Bone (30/9). DPW LDII Sulawesi Selatan (Sulsel) menggelar Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) di Masjid Baitul Muttaqin, Kabupaten Bone, Sulsel, pada Sabtu (27/9). Rakorwil mengusung tema “Peran LDII dalam Mewujudkan Akselerasi Pencapaian Asta Cita di Sulawesi Selatan”.
Ketua DPW LDII Sulsel, Asdar Mattiro mengatakan fokus utama rakorwil tahun ini adalah bidang kesehatan, pendidikan, serta pembentukan karakter dan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Menurutnya, rakorwil ini menunjukkan keseriusan LDII dalam memperluas kontribusi sosial. “Dengan mengintegrasikan nilai-nilai keagamaan, karakter, dan keterampilan praktis, LDII hadir sebagai mitra strategis dalam mewujudkan Indonesia yang sehat, cerdas, dan berkarakter. LDII siap mempercepat capaian Asta Cita di Sulawesi Selatan,” ujar Asdar.
Dalam peningkatan kualitas SDM, ia turut mengingatkan pentingnya memilih jurusan pendidikan tinggi yang relevan dengan perkembangan zaman. Ia menekankan agar generasi muda diarahkan ke bidang-bidang yang memiliki peluang besar di masa depan.
“Kalau ada anak-anak kita yang akan kuliah, arahkan ke jurusan STEM: Science, Technology, Engineering, dan Mathematics. Keempat bidang ini punya peluang besar dan sangat dibutuhkan ke depan,” jelas Asdar.
Ia berharap para orang tua dan pendidik tidak hanya mempertimbangkan minat, tapi juga kebutuhan tenaga kerja nasional dan global, agar lulusan siap bersaing dan berkontribusi secara strategis.
Rakorwil dihadiri pengurus DPW LDII Sulsel dan perwakilan DPD dari empat kabupaten: Bone, Wajo, Sidrap, dan Soppeng. Rakorwil ini menjadi forum penting untuk menata arah program kerja 2026 sekaligus memperkuat sinergi antara LDII dan instansi pemerintah.
Sementara itu, Wakil Ketua DPW LDII Sulsel Bidang Pengabdian Masyarakat, Safwan Syam mengungkapkan, LDII telah menyiapkan langkah konkret dalam mendukung program kesehatan nasional. Salah satunya adalah dengan menjalin koordinasi dengan Dinas Kesehatan di tingkat Kabupaten/Kota.
“LDII juga ingin membangun kepercayaan pemerintah bahwa organisasi ini adalah mitra yang aktif dan solutif. Sehingga kami siap memfasilitasi cek kesehatan gratis, menyediakan tempat dan pasien. Ini bentuk dukungan langsung terhadap Asta Cita di sektor kesehatan,” jelasnya.
Sementara Wakil Ketua Bidang Pendidikan Umum dan Pelatihan, Jawiana Saokani menekankan pentingnya pendidikan yang menyentuh kebutuhan riil masyarakat. Ia menggarisbawahi bahwa pelatihan dan pengembangan SDM harus sesuai dengan konteks lokal masing-masing daerah.
“Kami merancang pelatihan berbasis kebutuhan nyata, seperti isu stunting, kesehatan keluarga, dan keterampilan ekonomi. Pendidikan harus menyenangkan, bermakna, dan membentuk karakter,” ujarnya.
Jawiana juga menyampaikan bahwa pengurus LDII diharapkan segera beraudiensi dengan Dinas Pendidikan di tingkat provinsi maupun Kabupaten/Kota, guna memperkuat kolaborasi dan membuka ruang peningkatan kapasitas guru sesuai dengan potensi dan kebutuhan di masing-masing daerah.
“Tujuan akhirnya bukan hanya peningkatan pengetahuan, tapi membangun karakter dan kompetensi guru secara utuh,” tambahnya.
Program unggulan “Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat” terus digalakkan, termasuk kebiasaan bangun pagi, ibadah, olahraga, makan sehat, belajar, bermasyarakat, dan tidur cukup. Jawiana menegaskan bahwa pembentukan karakter harus dimulai dari rumah.
“Setiap orang tua adalah guru pertama. Pendidikan bukan hanya tanggung jawab sekolah, tetapi juga keluarga. Kami ingin karakter menjadi fondasi dari proses belajar mengajar,” ungkapnya.
Dalam konteks ini, LDII juga mengembangkan pendekatan berbasis model ‘Gunung Es’, bahwa perilaku yang tampak hanyalah puncak dari nilai, sikap, dan motivasi yang harus dibentuk secara mendalam.
LDII mendorong penguatan fungsi guru sebagai pembimbing dengan mengadakan pelatihan bimbingan konseling (BK) untuk semua guru. Tujuannya menciptakan suasana sekolah yang aman, nyaman, dan mendukung perkembangan emosional siswa.
Di samping itu, pendekatan deep learning menjadi fokus, agar proses pembelajaran tidak sekadar “menghafal”, melainkan memahami dan meresapi makna dari apa yang dipelajari. LDII supaya membekali guru dengan pendekatan pembelajaran yang mengajarkan:
Know what yaitu tahu apa yang harus dilakukan. Know how yaitu tahu bagaimana melakukannya. Know why tahu mengapa itu penting. Know who dan whom: Siapa yang bisa dijadikan teladan dan untuk siapa tindakan itu dilakukan. “Pengetahuan bukan sekadar tahu sesuatu, tetapi juga membentuk karakter dan kompetensi seseorang. Inilah yang ingin kami dorong dalam pendidikan nasional,” tegas Jawiana.
LDII juga menyoroti kurangnya tenaga kerja di sektor-sektor penting seperti pertanian dan perkebunan. Karena itu, LDII mendorong generasi muda untuk memilih jurusan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja.
“Kami ingin generasi muda berpikir jauh ke depan. Jangan hanya ikut-ikutan, tetapi lihat potensi lapangan kerja dan kekuatan daerah,” jelas salah satu pengurus.
Sekretaris DPW LDII Sulsel, Nashruddin menekankan pentingnya penguatan organisasi, kaderisasi, dan administrasi. Menurutnya, manajemen organisasi yang tertib adalah fondasi untuk mendukung keberhasilan program-program besar.
“Kami ingin program kerja 2026 fokus pada isu yang menyentuh langsung masyarakat: kesehatan, pendidikan, dan ekonomi,” katanya.
Rakorwil LDII Sulsel tahun ini menunjukkan keseriusan organisasi dalam memperluas kontribusi sosialnya. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai keagamaan, karakter, dan keterampilan praktis, LDII hadir sebagai mitra strategis dalam mewujudkan Indonesia yang sehat, cerdas, dan berkarakter.