Lembaga Dakwah Islam Indonesia
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
  • DESAIN GRAFIS
    • Kerja Bakti Nasional 2025 dan 17 Agustus 2025
No Result
View All Result
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
  • DESAIN GRAFIS
    • Kerja Bakti Nasional 2025 dan 17 Agustus 2025
No Result
View All Result
Lembaga Dakwah Islam Indonesia
No Result
View All Result
Home Artikel Opini

Refleksi Peran Ibu Sebagai Agen Perubahan Lingkungan dan Pendidik Generasi Cinta Alam

2025/12/23
in Opini
0
Ilustrasi: Pinterest.

Ilustrasi: Pinterest.

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

Oleh Sudarsono dan Sri Sartikah

“Hari Ibu bukan hanya perayaan penuh bunga, tetapi panggilan moral untuk menyelamatkan bumi. Di tengah krisis lingkungan, ibu hadir sebagai garda depan dakwah ekologis yang menanamkan cinta alam pada generasi muda. Merawat ibu dan merawat bumi sesungguhnya adalah dua wajah dari cinta yang sama.”

Hari Ibu di Indonesia, yang diperingati setiap 22 Desember, sering kali dipenuhi dengan bunga, ucapan manis, dan perayaan di rumah maupun sekolah. Namun, di balik itu semua, Hari Ibu sesungguhnya adalah momentum refleksi: bagaimana peran ibu tidak hanya sebatas pengasuh keluarga, tetapi juga sebagai agen perubahan sosial. Di era krisis lingkungan global—mulai dari perubahan iklim, polusi plastik, hingga deforestasi—peran ibu menjadi semakin relevan.

Ibu adalah sosok yang paling dekat dengan anak-anak, yang setiap hari menanamkan nilai, membentuk kebiasaan, dan memberi teladan. Ketika dunia menghadapi ancaman ekologis, ibu hadir sebagai garda depan yang mampu menanamkan cinta lingkungan sejak dini. Dengan kata lain, merawat bumi adalah bagian dari merawat masa depan anak-anak. Inilah bentuk nyata dakwah ekologis yang dilakukan ibu dalam kehidupan sehari-hari.

Kekuatan Ibu dalam Kehidupan Sehari-hari

Kekuatan ibu sering kali tampak sederhana, tetapi dampaknya luar biasa. Dalam keseharian, ibu adalah arsitek gaya hidup keluarga. Dari cara memilih makanan, mengatur energi di rumah, hingga mengelola sampah, ibu memiliki kendali besar atas pola konsumsi keluarga. Peran penting tersebut bisa diilustrasikan sebagai berikut:

  • Pengelolaan rumah tangga ramah lingkungan: Ibu yang memilih untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, mengajarkan anak-anak membawa botol minum sendiri, atau membiasakan memilah sampah, sesungguhnya sedang membangun budaya hijau di rumah.
  • Pola konsumsi berkelanjutan: Ketika ibu memilih produk lokal, sehat, dan minim jejak karbon, ia bukan hanya menjaga kesehatan keluarga, tetapi juga mendukung ekonomi berkelanjutan.
  • Teladan nyata: Anak-anak belajar lebih banyak dari kebiasaan ibu dibandingkan dari teori di sekolah. Seorang ibu yang konsisten menyalakan lampu seperlunya atau menutup keran dengan disiplin, sedang menanamkan nilai hemat energi yang akan melekat sepanjang hidup anak.

Argumentasi penting di sini adalah: kekuatan ibu ada pada keseharian yang sederhana, tetapi dampaknya sistemik. Jika semua ibu di Indonesia melakukan hal kecil yang sama, maka kontribusi terhadap lingkungan akan terasa besar. Inilah dakwah ekologis yang lahir dari tindakan kecil sehari-hari.

Ibu sebagai Pendidik Generasi Muda

Lebih dari sekadar pengelola rumah tangga, ibu adalah pendidik utama generasi muda. Pendidikan cinta lingkungan tidak selalu datang dari buku teks, melainkan dari pengalaman sehari-hari yang dibentuk oleh ibu.

