Lembaga Dakwah Islam Indonesia
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
  • DESAIN GRAFIS
    • Desain Idul Adha 1446 H
    • Desain Hari Pancasila 2025
  • Nasehat Idul Adha 2025
No Result
View All Result
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
  • DESAIN GRAFIS
    • Desain Idul Adha 1446 H
    • Desain Hari Pancasila 2025
  • Nasehat Idul Adha 2025
No Result
View All Result
Lembaga Dakwah Islam Indonesia
No Result
View All Result
Home Artikel Opini

Memberdayakan Potensi Umat Dalam Bingkai Ke-Indonesia-an

2008/01/06
in Opini
0
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp
KH Ma'ruf Amien, Ketua Komisi Fatwa MUI

Muslim di Indonesia memiliki potensi yang tinggi. Hanya saja saat ini, Islam di Indonesia sedang tercerai-berai. Penyumbat potensi ini muncul dari dua arah: dari dalam berupa penyimpangan aqidah dan upaya mengubah kerangka berpikir yang Islami. Tantangan dari luar lantaran bangsa ini makin dalam terjerumus dalam dekadensi moral.

 

Kondisi tercerai berai ini makin parah saja, lantaran berhadapan dengan adanya usaha penyimpangan-penyimpangan aqidah, seperti yang dilakukan Lia Aminuddin dengan Jamaah Eden dan Ahmadiyah. Islam makin tergerus pula oleh kerangka berpikir sekuleriah dan liberaliah. Tujuan mereka tak lain agar umat Islam tak lagi menggunakan kerangka berpikir Alquran dan Alhadits. Terbukti adakalanya ulama menggunakan cara berpikir atau kerangka berpikir Yahudi dan Nasrani.

Jauh hari Imam Al Ghazali telah memperingatkan, ada ulama yang berbicara dengan hujjah Yahudi dan Nasrani. Mereka tidak berbicara dengan ilmu Rasulullah SAW. Akibatnya mereka tak lagi memiliki aura atau cahaya ulama. Merekalah nanti yang akan mengendap di neraka. Analoginya, ahli ibadah sebagaimana halnya bintang yang bersinar. Ulama sebagaimana bulan yang bersinar. Tapi ulama tak seperti ahli ibadah, dia tak memiliki cahaya sendiri. Cahayanya adalah pantulan dari cahaya Rasulullah SAW. Bila dia tak lagi menggunakah ilmu Rasulullah, padamlah cahayanya, sebagaimana bula yang mengalami proses gerhana. Saat ini terbilang banyak ulama yang gerhana.

Untuk itu umat Islam harus eberbicara dengan ilmu Rasulullah SAW, agar tidak meyimpang dan tetap dalam khittah Islam – yakni cara berpikir dan berbuat dengan jalan Islam. Moralitas yang kian merosot menjadi tambahan penghambat potensi. Bangsa Indonesia hari ini eterus menghadapi kuatnya desakan perusakan moral bangsa. Dalam kondisi tercerai berai dihantam pula hambatan-hambatan itu, umat Islam menjadi lemah bahkan dilemahkan.

Kelemahan inilah yang menjadikan objek globalisasi yang bergerak massif. Globalisasi yang menerpa Indonesia bukan yang berarti positif, namun berbentuk westernisasi yang mengarah sekulerisasi yang berarti jahiliyahisasi. Kita dijahiliyahkan. Jahiliyah memang selalu dating dan pergi. Bila suatu kaum menjadi jahiliyah, biasanya Allah seegera mengutus nabi, begitu seterusnya. Ketika Nabi Muhamad sebagai Nabi penghabisan wafat, maka jahiliyah dating lagi dalam rupa yang baru: globalisasi.

Sekulerisasi menuduh ajaran Islam yang melarang muslimah dilarang menikah dengan non muslim dianggap melanggar prinsip anti demokrasi. Zaman globalisasi ini membuat Islam menjadi lemah, menjadi objek (maf’ulbih) Globalisasi. Padahal, dahulu umat Islamlah yang menjadi subjek (fa’ulbih) globalisasi. Pada zaman Khalifah Abasiyah, globalisasi adalah islamisasi. Saat itu Islam menyebar ke mana-mana hingga Indonesia. Umat Islam adalah umat terkuat di dunia. Hingga akhirnya menjadi merosot, sebagai objek yang terus menjadi sasasaran, lalu menjadi lemah dan dilemahkan.

