Sleman (22/11). PPG Insan Mulia naungan DPD LDII Sleman menyelenggarakan seminar bertajuk “Building Character, Chasing Scholarship: Because Strong Character Leads to Great Opportunities”. Acara berlangsung di Aula Gedung SOR, Sleman Minggu, (26/10). Kegiatan ini diikuti puluhan mahasiswa angkatan 2023–2025 dan menghadirkan tiga pembicara: Solechan Arbaa, Pipin Kusumawati, dan Anwar Rovik.
Dalam pembukaannya, Solechan menegaskan pentingnya ilmu agama sebagai fondasi hidup mahasiswa. Ia menyampaikan bahwa ibadah dan kedekatan kepada Allah menjadi penopang dalam menempuh pendidikan tinggi.
“Kemampuan sebesar apa pun akan sulit berhasil tanpa pertolongan Allah. Ibadah harus jadi prioritas,” ucapnya. Ia juga menyinggung pentingnya memilih lingkungan pertemanan yang baik, karena karakter seseorang banyak dibentuk oleh kedekatan sehari-hari.
Solechan menambahkan pesan agar mahasiswa berhati-hati terhadap pengaruh negatif pergaulan. Ia menyebut godaan dunia dan lingkungan yang tidak sehat dapat mengikis karakter dan fokus belajar. “Pengaruh buruk datangnya halus. Sedikit demi sedikit, seseorang bisa terbiasa pada hal yang salah,” ujarnya dalam sesi penyampaian materi. Menurutnya, pembinaan karakter menjadi salah satu alasan LDII terus mendorong kegiatan edukatif bagi generasi mudanya.
Pada sesi Chasing Scholarship, Anwar Rovik fokus mengulas peluang beasiswa, terutama LPDP, yang menurutnya menjadi instrumen penting meningkatkan kualitas sumber daya manusia menuju Indonesia Emas 2045. Ia menyoroti rendahnya rasio lulusan magister dan doktor di Indonesia. “Kalau ingin bersaing, persiapan harus dimulai sekarang. Pendidikan tinggi memberi dampak besar bagi kemajuan sebuah negara,” kata Anwar. Ia menambahkan bahwa mahasiswa perlu memahami jenis beasiswa, proses seleksi, dan pentingnya komitmen menyelesaikan studi.
Anwar juga mengungkap tantangan yang ia alami saat mendaftar LPDP. Baginya, tantangan terbesar adalah mengelola diri sendiri di tengah kesibukan. “Waktu terbatas, tapi persiapan harus maksimal,” katanya.
Ia menilai banyak pelamar gagal karena terlalu menonjolkan prestasi pribadi dan kurang menunjukkan kontribusi sosial. “Karakter dan komitmen itu yang dinilai. Bukan sekadar daftar penghargaan,” tambahnya.
Sesi ketiga diisi Pipin Kusumawati yang mengulas peralihan dari fase SMA ke dunia perkuliahan melalui materi “Culture Shock?! Let’s Change Our Mindset!”. Ia menyampaikan perubahan drastis yang akan dihadapi mahasiswa, mulai dari manajemen waktu hingga tanggung jawab pribadi. “Saat SMA, semua serba teratur. Saat kuliah, kalian harus mandiri, dari makan, keuangan, sampai jadwal mengaji,” terangnya. Menurutnya, kesadaran akan perubahan ini membantu mahasiswa lebih siap menghadapi tekanan akademik.
Pipin menegaskan pentingnya memiliki growth mindset agar mahasiswa tidak mudah menyerah saat gagal. Ia menilai karakter seperti disiplin, keberanian mengambil risiko, dan keteguhan menjadi bekal utama menghadapi masa depan. “Orang sukses bukan yang tidak pernah gagal. Tapi yang terus maju meski tahu risikonya besar,” ucapnya. Ia juga menambahkan bahwa pola pikir negatif akan menghambat perkembangan seseorang karena membatasi kemampuannya.
Sementara itu, Ketua DPD LDII Sleman, Suwarjo memberi perhatian khusus terhadap kegiatan ini karena selaras dengan program pembinaan generus yang mengedepankan akhlaq, kemandirian, dan kecakapan akademik.
Suwarjo berharap mahasiswa LDII tidak hanya mengejar prestasi akademik, tetapi juga memperkuat nilai spiritual, moral, dan karakter. “Seminar ini dipandang sebagai bagian dari program pembinaan generus LDII yang menempatkan karakter unggul sebagai modal utama,” tutupnya.











