Jakarta (27/10). DPP LDII bekerjasama dengan RSIA Sayyidah dan Ikatan Istri Dokter Indonesia (IIDI) menggelar skrining kesehatan bagi santriwati di Ponpes Minhajurrosyidin, Jakarta, pada Sabtu (25/10). Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian Festival Keluarga 2025 bertema “Digital Cermat, Gizi Tepat, Modal Keluarga Hebat”.
Skrining kesehatan meliputi pemeriksaan hemoglobin, tinggi badan, berat badan, tekanan darah, asam urat dan kolesterol. Selain itu, santriwati juga dibekali dengan edukasi kesehatan.
Ketua Departemen Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga (PPKK) DPP LDII, Sri Tresnahati Ashar menyoroti pentingnya upaya pencegahan stunting, dengan melakukan skrining kesehatan remaja dari sejak dini sebelum menikah. Menurutnya, skrining kesehatan adalah langkah awal pencegahan stunting dan memastikan anak-anak Indonesia tumbuh sehat dan cerdas.
“Selain skrining, kita juga berikan edukasi kepada mereka mengenai pola makan yang sehat, pengertian *stunting* dan pencegahannya. Karena kami melihat masih banyak remaja yang tidak sadar dengan yang mereka konsumsi belum tentu memiliki nilai gizi yang baik, misalnya terlalu banyak makan UPF (ultra process food),” jelas Sri.
Lebih lanjut, Sri mengungkapkan, tahun ini Festival Keluarga menggalakkan gerakan makan buah dan makan sehat berbasis pangan lokal. “Banyak yang masih berpikir bahwa makan sehat itu mahal dan harus dari luar, padahal makanan lokal kita banyak yang kaya gizi juga,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Sayyidah, Ratih Indriani yang juga anggota IIDI mengapresiasi kepedulian LDII, terhadap kesehatan remaja dalam upaya menuju Indonesia Emas 2045. Ia menekankan pentingnya kolaborasi semua pihak dalam pengentasan stunting.
Lebih lanjut, ia juga mengingatkan, remaja putra yang akan menjadi kepala keluarga juga harus memiliki pengetahuan tentang gizi dan gaya hidup sehat. Selaras dengan tema literasi digital, Ratih menyinggung perilaku digital berpengaruh pada kondisi gizi seseorang.
Ia mencontohkan fenomena orangtua memberikan gawai pada anak saat makan, sebagai solusi saat anak mengalami gerakan tutup mulut (GTM), “Tentunya untuk mencapai tujuan tertentu lebih mudah jika dilakukan bersama. Sama seperti upaya pengentasan stunting ini, kita perlu membangun kesadaran semua pihak terlebih dari remaja putra dan putri,” paparnya.
Menurutnya, karena keluarga itu terdiri dari ayah, ibu dan anak, seyogyanya remaja putra juga memahami bagaimana memberikan gizi yang baik bagi keluarga. Terkait pemeriksaan kesehatan, remaja putri atau santri dengan kondisi kesehatan yang butuh perhatian lebih akan segera ditindaklanjuti. “Tentunya, ada beberapa remaja putri yang memiliki hb rendah dan anemia akan diberikan pemeriksaan lanjutan,” kata Ratih.











