dan sinergi lintas lembaga,” ucap Zuhdi.
Zuhdi menambahkan, memasuki abad kedua, NU mencanangkan kolaborasi dan sinergitas sebagai fokus utama organisasi. Ia mengakui, berbagai lembaga di NU saat ini telah berjalan, namun belum terkonsolidasi secara maksimal. Karena itu, dibutuhkan terminal bersama sebagai titik koordinasi.
“Satu musuh terlalu banyak, seratus kawan terlalu sedikit. Sinergi seperti dengan LDII ini sangat penting. Kami menegaskan bahwa PWNU DIY membuka tangan lebar-lebar untuk bekerja sama dengan LDII DIY dalam berbagai program yang bisa ditindaklanjuti ke depan,” ujarnya.