Jombang (25/8). Pondok Pesantren Gadingmangu bekerjasama dengan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) menandatangani nota kesepakatan (MoU). Kegiatan tersebut dilaksanakan melalui program Ecopesantren pada Selasa (19/8).
“Pesantren adalah pusat pembentukan karakter luhur generasi muda. Kami ingin menghadirkan program pendidikan, pelatihan, dan pengabdian masyarakat yang berorientasi pada peningkatan kualitas SDM dalam pengelolaan lingkungan,” ujar Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Sigit Sunarta.
Ia berharap dapat memperluas cakrawala pendidikan lingkungan, khususnya melalui integrasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai religius yang dimiliki pesantren. Selain itu, kemitraan ini juga memberikan kesempatan berharga bagi mahasiswa Fakultas Kehutanan UGM untuk melaksanakan magang, penelitian, atau Praktik Kerja Lapangan (PKL) di lingkungan Pondok Pesantren Gadingmangu.
“Program ini akan menciptakan ruang pertukaran pengetahuan yang dinamis, di mana kami dapat berbagi pengalaman praktis di lapangan, sementara para mahasiswa membawa perspektif dan inovasi baru dari dunia akademis,” jelas Sigit.
Pendidik tersebut menjelaskan, Ponpes Gadingmangu dan Fakultas Kehutanan UGM dapat menjadi pionir dalam pengembangan model kemitraan akademisi dan pesantren. Dengan harapan wujudkan masyarakat yang lebih peduli, adaptif, dan berdaya dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup.
“Kemitraan ini adalah bukti nyata bahwa upaya pelestarian lingkungan adalah tanggung jawab bersama yang membutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak,” terangnya.
Selaras dengan Sigit, Ketua EcoPesantren Ponpes Gadingmangu, Nurul Firdaus, meyakini bahwa sinergi dengan para akademisi dan praktisi dari Fakultas Kehutanan UGM akan semakin memperkuat konsep EcoPesantren yang telah kami jalankan.
“Kemitraan ini diharapkan dapat membawa manfaat nyata dan berkelanjutan, tidak hanya bagi para santri, tetapi juga bagi masyarakat sekitar dan lingkungan yang kami kelola bersama,” ujar Firdaus.
Berbekal 29 karakter luhur LDII, EcoPesantren Ponpes Gadingmangu berkomitmen memadukan keilmuan akademis dengan nilai-nilai religius demi lingkungan yang bersih, sehat, hijau dan lestari. “Kolaborasi dan sinergi dengan akademisi dan praktisi dari Fakultas Kehutanan UGM akan semakin memperkuat konsep EcoPesantren yang telah dijalankan,” ungkap Firdaus, yang juga mengurus santri-santri tahfidz Al Qur’an.
Sementara itu, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah LDII DIY Atus Syahbudin yang turut hadir di UGM sangat mengapresiasi pihak-pihak yang bekerjasama. “Pola ini dapat menjadi model percontohan kemitraan serupa yang menggabungkan banyak kekuatan, baik dari akademisi, pesantren, maupun ormas Islam seperti LDII,” jelas Atus.
Dosen Fakultas Kehutanan UGM ini pun menambahkan bahwa di beberapa provinsi, LDII telah mengembangkan beberapa pola kemitraan guna pelestarian lingkungan hidup. Di dalamnya termasuk Program Kampung Iklim, Kyai Peduli Sampah, Jugangan ing Masjid (Jugangin Mas), Kelompok Sedekah Sampah Berbasis Masjid, dan inovasi lainnya. Kemitraan ini adalah bukti nyata bahwa upaya pelestarian lingkungan adalah tanggung jawab bersama yang membutuhkan kolaborasi dan sinergi dari berbagai pihak.