Pontianak (5/12). LDII Kalimantan Barat (Kalbar) menggelar pengajian pasangan suami istri untuk evaluasi sekaligus motivasi ketahana keluarga. Acara yang berlangsung di Aula Pesantren Al Muqorrobun, Pontianak, Kalbar, pada Minggu (30/11) itu, juga membahas pengelolaan masalah di rumah tangga.
“Trend perceraian di Kalimantan Barat mengalami peningkatan. Hal ini yang melandasi LDII Kalbar menggelar pengajian pasutri,” ujar Ketua DPW LDII Kalbar Susanto, yang mencermati tingginya angka perceraian di Kalbar dengan pemicu hal sepele.
Susanto menegaskan, ketahanan keluarga dimulai dari suami-istri yang saling memahami. Karena itu, acara tersebut dibentuk menjadi ruang belajar bersama agar pasangan mampu menjaga cinta, memperkuat komitmen, dan menghindari perceraian yang sesungguhnya bisa dicegah.
Ia menambahkan, banyak perceraian terkadang dipicu hal-hal sepele, mulai dari pola komunikasi yang kurang sehat hingga tekanan ekonomi, termasuk penggunaan gadget yang tidak bijak.
“Setiap keluarga ketika punya masalah harus segera diselesaikan, jangan sampai menumpuk. Maka melalui pengajian pasutri, LDII mendorong pasangan untuk membangun kebiasaan berdialog, saling menghormati, dan bekerja sama dalam menyelesaikan persoalan rumah tangga,” jelas Susanto.
Selain itu, LDII Kalbar yang telah membentuk Kelompok Kerja (Pokja) Keluarga Bahagia, yang juga berperan merancang program-program pembinaan keluarga. “Pokja itu berperan memberikan mulai dari edukasi pranikah, pembinaan pasangan suami istri, pola pengasuhan anak, hingga penguatan karakter keluarga, termasuk sarana konsultasi ketika ada problem hubungan keluarga,” imbuhnya.
Koordinator Pokja Keluarga Bahagia, Ustadz Ismail Unggul Karya menjelaskan, Pengajian Pasutri yang bertajuk “Rumahku, Surgaku” itu diikuti sekitar 50 pasang dengan usia pernikahan 1-10 tahun. Pengajian Pasutri, sebutnya, sudah dijadikan agenda rutin, namun pengemasan acaranya saja yang mengalami perubahan.
“Pengajian Pasutri untuk kali ini diadakan di indoor, namun karena peserta perlu ditambah maka dimungkinkan akan dilaksanakan di outdoor dan pengemasan juga lebih menarik,” imbuh Ismail. Adapun materi pembekalan yang diberikan penguatan keagamaan sebagai pondasi spiritual, pola komunikasi termasuk manajemen resiko dan keuangan keluarga.