Globalisasi di bidang ekonomi semestinya dihadapi umat Islam dengan pemberdayaan ekonomi dan pendidikan. MUI mengupayakan mengembangkan ekonomi syariah dalam bentuk perbankan syariah, penjaminan syariah, asuransi syariah, dan penggadaian syariah. Hingga saat ini telah ada 22 bank yang menggunakan system syariah. Bahkan pada 1998 telah ada UU No. 10 yang mengatur perbankan dengan dual bank system. Sayangnya meski telah memiliki payung hukum, pangsa pasar system perbankan ini hanya 1,5 juta orang atau sekitar 15 persen dari jumlah penduduk Indonesia.

Inilah bukti umat Islam masih menyukai sistem ribawi, padahal inilah sistem jahiliyah. DR Yusuf Alqardawi menyebutnya jahiliyah lantaran riba adalah hutang yang ditangguhkan dengan pembayaran tambahan, yang diperjanjikan di muka. Maka bila ada yang berpendapat, riba itu haram tapi bunganya halal aedalah pendapat yang salah. Justru bunga itulah riba. DR Yusuf Alqardawi berpendapat yang haram inilah justru menjadi kesepakatan internasional.

Namun tren ini perlahan mulai berubah. Potensi ekonomi syariah mulai menjadi potensi ekonomi global. Malah pemerintah Singapura mulai menerapkannya lantaran dapat dukungan dari perbankan di Timur Tengah. Pemerintah Korea Selatan malah meminta Dewan Syariah Nasional memberikan masukan. Mereka telah menerbitkan surat utang negara yang dikelola secara syariah. Nah orang Korea Selatan saja mulai menerapkan ekonomi syariah, mengapa Ali dan Muhamad yang Indonesia dan islam pula lebih menyukai sistem riba.

Inilah yang harus dilakukan para penggembala atas gembalaannya, yang bertujuan untuk menyelamatkan umat dengan memberdayakan (harakatuljifa walkhimayah), sekaligus sebagai gerakan (harakatul ataqawiyah) berupa penyelamatan, perlindungan, dan penangkalan. Masalahnya, umat Islam Indonesia hari ini lebih asik saling berbagi pukulan. Mereka lupa, agar tak saling bercerai berai dan saling pukul perlu menyamakan metode berpikir (manhajulfikr) dan metode gerakan (manhajulharakah). MUI tidak melakukan penyatuan metode berpikir (mansiyatul manhaj), karena dalam agama Islam memang ada perbedaan, ini akibat logis adanya ijtihad. Tak heran bila ada Indonesia terdiri dari berbagai mahzab. Perbedaan asal masih dalam Islam (sesuai sunah Rasul dan para sahabat) selalu dapat ditolelir, tapi penyimpangan (di luar sunah Rasul dan parea sahabat) tak pernah bisa ditenggang.

Dalam situasi perbedaan tidak boleh terdapat pemikiran ego kelompok – yang menyatakan hanya dirinya saja yang benar. Tapi harus ada ruang untuk menerima pendapat orang lain. Prinsip menghormati perbedaan inilah yang harus dibangun. Dengan jalan pengakuan, bahwa mungkin saja mahzab saya benar tapi mengandung kesalahan, dan mahzab anda menurut saya salah tapi mengandung kebenaran. Alhasil perbedaan dalam weilayah Islam (ikhtilaf) masih dapat ditolelir. Di luar wilayah itu, penyimpangan harus diamputasi. Bila saat ini mereka yang menyimpang berniat kembali, saya yang akan menjemputnya.

Untuk itulah MUI didirikan, agar ada yang mengkoordinasi, sikronisasi, dan sinergi perbedaan-perbedaan itu. Agar tidak terjadi benturan yang mengakibatkan umat tercerai berai dan kontraprodukif. Malah umat Islam bisa tekor. Bila penyamaan ini berhasil tentu menghasilkan kemaslahatan.

Dahulu, koordinasi ini dilimpahkan kepada Bung Karno, sebagai waliyulamri. Walaupun Bung Karno tidak memiliki keseluruhan syarat senagai imamah – ada 14 syarat menjadi imam sebagaimana digariskan ulama ahli hadits. Lalu lahirlah banyak pemberontakan yang menganggap Bung Karno bukan pemimpin yang sah. Inilah yang membuat para ulama berkesimpulan Bung Karno tetap syah sebagai imamah darurot. Artinya sebagai koordinator alias imamah dia syah, tapi dalam kondisi darurat. Lantaran tak ada yang merasa pas menjadi imamah. Akhirnya para ulama lebih mementingkan bahayanya tidak ada pemerintahan, yang dapat melahirkan anarkisme.

