Medan (28/12). Ketua Biro Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga (PPKK) LDII Sumatera Utara, Rosnelli, resmi dikukuhkan sebagai guru besar di Universitas Negeri Medan (UNIMED). Ia dikukuhkan sebagai guru besar di bidang Manajemen Pendidikan, khususnya dalam ranting ilmu kepakaran kepemimpinan pendidikan di Fakultas Teknik UNIMED, pada Selasa (9/12).
Rosnelli mengungkapkan, proses pengajuan jabatan guru besar bukanlah perjalanan yang mudah. Tantangan terbesar yang ia hadapi bukan hanya persoalan publikasi ilmiah atau administrasi, melainkan menjaga konsistensi dan kesabaran di tengah banyaknya peran yang dijalani sebagai akademisi, pemimpin organisasi, dan ibu keluarga.
“Ada masa lelah dalam proses pengusulan profesor. Namun dukungan keluarga, terutama suami, sangat luar biasa. Begitu pula dukungan rekan akademik dan sesama pengurus LDII. Semua itu membuat saya menyadari bahwa proses menuju profesor adalah perjalanan spiritual dan intelektual yang bernilai ibadah,” ujar Dosen FT Unimed itu.
Menurut Rosnelli, setiap ikhtiar yang diniatkan sebagai ibadah akan menemukan jalannya sendiri dengan pertolongan Allah SWT. Ia menekankan pentingnya manajemen diri, perencanaan yang rapi, kerja kolaboratif, serta keyakinan bahwa setiap usaha yang dijalani dengan niat lurus tidak akan sia-sia.
Dalam proses pemenuhan syarat profesor, Rosnelli aktif bergabung dalam komunitas menulis dan riset mengenai pendidikan di Sumatera Utara. Ia mendapatkan bimbingan dari Prof. Rahmah Fithriani, dan Prof. Amirul Mukminin, hingga berhasil mempublikasikan artikel ilmiah pada jurnal bereputasi internasional terindeks Scopus.
“Walaupun telah ditetapkan sebagai profesor, saya berkomitmen untuk terus belajar, berbagi, dan mengabdi. Ilmu harus terus ditapaki agar menghasilkan penelitian dan karya ilmiah yang bermanfaat bagi dunia pendidikan,” katanya.
Rosnelli juga membagikan pandangannya mengenai kunci keberhasilan meraih IPK tertinggi di Pascasarjana UNIMED. Menurutnya, prestasi akademik tidak semata ditentukan oleh kecerdasan, tetapi oleh disiplin belajar, manajemen diri, dan kejelasan tujuan hidup. “Mahasiswa yang unggul adalah mereka yang mampu mengelola waktu secara konsisten, aktif berdiskusi untuk analisis, kritis dan inovatif, serta menjadikan belajar sebagai kebutuhan, bukan kewajiban yang memberatkan,” terangnya.
Dalam menghadapi tantangan era digital, Rosnelli mendorong pendekatan *human-centered digitalization* sejalan dengan semangat Society 5.0. “Teknologi seperti kecerdasan buatan dan analitik data harus diposisikan sebagai alat untuk memanusiakan pendidikan, bukan menggantikannya. Kampus harus mencetak lulusan yang cakap teknologi sekaligus berkarakter, beretika, dan berempati,” tegasnya.
Pemikiran tersebut juga tertuang dalam bukunya yang berjudul “Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Society 5.0”, yang lahir dari kegelisahan terhadap model kepemimpinan pendidikan yang hanya kuat secara administratif, namun lemah dalam dimensi nilai dan keteladanan.
Di LDII, Rosnelli memimpin Biro PPKK LDII Sumatera Utara dengan fokus pada pembinaan karakter, pendidikan keluarga, dan ketahanan moral generasi muda. Program-program yang dijalankan diarahkan untuk membentuk keluarga sakinah, meningkatkan literasi keislaman, serta membangun SDM yang berakhlakul karimah, mandiri, jujur, amanah, rukun, dan profesional. “Perbaikan bangsa harus dimulai dari keluarga yang berkualitas,” tegasnya.
Ia pun berpesan kepada dosen muda dan mahasiswa agar tidak memisahkan ilmu dan iman. Menurutnya, keunggulan akademik dan kekokohan nilai keislaman adalah dua hal yang saling menguatkan. “Ilmu harus dijadikan jalan pengabdian, bukan sekadar alat meraih jabatan,” ujarnya.
Rosnelli berharap LDII terus memperkuat perannya sebagai mitra strategis pendidikan nasional melalui sinergi antara keluarga, lembaga pendidikan, dan organisasi kemasyarakatan, guna melahirkan generasi berilmu, berakhlak, dan berdaya saing di era transformasi digital. (Nisa)










