Sleman (22/11). Program pembinaan generasi muda LDII di Sleman mencatat peningkatan signifikan melalui kegiatan Suplementer bertajuk Pengajian Progress Generus. Acara yang digelar serentak di Masjid Al Awwabin dan Masjid Al Barokah pada Jumat (17/10/2025) itu mencatat kenaikan kehadiran dari 79,60 persen menjadi 85,14 persen, atau 275 peserta.
Peningkatan ini mendorong LDII Sleman terus memperluas pola pendekatan yang berfokus pada relasi personal.
Ketua panitia, Sumarwiyanto, menyebut capaian tersebut hasil dari strategi komunikasi yang lebih dekat dengan generasi muda. Ia mengatakan panitia berusaha menjadikan kegiatan ini sebagai ruang nyaman bagi peserta.
“Kami ingin masjid bukan sekadar tempat datang lalu pulang. Mereka perlu merasa diterima,” ujarnya. Ia menambahkan banyak generus merespons positif pendekatan yang lebih manusiawi.
Panitia berencana menjadikan kegiatan ini sebagai program rutin bulanan. Sumarwiyanto menyampaikan pihaknya akan tetap berinovasi dan memperkuat pola pendekatan personal. “Kami berharap program tersebut mampu menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan pemuda di Sleman,” ujarnya.
Sumarwiyanto menekankan pentingnya membangun keakraban, di antaranya lewat komunikasi rutin melalui grup pesan dan kunjungan ke komunitas pemuda.
Sumarwiyanto menyebut pendekatan tersebut membuat generus merasa memiliki ruang berkegiatan. “Ketika hubungan terbentuk, mereka datang bukan karena kewajiban, tetapi karena merasa terlibat,” tuturnya.
Koordinator lapangan, Fauzi, menambahkan beberapa kendala teknis juga ditindaklanjuti. “Ada yang kesulitan transportasi, jadi kami siapkan antar-jemput. Itu berdampak besar,” katanya.
Pada pelaksanaan kegiatan, panitia mengatur suasana yang lebih hangat dan tidak kaku. Mereka menyapa peserta satu per satu, memberi ruang bertanya, serta melibatkan generus dalam kegiatan teknis seperti persiapan dan kebersihan masjid.
Fauzi menjelaskan pelibatan tersebut mendorong rasa tanggung jawab. “Mereka merasa memiliki peran. Itu membuat kedekatan baru terbentuk,” ucapnya.
Di sisi lain, para ustaz dan pengurus menampilkan keteladanan lewat ketepatan waktu dan dialog yang lebih dekat dengan realitas generasi muda. Materi disampaikan dengan gaya yang mudah dipahami.
Beberapa peserta mengaku atmosfer kegiatan berbeda dari pengajian formal yang selama ini mereka hadiri. “Kami bisa bertanya, bisa curhat. Rasanya lebih hidup,” ujar Rina, salah satu peserta.
Sementara itu, Ketua DPW LDII Atus Syahbuddin menyebut metode yang diterapkan panitia bisa menjadi model pembinaan generasi muda di wilayah lain. Ia menilai kegiatan tersebut memperlihatkan keseriusan pengurus LDII dalam memprioritaskan ruang tumbuh anak muda.
“Mereka diajak bicara, bukan hanya diundang hadir. Itu yang membuat mereka kembali datang,” katanya.