Kemudian hari, para ulama mencari waliyulamri namun tak ada yang memenuhi syarat. Lalu dibentuklah MUI sebagai imamah instusionaliyah sebagai ijtihad ulama di Indonesia. Imamah inilah yang memimpin lembaga ormas Islam lainnya, sebagai imamah kelembagaan. MUI semacam tenda besar yang memayungi seluruh umat. Berbegai perbedaan dan kepentingan disinergikan, yang jinak digalakkan dan yang galak dijinakkan. Ini yang membuat mereka menjadi disegani.

Dengan adanya koordinator, umat Islam tak mudah diprovokasi hingga mudah marah, merusak, dan melempar. Sebagaimana Zidane diprovokasi Materrazi, yang membuat Prancis kalah dari Italia pada Piala Dunia 2006. Ternyata main bola memang tak cukup bisa menendang tapi juga memprovokasi. Itulah analogi dunia politik.

Agama memang perlu dijaga politik. Tapi agama butuh politik sebagai masuliyah diniyah islamiyah (taggung jawab keagamaan dan keislaman). Untuk menjaga agar kenegaraan tak berebenturan dengan keagamaan. Konsep ini tak menghendaki agama menjadi perundangan. Lalu politik sebagai masuliyah umatiyah (tanggung jawab keuamatan), agar kebutuhan umat terlayani dan masih dalam koridor Islam. Sebab menurut Imam Al Ghazali, ada tiga kebutuhan umat yang harus dilayani : asasiyah (primer) ini belum terpenuhi karena kemiskinan ada di mana-mana, haniyah (sekunder), taksiniyah (kebutuhan pelengkap). Pemenuhan kebutuhan ini hanya bisa terlaksana bila ada reformasi birokrasi (birocratic reform). Politik bagi umat Islam berarti pula masuliyah watoniyah (tanggung jawab kebangsaan kenegaraan).

Masuliyah watoniyah itu selesai ketika lahir dekrit presiden 1959, tak ada lagi konsep Negara Islam atau piagam Jakarta, yang ada hanya keislaman. Tapi, saat ini ada upaya mengubah nation state yang religius menjadi nation state yang sekuler. Umat Islam tidak membutuhkan sekulerisasi kebangsaan dan sekulerisasi nasionalisme ataupun fundamentalisme sekuler, untuk menyatukan perbedaan dalam umat Islam. Seharusnya muslim nasionalis harus bergabung dengan nasionalis muslim melalui lembaga politik.Dengan demikian pemberdayaan politik Islam dapat dibangun. Agar umat Islam menjadi satu bangunan yang satu saling menguatkan satu sama lain (kalbunya yasudu baghduhum bagdho). LDII punya peran penting dalam posisi ketika umat Islam melakukan aksi melalui pemberdayaan ekonomi, pendidikan, dan bahkan politik.
 

Opini ini disusun dari pembekalan dari KH Maruf Amin, Ketua Komisi Fatwa MUI, pada Rakernas LDII 2007

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

KOMENTAR TERKINI

  • Sh on Minhajushobirin Boarding School Bekali Lulusan dengan Teknologi dan Nilai Nasionalisme
  • Adin Mutohar on LDII Kota Palembang Sosialisasi Bahaya Penyalahgunaan Narkoba dan Judol
  • Supardo on PPG Insan Mulia Gelar Pelatihan Manajemen Kelas untuk Guru Mengaji
  • Supardo on LDII DIY dan PWNU DIY Jajaki Sinergi Lewat Silaturahmi Lintas Organisasi
  • Angka DH on LDII DIY dan PWNU DIY Jajaki Sinergi Lewat Silaturahmi Lintas Organisasi
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Aktris Ida Royani dan Ben Kasyafani Apresiasi Kurban Warga LDII yang Mampu Gerakkan Ekonomi 500-an Miliar Rupiah

Aktris Ida Royani dan Ben Kasyafani Apresiasi Kurban Warga LDII yang Mampu Gerakkan Ekonomi 500-an Miliar Rupiah

