Lembaga Dakwah Islam Indonesia
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
  • DESAIN GRAFIS
    • Kerja Bakti Nasional 2025 dan 17 Agustus 2025
No Result
View All Result
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
  • DESAIN GRAFIS
    • Kerja Bakti Nasional 2025 dan 17 Agustus 2025
No Result
View All Result
Lembaga Dakwah Islam Indonesia
No Result
View All Result
Home Artikel

Menilik Prospek Cerah Bayam Jepang (Horenso) sebagai Komoditas Unggulan dalam Tren Gaya Hidup Sehat

2024/11/19
in Artikel
1
Petani bayam jepang di Lembang, Bandung. Foto: LINES

Petani bayam jepang di Lembang, Bandung. Foto: LINES

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

Lembang (19/11). Tren hidup sehat terus berkembang, mendorong masyarakat untuk semakin selektif dalam memilih bahan makanan, terutama sayuran. Salah satu jenis sayuran yang kini mendapat perhatian lebih adalah horenso (Spinacia oleracea), atau dikenal sebagai bayam Jepang. Sayuran hijau ini memiliki kandungan nutrisi tinggi, seperti vitamin A, C, K, dan zat besi, yang menjadikannya pilihan ideal bagi konsumen yang peduli kesehatan. Tak hanya itu, horenso juga memiliki nilai ekonomi yang menjanjikan karena banyak diminati oleh kalangan kelas menengah ke atas yang mengutamakan kualitas.

Mulyana, seorang petani dan warga LDII asal Desa Cibodas, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, melihat peluang besar dari budidaya horenso ini. “Konsumen dari restoran Jepang dan rumah tangga di kota besar seperti Bandung dan Jakarta cukup banyak yang mencari horenso, terutama yang organik,” ujar Mulyana.

Dengan permintaan yang terus meningkat, horenso memberikan peluang stabil dan berpotensi meningkatkan pendapatan para petani. Selain itu, iklim sejuk dan tanah subur di kawasan Lembang menjadikan daerah ini sangat cocok untuk budidaya horenso. “Perawatan tanaman ini terbilang mudah dengan waktu panen yang relatif singkat. “Biasanya panen sekitar 35-40 hari, tergantung cuaca,” ungkap Mulyana.

Mulyana menanam horenso di dua lahan berbeda, masing-masing seluas 125meter persegi dan 225meter persegi. “Di lahan yang 225 meter, saya bisa menanam sekitar 2.400 pohon. Kalau hasilnya bagus, panen bisa mencapai 120-150 kilogram sekali panen,” katanya. Perawatan tanaman horenso dilakukan dengan sistem sederhana namun efisien. “Saat mulai menanam, saya menyiram dua kali sehari. Setelah seminggu, cukup sekali sehari. Sistem ini menjaga pertumbuhan tanaman tetap optimal,” jelasnya.

Mulyana menjual hasil panennya melalui sistem kontrak dengan klien, seperti restoran atau distributor sayuran. “Kontrak biasanya di harga Rp37.000 per kilogram. Agar memenuhi standar pasar, daunnya harus bebas dari hama, mulus, sehat, dan mencapai tinggi sekitar 30 cm. Setelah dipanen, horenso langsung dipacking di rumah untuk menjaga kualitas,” lanjutnya.

Dalam seminggu, Mulyana bisa mengirimkan sekitar 50 kilogram horenso ke pelanggannya. “Kalau lagi ramai, misalnya saat musim liburan, pengiriman bisa mencapai 100 kilogram seminggu,” ungkapnya.

Meski menjanjikan, budidaya horenso memiliki tantangan tersendiri, terutama dari hama dan perubahan cuaca. “Kalau cuaca sering berubah, tanaman rentan terkena hama atau virus. Di musim hujan, tanaman di lahan terbuka bisa hancur kalau tidak pakai greenhouse,” ujar Mulyana.

Untuk mengatasi masalah ini, ia menggunakan pupuk organik buatan sendiri. Limbah daun horenso yang tidak layak konsumsi dikumpulkan, lalu diolah menjadi pupuk dengan tambahan air dan sedikit garam. “Saya juga tambahkan sedikit pupuk NPK, sekitar 500 gram untuk 200 liter air,” tambahnya.

Namun, tantangan utama budidaya horenso adalah hama dan perubahan cuaca yang tidak menentu. “Kalau cuaca sering berubah, biasanya tanaman rentan hama atau virus. Di musim hujan, tanaman yang ditanam di lahan terbuka bisa hancur kalau tidak pakai greenhouse,” kata Mulyana.

Mulyana menggunakan pupuk organik yang dibuat sendiri dari limbah daun horenso yang tidak terpakai. “Saya kumpulkan daun horenso rusak, lalu buat pupuk dengan campuran air dan sedikit garam. Tapi, saya juga tambahkan pupuk NPK, sekitar 500 gram untuk 200 liter air,” jelasnya.

Budidaya horenso di kawasan Lembang tidak hanya menjadi sumber penghasilan bagi Mulyana, tetapi juga bagi mayoritas warga LDII di Desa Cibodas. Mulyana mengungkapkan bahwa sebagian besar warga LDII di desanya berprofesi sebagai petani, dengan komoditas unggulan seperti horenso, buncis kenya, dan sayuran premium yang kini semakin diminati pasar.

Di luar aktivitas bertani, Mulyana dan warga LDII lainnya di Desa Cibodas sering mengadakan acara keakraban di lahan pertanian mereka. Salah satu tradisi menarik yang sering dilakukan oleh warga LDII Cibodas adalah “botram”, atau makan bersama di area pertanian. “Kalau ada pengurus dari LDII Kota Bandung berkunjung, biasanya kami menyambut mereka dengan hangat dan uniknya, warga di sini senang memberikan oleh-oleh berupa sayuran segar hasil panen,” ujarnya.