  • Internalisasi nilai cinta lingkungan: Ibu bisa menanamkan nilai melalui cerita, dongeng, atau bahkan percakapan sederhana. Misalnya, kisah tentang pohon yang memberi oksigen atau sungai yang harus dijaga kebersihannya.
  • Pendidikan informal di rumah: Anak-anak diajak menanam pohon di halaman, memilah sampah organik dan anorganik, atau sekadar diajak hemat air saat mandi. Praktik langsung ini jauh lebih efektif daripada sekadar teori.
  • Membangun empati ekologis: Ibu memiliki kekuatan emosional untuk menghubungkan anak dengan alam. Ketika anak diajak memberi makan ikan di kolam atau menyiram tanaman, ia belajar bahwa alam adalah bagian dari kehidupan yang harus dirawat.
  • Keterlibatan dalam pendidikan formal: Dukungan ibu terhadap kurikulum lingkungan di sekolah juga penting. Ibu yang aktif dalam komite sekolah bisa mendorong program penghijauan atau kampanye bebas plastik.

Seperti yang ditegaskan oleh Wangari Maathai, aktivis lingkungan peraih Nobel Perdamaian: “We owe it to ourselves and to the next generation to conserve the environment so that we can bequeath our children a sustainable world that benefits all.” Kutipan ini sejalan dengan peran ibu: menjaga bumi bukan hanya untuk dirinya, tetapi untuk anak-anak dan generasi mendatang. Dakwah ekologis ibu adalah pendidikan moral yang diwariskan lintas generasi.

Ibu sebagai Agen Sosial dan Komunitas

Peran ibu tidak berhenti di rumah. Dalam masyarakat, ibu sering kali menjadi motor penggerak komunitas. Di luar rumah, ibu dapat berperan dalam:

  • Gerakan ibu-ibu peduli lingkungan: Di banyak daerah, kita melihat bank sampah yang dikelola ibu-ibu, urban farming di perkotaan, atau komunitas hijau yang digerakkan oleh kelompok perempuan.
  • Solidaritas perempuan: Kekuatan kolektif ibu mampu menggerakkan masyarakat. Ketika ibu-ibu bersatu, mereka bisa menciptakan perubahan nyata, dari kampung bebas sampah hingga pasar yang lebih ramah lingkungan.
  • Advokasi kebijakan lingkungan: Suara ibu dalam forum publik memiliki kekuatan moral. Ketika ibu berbicara tentang masa depan anak-anak, argumen itu sulit diabaikan oleh pembuat kebijakan.

Argumentasi di sini jelas: kekuatan ibu meluas dari ruang domestik ke ruang sosial. Ibu bukan hanya penjaga rumah, tetapi juga penjaga bumi. Dakwah ekologis yang dilakukan ibu-ibu di komunitas adalah gerakan moral sekaligus sosial.

Harapan dan Solusi

Hari Ibu bukan hanya tentang mengenang jasa, tetapi juga tentang membangun harapan. Peran ibu dalam menjaga lingkungan harus diperkuat dengan solusi nyata, melalui berbagai tindak lanjut seperti:

  • Pemberdayaan ibu melalui edukasi lingkungan: Ibu perlu akses informasi dan pelatihan tentang gaya hidup berkelanjutan. Workshop, seminar, atau program komunitas bisa menjadi sarana pemberdayaan.
  • Kolaborasi lintas generasi: Perubahan tidak bisa dilakukan ibu seorang diri. Anak, ayah, sekolah, dan masyarakat harus menjadi ekosistem yang mendukung. Kolaborasi lintas generasi akan memperkuat nilai cinta lingkungan.
  • Teknologi ramah lingkungan di rumah tangga: Energi terbarukan, digitalisasi untuk efisiensi, dan inovasi rumah tangga hijau bisa membantu ibu menjalankan peran dengan lebih mudah.
  • Peran pemerintah dan kebijakan pro-ibu: Dukungan struktural sangat penting. Pemerintah perlu menyediakan fasilitas daur ulang, akses energi bersih, dan kebijakan yang memudahkan ibu menjalankan gaya hidup hijau.