June 8, 2025
Dinas KPKP DKI Jakarta Apresiasi Komitmen LDII Dalam Meningkatkan Kualitas Juru Sembelih Halal

Dinas KPKP DKI Jakarta Apresiasi Komitmen LDII Dalam Meningkatkan Kualitas Juru Sembelih Halal

June 7, 2025
Pererat Kolaborasi, LDII Dlingo Jalin Silaturahim dengan Pengurus LDII Playen dan Patuk

Pererat Kolaborasi, LDII Dlingo Jalin Silaturahim dengan Pengurus LDII Playen dan Patuk

June 10, 2025
Warga LDII Ketileng Sukseskan Kurban Dengan Program Tabungan Kurban

Warga LDII Ketileng Sukseskan Kurban Dengan Program Tabungan Kurban

June 7, 2025
Pererat Kolaborasi, LDII Dlingo Jalin Silaturahim dengan Pengurus LDII Playen dan Patuk

Pererat Kolaborasi, LDII Dlingo Jalin Silaturahim dengan Pengurus LDII Playen dan Patuk

14
Aktris Ida Royani dan Ben Kasyafani Apresiasi Kurban Warga LDII yang Mampu Gerakkan Ekonomi 500-an Miliar Rupiah

Aktris Ida Royani dan Ben Kasyafani Apresiasi Kurban Warga LDII yang Mampu Gerakkan Ekonomi 500-an Miliar Rupiah

57
LDII Perkuat Semangat Gotong Royong Lewat Kerja Bakti Bersama Warga di Bantul

LDII Perkuat Semangat Gotong Royong Lewat Kerja Bakti Bersama Warga di Bantul

4
Dinas KPKP DKI Jakarta Apresiasi Komitmen LDII Dalam Meningkatkan Kualitas Juru Sembelih Halal

Dinas KPKP DKI Jakarta Apresiasi Komitmen LDII Dalam Meningkatkan Kualitas Juru Sembelih Halal

6
LDII Tanah Laut Bagikan Belasan Ribu Kantong Daging Kurban

LDII Tanah Laut Bagikan Belasan Ribu Kantong Daging Kurban

June 15, 2025
Jalin Sinergi, LDII Papua Selatan Gelar Silaturahim Bersama Wartawan

Jalin Sinergi, LDII Papua Selatan Gelar Silaturahim Bersama Wartawan

June 15, 2025
Bupati Mimika Apresiasi Pelaksanaan Kurban LDII: Tertib, Sehat dan Ramah Lingkungan

Bupati Mimika Apresiasi Pelaksanaan Kurban LDII: Tertib, Sehat dan Ramah Lingkungan

June 15, 2025
Strategi Pesantren Minhajushobirin Tanamkan Nasionalisme di Era Digital

Strategi Pesantren Minhajushobirin Tanamkan Nasionalisme di Era Digital

June 15, 2025

DPP LDII

Jl. Tentara Pelajar No. 28 Patal Senayan 12210 - Jakarta Selatan.
Telepon: 021-57992547 / 0811-8604544

SEKRETARIAT
sekretariat[at]ldii.or.id
KIRIM BERITA
berita[at]ldii.or.id

BERITA TERKINI

  • LDII Tanah Laut Bagikan Belasan Ribu Kantong Daging Kurban June 15, 2025
  • Jalin Sinergi, LDII Papua Selatan Gelar Silaturahim Bersama Wartawan June 15, 2025
  • Bupati Mimika Apresiasi Pelaksanaan Kurban LDII: Tertib, Sehat dan Ramah Lingkungan June 15, 2025

NAVIGASI

  • Home
  • Contact
  • Jadwal Shalat
  • Hitung Zakat
  • Privacy Policy
  • NUANSA PERSADA

KATEGORI

Kirim Berita via Telegram

klik tautan berikut:
https://t.me/ldiibot

  • Home
  • Contact
  • Jadwal Shalat
  • Hitung Zakat
  • Privacy Policy
  • NUANSA PERSADA

© 2020 DPP LDII - Managed by KIM & IT Division.

No Result
View All Result
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
  • DESAIN GRAFIS
    • Desain Idul Adha 1446 H
    • Desain Hari Pancasila 2025
  • Nasehat Idul Adha 2025

© 2020 DPP LDII - Managed by KIM & IT Division.