Lembaga Dakwah Islam Indonesia
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
  • DESAIN GRAFIS
    • Desain Idul Adha 1446 H
    • Desain Hari Pancasila 2025
  • Nasehat Idul Adha 2025
No Result
View All Result
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
  • DESAIN GRAFIS
    • Desain Idul Adha 1446 H
    • Desain Hari Pancasila 2025
  • Nasehat Idul Adha 2025
No Result
View All Result
Lembaga Dakwah Islam Indonesia
No Result
View All Result
Home Dari Kami Nasehat

Awas Selilit

2025/06/09
in Nasehat
1
Ilustrasi: Pinterest.

Ilustrasi: Pinterest.

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

Oleh: Faidzunal A. Abdillah, Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan

Banyak kepala, lewat kedua matanya, bisa jadi memasukkan saya sebagai dpo. Bukan dicari, tapi dihindari. Wajah yang pas-pasan, tidak sedap dipandang, gaya bicara yang keras seperti orang marah, cara berperilaku yang katrok – kampungan, dan penampilan yang jauh dari kesan rapi. Semua itu saya sadari sebagai kekurangan abadi dalam diri. Tentu, ada keinginan untuk berubah. Jelas, ingin rasanya menjadi pribadi yang halus tutur katanya, ramah dalam pergaulan, menyenangkan diajak bicara, tampil menarik, dan berakhlak mulia secara keseluruhan. Sesekali saya mencoba menengok ke belakang. Merenungi, apakah sebenarnya sudah ada perubahan dalam diri ini dibanding masa lalu? Kadang saya merasa sudah melangkah lebih baik. Tapi tetap saja, ada orang-orang yang mengingatkan saya pada bayang-bayang lama—seakan-akan saya tidak berubah. Ya sudahlah. Mungkin memang beginilah saya adanya. Gawan bayi, kata orang Jawa.

Ada beberapa kenangan yang masih melekat erat diingatan ini. Rasanya baru kemarin. Padahal sudah puluhan tahun lalu. Bahkan, sebagian yang ditanya malah sudah almarhum. Memang benar orang bilang pengalaman adalah guru terbaik, dengan catatan bagi orang yang mau dan menyadarinya. Mau menjadikan sebagai pelajaran atau guru. Menyadari bahwa itu adalah hal terbaik dalam perjalan hidup ini. Jika tidak, tak lain hanya sebuah peristiwa biasa. Tak lebih dan tak kurang. Malah – malah tak terngiang sedikit pun dalam benak. Seperti iklan jamu; bablas angine.

Suatu ketika selesai acara nasehat, ndilalah saya berkesempatan bertemu langsung dengan sang penasehat. (Saya lupa kenapa dulu bisa ketemu dengan penasehatnya waktu itu) Tanpa basa-basi, aji mumpung ada kesempatan, saya langsung bertanya; “Maaf Pak, bisa amal sholih menuliskan dalil masalah baca Quran yang Bapak bacakan tadi? Dan dari mana sumbernya?”

“Oh iya, dengan senang hati,” begitu jawabnya penuh karisma, sambil mengambil buku dan pena yang saya sodorkan.

Saya menunggu di sampingnya sambil memperhatikan dengan penuh seksama. Ada keraguan dalam diri si Bapak untuk segera menuliskannya. Mungkin karena tidak biasa menulis, bisa jadi atau faktor lain. Wallahu a’lam, hanya dugaan. Beberapa kali tampak mengerutkan wajah untuk mengingat-ingat rujukannya. Pun bisa jadi terkejut, dengan pertanyaan dan permintaan tak terduga dari saya; sudah diminta menuliskan, ditambah minta sumbernya lagi. Hal yang, mungkin, jarang terjadi.

Setelah sekian waktu menunggu, permintaan itu rampung. Sambil mengembalikan buku plus penanya, si Bapak berkata, “Ini Dik, saya agak lupa di akhir lafadhnya saa’iliin apa tsawabiin ya? Insya Allah kapan-kapan kalau ingat saya infokan lagi segera. Dan sumbernya juga.” Puas. Dalil itu berbunyi kurang lebih seperti ini, “Barangsiapa yang menyibukkan padanya membaca quran atau dzikir pada Allah, maka Allah akan memberikan kepadanya sebaik – baik orang yang meminta atau mendapatkan pahala.”

Betapa senangnya saya waktu itu. Perhatikan redaksi hadits di atas. Sungguh menggetarkan. Walau belum paripurna, masih ada kekurangan, tetap membuat semangat terus menyala. Membaca, mencari dan menunggu. Mempersungguh membaca qur’an dan tak kenal lelah mencari redaksi sebenarnya hadits itu. Setelah sekian lama, atas izin Allah akhirnya ulam pun tiba. Seorang teman berbaik hati mengirimkan rujukan lengkap keberadaan hadits itu.