Komitmen ibu dalam menjaga lingkungan ini sejalan dengan agenda global Sustainable Development Goals (SDGs). Peran ibu mendukung Tujuan 12 (Konsumsi dan Produksi Berkelanjutan), Tujuan 13 (Aksi Iklim), dan Tujuan 15 (Kehidupan di Darat). Dakwah ekologis yang dilakukan ibu di rumah maupun komunitas adalah kontribusi nyata untuk mencapai target pembangunan berkelanjutan, memastikan bumi tetap layak huni bagi generasi mendatang.

Seperti yang diingatkan oleh aktor Leonardo DiCaprio: “Climate change is real. It is happening right now. It is the most urgent threat facing our entire species.” Kutipan ini menegaskan bahwa ancaman lingkungan nyata dan mendesak. Harapan ibu bukanlah utopia, melainkan visi yang bisa diwujudkan dengan aksi kolektif. Dakwah ekologis adalah jalan spiritual sekaligus praktis untuk menghadapi krisis ini.

Di Indonesia, aktor sekaligus aktivis lingkungan Nicholas Saputra pernah berkata: “Kita tidak bisa menunggu orang lain untuk menjaga bumi. Semua dimulai dari diri sendiri.” Pesan ini sejalan dengan peran ibu: perubahan besar dimulai dari langkah kecil di rumah.

Penutup

Hari Ibu adalah momentum untuk menghargai peran ibu bukan hanya sebagai pengasuh keluarga, tetapi juga sebagai penjaga bumi. Di tengah krisis lingkungan, ibu hadir sebagai kekuatan moral dan praktis yang mampu menanamkan cinta lingkungan pada generasi muda.

Pesan inspiratif yang perlu kita bawa: “Merawat bumi adalah merawat masa depan anak-anak kita.” Dengan mendukung ibu sebagai garda depan pendidikan lingkungan, kita sesungguhnya sedang membangun masa depan yang lebih hijau, sehat, dan berkelanjutan.

Seperti kata Carl Sagan: “Our planet is a lonely speck in the great enveloping cosmic dark, there is no hint that help will come from elsewhere to save us from ourselves.” Kutipan ini menegaskan bahwa tidak ada yang akan menyelamatkan kita selain diri kita sendiri. Maka, ibu sebagai penjaga nilai dan teladan, adalah harapan nyata untuk menyelamatkan bumi. Dakwah ekologis yang dilakukan ibu adalah warisan moral yang akan terus hidup dalam generasi mendatang.

*Prof. Dr. Ir. H. Sudarsono, M.Sc. Ketua DPP Korbid Departemen Litbang, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup (LISDAL) DPP LDII*
*Ir. Hj. Sri Sartikah Anggota Departemen Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga (PPKK) DPP LDII*

Tags: Dakwah EkologisHari IbuSDG 12: Responsible Consumption and ProductionSDG13 Aksi IklimSDG15SDG15 Ekosistem Daratan

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

KOMENTAR TERKINI

  • Riyanto on Dinkes Kediri dan FKKI Bekali Santri dengan Bantuan Hidup Dasar
  • Supardo bin Kayat on Ponpes Wali Barokah Jadi Tuan Rumah Musda VII LDII Kota Kediri
  • Mansur Ghozali on Rakor Lintas Agama, LDII Lamsel Dukung Jaga Kondusivitas Jelang Nataru
  • Supardo bin Kayat on Musda VII LDII Kota Kediri Aklamasi Pilih Kembali Agung Riyanto Sebagai Ketua
  • Supardo bin Kayat on NU Serang Hadiri Pengajian LDII untuk Perkuat Sinergi
  • Trending
  • Comments
  • Latest
NU Serang Hadiri Pengajian LDII untuk Perkuat Sinergi

