Bantul (29/6). Biro Pengabdian Masyarakat DPW LDII DIY melatih sekitar 90 santri dari tiga pondok pesantren di Yogyakarta untuk menangani kegawatdaruratan dan memberikan bantuan hidup dasar. Pelatihan berlangsung di Pondok Pesantren Nur Aisyah, Barongan, Sumberagung, Jetis, Bantul, pada Sabtu, 22 Juni 2025.
Para peserta berasal dari Pondok Pesantren Nur Aisyah, Pondok Pesantren Pelajar dan Mahasiswa (PPPM) Baitussalam, serta Pondok Pesantren Al-Barokah. Mereka dibekali pengetahuan dan keterampilan dasar untuk memberikan pertolongan pertama dalam situasi darurat, seperti kecelakaan atau henti jantung mendadak.
Ketua DPW LDII DIY, Atus Syahbudin, mengatakan pelatihan ini merupakan bagian dari upaya membangun kesadaran dan kesiapsiagaan di kalangan santri. “Kami ingin para santri tidak hanya kuat secara spiritual, tapi juga sigap saat menghadapi situasi darurat, baik di pesantren maupun di masyarakat,” ujarnya saat membuka kegiatan.
Sebelum pelatihan dimulai, para peserta mendapat tausiyah dari Pimpinan Pondok Pesantren Nur Aisyah, Ummar Hamdan. Dalam pesannya, ia menekankan pentingnya santri memiliki kepekaan terhadap kondisi di sekitar mereka, termasuk ketika ada orang yang mengalami gangguan pernapasan atau henti jantung. “Santri itu tidak cukup hanya paham agama, tapi juga harus siap jadi penyelamat, baik secara ruhani maupun fisik,” tuturnya.
Melalui pelatihan ini, DPW LDII DIY berharap para santri mampu menjadi agen penyelamat pertama di lingkungan mereka. “Ilmu yang mereka dapat hari ini jangan berhenti di sini. Kami dorong agar para santri menularkan pengetahuan ini ke teman-teman lain di pondok,” kata Atus.
Materi pelatihan disampaikan seorang praktisi kegawatdaruratan, Deby Zulkarnain Rahadian Syah. Ia mengenalkan prinsip dasar penanganan korban melalui metode DRCAB, yakni Danger, Response, Circulation, Airway & Breathing. Ia mengingatkan, henti napas atau henti jantung bisa terjadi kapan saja dan di mana saja, termasuk di lingkungan pesantren.
“Jangan anggap ini hanya persoalan orang tua. Anak muda pun bisa tiba-tiba mengalami henti jantung, dan pertolongan pertama sangat menentukan keselamatan,” jelasnya.
Selain teori, para santri juga diajak mempraktikkan langsung teknik bantuan hidup dasar, termasuk bagaimana memberikan resusitasi jantung paru atau CPR. Para instruktur memandu peserta untuk memastikan setiap tahapan dilakukan dengan benar.