Jakarta (14/5). Mendengkur atau ngorok saat tidur sering kali dianggap gangguan kecil yang tidak berbahaya. Padahal, di balik suara kasar yang muncul saat tidur itu, bisa tersembunyi risiko penyakit serius seperti hipertensi, stroke, bahkan gangguan jantung.
“Mendengkur terjadi karena adanya hambatan pada saluran pernapasan saat tidur, dan itu bukan sesuatu yang bisa diabaikan begitu saja,” kata Ahli Gizi Klinik dari Universitas Indonesia, Pittara Pansawira.
Menurut Pittara, mendengkur disebabkan oleh getaran jaringan di saluran napas atas ketika aliran udara tidak berjalan lancar. Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari otot tenggorokan yang melemah akibat penuaan, hingga kondisi medis seperti sleep apnea, sinusitis, pembengkakan amandel, atau bahkan struktur wajah tertentu yang menyempitkan jalur napas. Obesitas juga menjadi salah satu pemicu utama.
Dengkuran yang bersifat kronis, terjadi hampir setiap malam dan terdengar keras. Berpotensi meningkatkan risiko tekanan darah tinggi dan penyakit kardiovaskular. “Gangguan ini bisa memperburuk kualitas tidur, menurunkan kadar oksigen, dan memicu tekanan pada jantung,” ujar Pittara.
Tak hanya itu, mendengkur juga berdampak pada kehidupan sosial. Suara bising yang ditimbulkan kerap mengganggu pasangan tidur atau anggota keluarga lain. Dalam beberapa kasus, kondisi ini bahkan bisa menjadi penyebab retaknya hubungan. “Kalau sudah mengganggu kenyamanan orang lain, itu bukan sekadar masalah pribadi lagi,” tambahnya.
Untuk mengatasi masalah ini, pengobatan harus disesuaikan dengan penyebabnya. Jika mendengkur terjadi akibat alergi, dokter mungkin akan meresepkan antihistamin. Jika dipicu oleh gangguan struktural seperti hidung bengkok atau pembesaran amandel, tindakan medis seperti operasi mungkin diperlukan. Pada kasus sleep apnea, pasien biasanya dianjurkan memakai alat bantu napas seperti CPAP (Continuous Positive Airway Pressure).
Pittara menyarankan agar pencegahan dimulai dari perubahan gaya hidup. “Menurunkan berat badan, berhenti merokok, dan menghindari alkohol sebelum tidur sangat efektif untuk mengurangi dengkuran,” katanya. Tidur dengan posisi miring atau sedikit meninggikan kepala juga bisa membantu membuka saluran napas.
Ia menambahkan bahwa penting bagi masyarakat untuk tidak mengabaikan kebiasaan mendengkur yang berlangsung lama. Pemeriksaan medis bisa membantu mengetahui penyebab pastinya dan menentukan penanganan yang tepat. “Mendengkur bukan cuma soal suara. Kalau dibiarkan, bisa mengancam nyawa,” tutup Pittara. (Wicak/LINES)