NU Serang Hadiri Pengajian LDII untuk Perkuat Sinergi

December 16, 2025
Ponpes Wali Barokah Kirim Puluhan Santri Dukung Program Lingkungan Pemkot Kediri

Ponpes Wali Barokah Kirim Puluhan Santri Dukung Program Lingkungan Pemkot Kediri

December 21, 2025
DPW LDII Jakarta Jalin Sinergi dengan Dinas KPKP Bahas Urban Farming dan Juleha

DPW LDII Jakarta Jalin Sinergi dengan Dinas KPKP Bahas Urban Farming dan Juleha

December 21, 2025
Menghindari Dosa Jelang Pergantian Tahun

Menghindari Dosa Jelang Pergantian Tahun

December 22, 2025
PBNU Tegaskan Pancasila Tak Bisa Dipertentangkan dengan Agama

PBNU Tegaskan Pancasila Tak Bisa Dipertentangkan dengan Agama

3
Dinkes Kediri dan FKKI Bekali Santri dengan Bantuan Hidup Dasar

Dinkes Kediri dan FKKI Bekali Santri dengan Bantuan Hidup Dasar

1
Ponpes Wali Barokah Jadi Tuan Rumah Musda VII LDII Kota Kediri

Ponpes Wali Barokah Jadi Tuan Rumah Musda VII LDII Kota Kediri

1
Rakor Lintas Agama, LDII Lamsel Dukung Jaga Kondusivitas Jelang Nataru

Rakor Lintas Agama, LDII Lamsel Dukung Jaga Kondusivitas Jelang Nataru

1
Refleksi Peran Ibu Sebagai Agen Perubahan Lingkungan dan Pendidik Generasi Cinta Alam

Refleksi Peran Ibu Sebagai Agen Perubahan Lingkungan dan Pendidik Generasi Cinta Alam

December 23, 2025
Mampu Kolaborasi dengan Semua Pihak, LDII Padang Raih Collaboration Awards

Mampu Kolaborasi dengan Semua Pihak, LDII Padang Raih Collaboration Awards

December 23, 2025
Alim dan Faqih, Bekal Santri Menjaga Diri dan Agama

Alim dan Faqih, Bekal Santri Menjaga Diri dan Agama

December 22, 2025
LDII Dukung Kebijakan Pemerintah Legalisasi Aset Umat ke Hak Milik Yayasan Keagamaan

LDII Dukung Kebijakan Pemerintah Legalisasi Aset Umat ke Hak Milik Yayasan Keagamaan

December 22, 2025

DPP LDII

Jl. Tentara Pelajar No. 28 Patal Senayan 12210 - Jakarta Selatan.
Telepon: 0811-8604544

SEKRETARIAT
sekretariat[at]ldii.or.id
KIRIM BERITA
berita[at]ldii.or.id

BERITA TERKINI

  • Refleksi Peran Ibu Sebagai Agen Perubahan Lingkungan dan Pendidik Generasi Cinta Alam December 23, 2025
  • Mampu Kolaborasi dengan Semua Pihak, LDII Padang Raih Collaboration Awards December 23, 2025
  • Alim dan Faqih, Bekal Santri Menjaga Diri dan Agama December 22, 2025

NAVIGASI

  • Home
  • Contact
  • Jadwal Shalat
  • Hitung Zakat
  • Privacy Policy
  • NUANSA PERSADA

KATEGORI

Kirim Berita via Telegram

klik tautan berikut:
https://t.me/ldiibot

  • Home
  • Contact
  • Jadwal Shalat
  • Hitung Zakat
  • Privacy Policy
  • NUANSA PERSADA

© 2020 DPP LDII - Managed by KIM & IT Division.

No Result
View All Result
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
  • DESAIN GRAFIS
    • Kerja Bakti Nasional 2025 dan 17 Agustus 2025

© 2020 DPP LDII - Managed by KIM & IT Division.