Tabalong (8/9). Generasi Penerus LDII harus memiliki literasi digital menghadapi keterbukaan informasi sekarang. Mereka dihadapkan tantangan lebih banyak jika tak mengelola informasi dengan baik.
Hal tersebut diungkapkan salah satu pengurus Komunikasi Informasi Media DPD LDII Tabalong, Nur Ali dalam diskusi “Melek Media” bersama generasi muda di Masjid Baitul Muchlisin, Kecamatan Tanta, Tabalong, Kalimantan Selatan pada Sabtu malam (5/9). “Keterbukaan informasi membawa banyak tantangan bagi rekan rekan generus yang mengancam nilai Islam dan persatuan umat, seperti penyebaran hoax, disinformasi, radikalisme dan ekstremisme,” ujarnya.
Ia juga menambahkan, adanya pergeseran nilai dan budaya karena kecenderungan terhadap konten asing dapat mengikis nilai-nilai luhur dan tradisi Islam. “Fenomena ini memicu konflik identitas, terutama pada generasi muda yang sedang mencari jati diri,” ujarnya lagi.
Karena itu Nur Ali berharap, para generasi muda ini menguasai cara verifikasi informasi, seperti mengenali ciri-ciri hoaks, dan membedakan antara fakta dan opini sebagai literasi digitalnya. “Ini termasuk kemampuan menelaah sumber berita, mengecek silang informasi, dan tidak mudah terprovokasi oleh judul sensasional. Kemampuan ini membantu mereka tidak hanya melindungi diri sendiri, tetapi juga menjadi pendidik bagi orang di sekitar mereka, seperti keluarga dan teman-teman,” jelas Ali.
Dengan melek media atau literasi digital, ia berharap nantinya para pemuda LDII Tabalong menjadi teladan di ruang digital, menjadi agen literasi digital dan peran aktifnya dapat menciptakan ekosistem digital yang sehat.
“Ambil peran dalam dakwah digital, pemuda sekarang memiliki kreativitas yang tinggi dan kemampuan di bidang digital ini harus dimanfaatkan untuk memproduksi konten positif dan inspiratif sesuai dengan ajaran Islam,” tandasnya.
Sehingga tantangan di era keterbukaan informasi sekarang ini mampu dimanfaatkan positif oleh generus LDII bukan hanya menjadi ruang untuk berkreasi tapi juga menjalankan dakwah digital.