Lembaga Dakwah Islam Indonesia
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
  • DESAIN GRAFIS
    • Kerja Bakti Nasional 2025 dan 17 Agustus 2025
No Result
View All Result
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
  • DESAIN GRAFIS
    • Kerja Bakti Nasional 2025 dan 17 Agustus 2025
No Result
View All Result
Lembaga Dakwah Islam Indonesia
No Result
View All Result
Home Dari Kami Nasehat

Esai Kehidupan (8): Syukur

2009/05/21
in Nasehat
0
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

Ukuran kebahagian seseorang itu bisa dilihat dari tingkat kesyukurannya. Semakin tinggi mentalitas kesyukuran seseorang, menunjukkan semakin tinggi pula tingkat kebahagiaannya. Hidup penuh kesyukuran itulah hidup yang penuh kebahagiaan. Seperti cerita silat yang nggak ada matinya; kembang jadi buah dan buah jadi kembang. Selalu menang dan menang dalam menghadapi segala situasi apapun. Bukan lagi berada pada aras dalil – Lain syakartum la aziidannakum, tetapi sudah lebih jauh lagi. Maksudnya tidak lagi berpandangan kalau syukur akan nikmat itu akan ditambah, akan tetapi memahami lagi bahwa kesyukuran itu sendiri adalah nikmat yang telah diberikan Allah kepadanya sebagai bentuk ibadah. Akhirnya, hidup ini kewalahan syukur, sehingga hampir – hampir terucap: afalam akunu abdan syakuron.

Mungkin sudah lama dan sering kita mendengar dalil masalah syukur; Lain syakartum la aziidannakum. Banyak yang hafal, banyak yang berucap. Gampang, tapi susah. Susah menemukan pemahaman dan penghayatan agar benar – benar nyanthol di hati. Meresap dan bisa menjelma menjadi abdan syakuron – derajat tertinggi dalam hal syukur ini, sebagaimana yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW yang kontinyu sholat malam sampai kaki bengkak dan pecah – pecah. Namun sebelum sampai ke situ, ada baiknya kita ikuti barisan anak tangga selangkah demi selangkah. Tidak perlu terburu – buru. Sebab untuk menjadi ahli syukur perlu waktu dan usaha yang kontinyu agar tidak mati layu.
 
Kesyukuran tidak bisa dibuat – buat. Dia haruslah berasal dari hati terdalam dengan mengikutkan seluruh indera kita dalam satu waktu, satu kesempatan. Terganggu sedikit proses tersebut, akan hilang totalitas kita dalam bersyukur. Oleh karenanya perlu banyak berlatih, disiplin dan penuh penghayatan. Yang penting lagi kesadaran kita akan situasi yang kita jumpai, seperti cerita tokoh kita Nasrudin berikut ini.
 
Setelah lama bepergian jauh, Nasrudin tiba kembali di rumahnya. Istri tercintanya menyambut dengan gembira. Lalu dihidangkanlah keju untuknya.
“Aku punya sepotong keju untukmu,” kata istrinya.
“Alhamdulillah,” puji Nasrudin, “Aku suka keju. Keju itu baik untuk kesehatan perut.”  
 
Tidak lama kemudian Nasrudin kembali pergi beberapa waktu lamanya untuk keperluan yang lain. Ketika ia kembali, istrinya menyambutnya dengan gembira juga. Namun kali ini tidak ada keju yang dihidangkan. Teringat akan memori yang dulu, dia pun bertanya, “Adakah keju untukku?”  
“Tidak ada lagi,” kata istrinya.  
“Ahamdulillah, tidak apa-apa. Lagipula keju itu tidak baik bagi kesehatan gigi”, kata Nasrudin.
“Jadi mana yang benar ?” kata istri Nasrudin bertanya-tanya, “Keju itu baik untuk perut atau tidak baik untuk gigi ?”  
“Itu tergantung,” sambut Nasrudin, “Tergantung apakah kejunya ada atau tidak dan bagaimana kita mensyukuri setiap keadaan yang kita jumpai.”  
 
Kisah ini semoga bisa menjadikan inspirasi buat kita untuk memiliki mentalitas syukur yang pol. Aras syukur yang tinggi. Paradigma syukur dan kesadaran syukur setiap waktu. Apapun keadaan yang kita jumpai. Jika hal ini bisa kita miliki, seperti apa yang dikatakan Rendra dalam Makna Sebuah Titipan – maka kita pun akan faham bahwa;“Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja”.
 
Alangkah indahnya hidup ini.

Oleh : Faizunal Abdillah

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

DPP LDII

Jl. Tentara Pelajar No. 28 Patal Senayan 12210 - Jakarta Selatan.
Telepon: 0811-8604544

SEKRETARIAT
sekretariat[at]ldii.or.id
KIRIM BERITA
berita[at]ldii.or.id

BERITA TERKINI

  • Musda DPD LDII Kota Blitar Sepakati Fokus Peningkatan Pembinaan Generasi Muda dan Regenerasi September 29, 2025
  • Kisah Yusrawati Guru Besar FK Unand yang Haus Ilmu September 29, 2025
  • Hadiri Rakor FKUB Banyuwangi, LDII Komitmen Dukung Penguatan Kerukunan Umat Beragama September 29, 2025

NAVIGASI

  • Home
  • Contact
  • Jadwal Shalat
  • Hitung Zakat
  • Privacy Policy
  • NUANSA PERSADA

KATEGORI

Kirim Berita via Telegram

klik tautan berikut:
https://t.me/ldiibot

  • Home
  • Contact
  • Jadwal Shalat
  • Hitung Zakat
  • Privacy Policy
  • NUANSA PERSADA

© 2020 DPP LDII - Managed by KIM & IT Division.

No Result
View All Result
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
  • DESAIN GRAFIS
    • Kerja Bakti Nasional 2025 dan 17 Agustus 2025

© 2020 DPP LDII - Managed by KIM & IT Division.