Jakarta (8/8). Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Utara terus menunjukkan komitmennya dalam memperkuat pertahanan sosial terhadap ancaman terorisme dan radikalisme. Melalui pendekatan edukatif dan partisipatif, Pemkot menggandeng berbagai elemen masyarakat, termasuk pondok pesantren.
Kegiatan tersebut bertajuk Pencegahan Aksi Terorisme dan Gerakan Radikalisme, yang digelar di Ruang Fatahillah, Kantor Wali Kota Jakarta Utara, pada Rabu (30/7/2025).
Sekretaris Kota (Sekko) Jakarta Utara, Fredy Setiawan, dalam sambutannya menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk mencegah penyebaran paham kekerasan dan ideologi ekstrem di tengah masyarakat. “Ancaman teror bukan sekadar fisik, tapi juga ideologis. Edukasi dan partisipasi warga jadi benteng utama,” ujarnya.
Dengan menggandeng pesantren dan institusi pendidikan keagamaan lainnya, Pemkot berharap mampu membangun ketahanan ideologis masyarakat sejak dini, “Ini bukan agenda sesaat, tapi proses jangka panjang yang harus dilakukan bersama-sama oleh pemerintah, masyarakat, dan dunia pendidikan, khususnya pesantren,” kata Fredy Setiawan.
Kegiatan ini menghadirkan narasumber dari Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror, Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) DKI Jakarta, serta akademisi Universitas Indonesia (UI), dan diikuti oleh perwakilan dari berbagai pondok pesantren, seperti Ponpes Syarif Hidayatullah, Ponpes Al-Akbar, dan Ponpes Al-Muflihun.
Salah satu materi penting dalam kegiatan ini disampaikan oleh Margaretha, akademisi dari UI, yang menekankan pentingnya kolaborasi erat antara masyarakat dan aparat keamanan. Sinergi tersebut, menurutnya, menjadi kunci dalam deteksi dini serta penanggulangan gerakan radikal yang kerap menyusup melalui berbagai kanal sosial dan digital.
Menurutnya, pesantren memiliki kontribusi besar dalam membina generasi muda melalui pendidikan agama yang mendalam, moderat, dan berbasis akhlak. “Dengan pendekatan yang damai dan inklusif, pesantren adalah benteng ideologis dan moral. Di situlah tempat mencetak generasi yang cinta tanah air dan toleran,” lanjutnya.
Menanggapi keterlibatan pondok pesantren dalam kegiatan ini, Ustad Eko Harmanto, Wakil Ketua Ponpes Syarif Hidayatullah salah satu pondok di bawah naungan LDII DKI Jakarta, menegaskan keikutsertaan pesantren bukan karena dicurigai, melainkan karena dipandang strategis.
“Pondok pesantren bukan ditargetkan, tapi justru dilibatkan karena dianggap punya peran sentral dalam membentengi umat dari ajaran menyimpang. Pemberdayaan pesantren adalah bagian dari solusi dalam mencegah terorisme dan radikalisme,” jelasnya.
Pesan inspiratif juga disampaikan kepada para santri yang hadir. Ustad Eko memberikan semangat kepada mereka untuk menjadi generasi penerus ulama sekaligus penjaga warisan Islam yang damai.
“Santri Hebat adalah Santri yang Paham agama dengan ilmu bukan emosi, Cinta damai bukan pencinta konflik, merangkul bukan memukul, dan menyebar cahaya bukan api kebencian,” katanya.
Kegiatan ini menjadi bagian dari langkah strategis dan berkelanjutan yang diambil oleh Pemkot Jakarta Utara untuk menciptakan lingkungan sosial yang aman, harmonis, dan bebas dari paham radikal.