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “إِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَقُولُ: مَنْ شَغَلَهُ ذِكْرِي عَنْ مَسْأَلَتِي أَعْطَيْتُهُ أَفْضَلَ مَا أُعْطِي السَّائِلِينَ.”

Dari Abu Sa’id Al-Khudriyy ra. dia berkata; Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman: Barangsiapa yang disibukkan dengan berdzikir kepada-Ku daripada meminta kepada-Ku, maka Aku akan memberinya lebih utama daripada apa yang Aku berikan kepada para peminta.” (HR. Musnad Al-Bazzar)

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏ “‏ يَقُولُ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ مَنْ شَغَلَهُ الْقُرْآنُ عَنْ ذِكْرِي وَ مَسْأَلَتِي أَعْطَيْتُهُ أَفْضَلَ مَا أُعْطِي السَّائِلِينَ وَفَضْلُ كَلاَمِ اللَّهِ عَلَى سَائِرِ الْكَلاَمِ كَفَضْلِ اللَّهِ عَلَى خَلْقِهِ ‏”‏ ‏.‏ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ ‏.‏

Dari Abu Sa’id dia berkata; Rasulullah SAW bersabda: “ Barangsiapa yang terlalu sibuk dengan Al-Qur’an hingga tidak sempat berdzikir kepada-Ku dan memohon kepada-Ku, maka Aku akan memberinya lebih banyak daripada apa yang Aku berikan kepada orang-orang yang meminta. Dan keutamaan kalam (perkataan) Allah dibandingkan perkataan makhluk lainnya adalah seperti keutamaan Allah atas seluruh makhluk-Nya.” (HR Tirmidzi)

Ini cuma salah satu kenangan saja. Banyak yang lain. Dari sekian perjalanan hidup yang penuh irama dan dinamika ini. Tanpa sungkan selalu bertanya dan minta tambah ilmu beserta rujukannya. Seolah tidak perduli orang lain susah, orang lain repot, orang lain terganggu, untuk sebuah ilmu, tentunya. Baru setelah beberapa saat saya tersadar. Sadar ada yang perlu saya cermati lagi. Bahwa umumnya mereka tidak terbiasa dengan pertanyaan dan sikap yang saya lakukan. Alhasil jawaban yang sering saya terima berupa permohonan maaf atas ketidaksiapan dan kekurangan. Itu masih mending. Yang lebih mengharukan lagi, tak jarang yang secara singkat selalu memberikan jawaban; pokoknya begitu. Dengan setengah masgul juga, saya nimpali dalam hati, kalau jawabannya cuma seperti itu; lebih baik tidak usah bertanya, beres. Setengah pundung. Di sinilah titik-balik itu muncul; memberikan stigma negatif tentang diri sendiri. Lebih dari sekedar apa yang umumnya orang lain perbuat; nyebelin.

Dalam kondisi seperti ini, saya sering terbayang suasana dan nuansa lingkungan yang melingkupinya, tatkala Nabi Ibrohim bertanya kepada Allah tentang cara Allah membangkitkan orang yang mati. Atau tatkala Nabi Musa bertanya bagaimana ia bisa melihat wajah Allah. Bukan bermaksud menyejajarkan diri, bukan. Lebih kepada point of view saja. Sebab bagi orang kebanyakan pertanyaan seperti itu tergolong nyentrik, seolah menunjukkan sebuah ‘kebodohan’ atau sesuatu yang tidak perlu ditanyakan. Meminjam guyonan Gus Dur, ‘Gitu aja kok ditanyakan. Percaya iman, ragu-ragu munafik, tidak percaya kafir.’ Namun sebenarnya Nabi Ibrahim maupun Nabi Musa mempunyai maksud tertentu dalam rangka meningkatkan keimanannya. Dan simaklah, apa jawaban yang diberikan Allah kepada mereka. Begitu indah, mempesona dan mengena. Dan, semua kita mengetahui, bahwa Allah tidak mencap keduanya sebagai hamba yang nyebelin. Malah menjadi kekasih Allah.

وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اَرِنِيْ كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتٰىۗ قَالَ اَوَلَمْ تُؤْمِنْۗ قَالَ بَلٰى وَلٰكِنْ لِّيَطْمَىِٕنَّ قَلْبِيْۗ قَالَ فَخُذْ اَرْبَعَةً مِّنَ الطَّيْرِفَصُرْهُنَّ اِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلٰى كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِيْنَكَ سَعْيًاۗ وَاعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌحَكِيْ

“(Ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati.” Dia (Allah) berfirman, “Belum percayakah engkau?” Dia (Ibrahim) menjawab, “Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang.” Dia (Allah) berfirman, “Kalau begitu, ambillah empat ekor burung, lalu dekatkanlah kepadamu (potong-potonglah). Kemudian, letakkanlah di atas setiap bukit satu bagian dari tiap-tiap burung. Selanjutnya, panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS Al-Baqarah:260)

وَلَمَّا جَاۤءَ مُوْسٰى لِمِيْقَاتِنَا وَكَلَّمَهٗ رَبُّهٗۙ قَالَ رَبِّ اَرِنِيْٓ اَنْظُرْ اِلَيْكَۗ قَالَ لَنْ تَرٰىنِيْ وَلٰكِنِ انْظُرْ اِلَى الْجَبَلِ فَاِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهٗ فَسَوْفَ تَرٰىنِيْۚ فَلَمَّا تَجَلّٰى رَبُّهٗ لِلْجَبَلِ جَعَلَهٗ دَكًّا وَّخَرَّ مُوْسٰى صَعِقًاۚ فَلَمَّآ اَفَاقَ قَالَ سُبْحٰنَكَ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاَنَا۠ اَوَّلُ الْمُؤْمِنِيْنَ

Ketika Musa datang untuk (bermunajat) pada waktu yang telah Kami tentukan (selama empat puluh hari) dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, dia berkata, “Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri-Mu) kepadaku agar aku dapat melihat Engkau.” Dia berfirman, “Engkau tidak akan (sanggup) melihat-Ku, namun lihatlah ke gunung itu. Jika ia tetap di tempatnya (seperti sediakala), niscaya engkau dapat melihat-Ku.” Maka, ketika Tuhannya menampakkan (keagungan-Nya) pada gunung itu, gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah Musa sadar, dia berkata, “Mahasuci Engkau. Aku bertobat kepada-Mu dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman.” (QS Al-A’raf:143)

Terlepas dari sikap ‘urakan’, katrok, bagi sebagian orang, atau ‘nyebelin’, jengkelin bagi pribadi tertentu ingatlah bahwa fokus utama dalam hal semacam ini sebenarnya adalah bagaimana menjawab. Bukan pada jawabannya. Dalam adab dan etika ahli ilmu, sebelum menemukan jawaban pasti, prosesi memberikan jawaban, respon atas sikap dan sikon, akan memberikan dampak luar biasa bagi sang penanya.

Sikap yang baik akan memberikan ketenteraman. Intonasi yang lembut membuat kegairahan untuk terus berusaha tak kenal putus asa. Kelegawaan akan membawa diri sang penanya seperti dimulyakan. Dan pancaran kasih sayang, lemah-lembut menjadikan aliran semangat tak pernah padam. Jangan sampai menganggap sebagai selilit, yang hanya menyusahkan dan siap dicampakkan. Na’udzubillah. Semoga jangan.

Comments 1

  1. Dharmajaya says:
    5 hours ago

    Pekerjaan yg lebih sulit mendapat pahala yg lebih besat. Itulah keadilan Allah. Aamiin

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

DPP LDII

Jl. Tentara Pelajar No. 28 Patal Senayan 12210 - Jakarta Selatan.
Telepon: 021-57992547 / 0811-8604544

SEKRETARIAT
sekretariat[at]ldii.or.id
KIRIM BERITA
berita[at]ldii.or.id

BERITA TERKINI

  • Risiko Kesehatan di Balik Daging Tidak Segar dan Ciri-cirinya June 9, 2025
  • Audiensi dengan Kesbangpol, LDII Lampung Sampaikan Rencana Silaturahim Zulhijah June 9, 2025
  • Sesuai Syariat Islam, Dinas Pertanian Luwu Apresiasi Pelaksanaan Kurban LDII Kamanre June 9, 2025

NAVIGASI

  • Home
  • Contact
  • Jadwal Shalat
  • Hitung Zakat
  • Privacy Policy
  • NUANSA PERSADA

KATEGORI

Kirim Berita via Telegram

klik tautan berikut:
https://t.me/ldiibot

  • Home
  • Contact
  • Jadwal Shalat
  • Hitung Zakat
  • Privacy Policy
  • NUANSA PERSADA

© 2020 DPP LDII - Managed by KIM & IT Division.

No Result
View All Result
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
  • DESAIN GRAFIS
    • Desain Idul Adha 1446 H
    • Desain Hari Pancasila 2025
  • Nasehat Idul Adha 2025

© 2020 DPP LDII - Managed by KIM & IT Division.