Budidaya horenso di kawasan Lembang tidak hanya menjadi sumber penghidupan yang menjanjikan, tetapi juga turut mendukung tren hidup sehat yang semakin diminati masyarakat. Dengan pengelolaan yang baik dan adaptasi terhadap tantangan cuaca, horenso memiliki potensi besar untuk menjadi komoditas unggulan di masa depan.

Tags: Bayam JepangHorensoKomoditas Unggulanldii lembangMulyanaTren Gaya Hidup Sehat

Comments 1

  1. Pri Adhi Joko Purnomo says:
    10 months ago

    Sayur sehat awal mula hidup sehat…
    Semoga barokah

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

KOMENTAR TERKINI

  • Supardo on DPP LDII: Generasi Muda Harus “Melek” Digital di Era Media Baru
  • Abi Sajaroh on Jejak Karbon (Carbon Footprint) – Apa yang Perlu Difahami?
  • Pak Dar on Jejak Karbon (Carbon Footprint) – Apa yang Perlu Difahami?
  • Supardo on Muswil X LDII Jatim Dorong Ormas Perkuat Komitmen Kebangsan dalam Bingkai Islam yang Berkemajuan
  • Supardo on Jejak Karbon (Carbon Footprint) – Apa yang Perlu Difahami?
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Pengajian Keputrian LDII Ajak Remaja Putri Jaga Marwah Perempuan

Pengajian Keputrian LDII Ajak Remaja Putri Jaga Marwah Perempuan

August 28, 2025
LDII Kabupaten Bandung Tingkatkan Kompetensi Da’i dan Da’iyah Lewat Pelatihan Dakwah

LDII Kabupaten Bandung Tingkatkan Kompetensi Da’i dan Da’iyah Lewat Pelatihan Dakwah

August 30, 2025
Demonstrasi di Berbagai Kota, LDII Sampaikan Keprihatinan dan Minta Para Elit Dengarkan Aspirasi Rakyat

Demonstrasi di Berbagai Kota, LDII Sampaikan Keprihatinan dan Minta Para Elit Dengarkan Aspirasi Rakyat

August 30, 2025
Bupati Nganjuk Apresiasi Ponpes Al Ubaidah Gelar Jalan Sehat Keluarga dan Bazar Meriahkan HUT ke-80 RI

Bupati Nganjuk Apresiasi Ponpes Al Ubaidah Gelar Jalan Sehat Keluarga dan Bazar Meriahkan HUT ke-80 RI

August 28, 2025
Jejak Karbon (Carbon Footprint) – Apa yang Perlu Difahami?

Jejak Karbon (Carbon Footprint) – Apa yang Perlu Difahami?

3
Muswil X LDII Jatim Dorong Ormas Perkuat Komitmen Kebangsan dalam Bingkai Islam yang Berkemajuan

Muswil X LDII Jatim Dorong Ormas Perkuat Komitmen Kebangsan dalam Bingkai Islam yang Berkemajuan

1
DPP LDII: Generasi Muda Harus “Melek” Digital di Era Media Baru

DPP LDII: Generasi Muda Harus “Melek” Digital di Era Media Baru

1
Sorgum, Butir Kecil Masa Depan Pangan Indonesia

Sorgum, Butir Kecil Masa Depan Pangan Indonesia

1
Jejak Karbon (Carbon Footprint) – Apa yang Perlu Difahami?

Jejak Karbon (Carbon Footprint) – Apa yang Perlu Difahami?

September 6, 2025
Tindaklanjuti Hasil Rakornas, LDII Sumbar Helat Rapat Koordinasi

Tindaklanjuti Hasil Rakornas, LDII Sumbar Helat Rapat Koordinasi

September 5, 2025
LDII Musi Banyuasin Salurkan Bantuan untuk Korban Kebakaran di Pinang Banjar

LDII Musi Banyuasin Salurkan Bantuan untuk Korban Kebakaran di Pinang Banjar

September 5, 2025
Dinkes Kota Pekanbaru Gelar Cek Kesehatan Gratis Berbasis Komunitas

Dinkes Kota Pekanbaru Gelar Cek Kesehatan Gratis Berbasis Komunitas

September 5, 2025

DPP LDII

Jl. Tentara Pelajar No. 28 Patal Senayan 12210 - Jakarta Selatan.
Telepon: 0811-8604544

SEKRETARIAT
sekretariat[at]ldii.or.id
KIRIM BERITA
berita[at]ldii.or.id

BERITA TERKINI

  • Jejak Karbon (Carbon Footprint) – Apa yang Perlu Difahami? September 5, 2025
  • Tindaklanjuti Hasil Rakornas, LDII Sumbar Helat Rapat Koordinasi September 5, 2025
  • LDII Musi Banyuasin Salurkan Bantuan untuk Korban Kebakaran di Pinang Banjar September 5, 2025

NAVIGASI

  • Home
  • Contact
  • Jadwal Shalat
  • Hitung Zakat
  • Privacy Policy
  • NUANSA PERSADA

KATEGORI

Kirim Berita via Telegram

klik tautan berikut:
https://t.me/ldiibot

  • Home
  • Contact
  • Jadwal Shalat
  • Hitung Zakat
  • Privacy Policy
  • NUANSA PERSADA

© 2020 DPP LDII - Managed by KIM & IT Division.

No Result
View All Result
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
  • DESAIN GRAFIS
    • Kerja Bakti Nasional 2025 dan 17 Agustus 2025

© 2020 DPP LDII - Managed by KIM & IT Division.