Lembaga Dakwah Islam Indonesia
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
  • DESAIN GRAFIS
    • Kerja Bakti Nasional 2025 dan 17 Agustus 2025
No Result
View All Result
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
  • DESAIN GRAFIS
    • Kerja Bakti Nasional 2025 dan 17 Agustus 2025
No Result
View All Result
Lembaga Dakwah Islam Indonesia
No Result
View All Result
Home Dari Kami Nasehat

Menjadi Asing

2011/11/15
in Nasehat
0
Menjadi Asing
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp
Pantai Krueng Mane, 2028, dalam dimensi Iqbal
Nak, ayah sengaja bawa kamu ke sini karena mau ngomong serius sama kamu. Sekarang kamu sudah baligh. Kamu relatif sudah bisa membedakan yang benar dan yang enggak. Tapi kamu masih terlalu muda buat kenal dunia secara luas, seluas laut dan langit di depan kamu itu.
Nak, apa kamu pernah menerka kenapa ayah sangat membatasi kamu nonton TV, kenapa ayah sering potong kabel TV yang baru dibeli ibumu? Apa kamu tahu kenapa ayah sering ajak kamu menjauhi keramaian, kenapa ayah sering banting pemutar musik kamu? Kamu tahu, nak? Itu karena ayah sayang kamu dan gak mau kamu jadi orang-orang bentukan media mainstream yang gak islami.
Pada umumnya mereka itu bikin kamu tahu dalam ketidaktahuan. Kamu jadi tahu cara bikin orang ketawa, cara supaya dunia melihat kamu, cara berbahasa yang up to date, dan cara tetap ikut tren. Kamu jadi tahu si artis anu lagi bunting 7 bulan. Kamu dijejali dengan informasi-informasi gak penting, se-gak penting artis anu baru ngerayain ulang tahunnya di Food Court Pondok Indah Mal.
Tapi nak, kamu gak diajarin kamu harus gimana kalau kamu mimpi basah, apa yang harus kamu lakukan kalau mau nikah tapi belum siap. Kamu gak diajarin bahwa onani itu masuk dalam tujuh dosa besar. Kamu gak diajarin cara milih calon pasangan hidup yang benar, apa kriterianya.
Kamu jadi tahu batasan HAM tapi tidak hukum islam. Kamu jadi tahu cara ngitung PPn, tapi ngitung zakat kebun kamu sendiri aja bingung. Kamu jadi tahu di Bangladesh itu orang kebanjiran terus, tapi kamu malah gak tahu komplek sebelah kita juga kebanjiran. Siaran setengah jam pagi-pagi itu jelas kurang nak. Bahkan kamu sama sekali gak dibikin ngerti cara baca Quran. Bedain “fa” sama “qof” aja gak bisa, gimana mau paham, anakku?
Kamu nanti malah jadi bingung, di TV diajarin menikah sama anak di bawah umur itu bejat gak ketulungan, apa kamu mau bilang Nabi Muhammad yang menikahi Aisyah umur 6 tahun itu bejat? Di TV diajarin makan jilat tangan itu gak sopan, tapi di hadits kamu temui sunahnya itu malah jilat tangan. Di TV diajarin kalau ketemu orang itu salaman, padahal di hadits yang kamu pelajari, lebih baik kamu ditusuk besi panas daripada bersentuhan dengan bukan mahrom. Di TV disiarkan bahwa lesbi dan homo itu manusiawi dan sudah lazim, tapi di hadits, mereka itu layak dihukum mati.
Ayah paling takut kamu mengarah ke logika-logika praktis begitu. Ayah takut kamu menomorduakan Quran Hadits karena gak logis menurut kamu. Camkan ini nak, agama itu bukan dibangun dari logika, dan agama itu jauh dari kelogisan-kelogisan yang ada di novel Sophi’s World, walaupun dia jadi best seller internasional selama beberapa tahun. Nak, Al-Quran itu sudah jadi super best seller se-semesta selama belasan abad.
Kalau agama ini menuruti kelogisanmu, gak akan ada cerita 313 pasukan islam dengan perbekalan dan senjata yang jauh dari memadai bisa menang melawan 1.000 pasukan kafir dengan perbekalan dan senjata yang berlebihan waktu perang Badr. Gak akan ada cerita pasukan islam masih bertahan di perang Khandaq setelah dikepung dari segala penjuru. Gimana mungkin ada bantuan angin dalam perang di abad ketujuh? Nonsense! Itu semua gak akan masuk ke logikamu, nak.
Kamu akan wudhu dengan membasuh duburmu kalau kamu mau ikut logika, tapi bukan begitu yang diajarkan, nak. Kita gak tahu apa-apa. Keimanan itu bukan kelogikaan. Iman itu artinya percaya. Percaya bahwa aturan itu tepat walau gak masuk logika kamu.
Itu kenapa kamu harus mendalami Quran Hadits dengan mantap. Kamu tahu kan, bahwa ilmu yang wajib dicari itu ada tiga: ayat yang menghukumi, sunah yang ditegakkan, dan ilmu hukum waris. Intinya kamu wajib belajar Quran Hadits. Ilmu yang di luar itu statusnya cuma ilmu tambahan. Ayah sama sekali bukan melarang kamu sekolah sampai title kamu 10 biji, kalau ada. Sekolahlah tinggi-tinggi, cari ilmu sebanyak-banyaknya, itu positif.
Ayah cuma takut, kamu bisa menghitung bulan itu tepat ada di atas kepala kamu pada tanggal berapa jam berapa, tapi kamu kebingungan ngitung waris waktu ayahmu ini meninggal. Ayah takut kamu bisa fasih luar biasa berbahasa Inggris, tapi salam aja ngomongnya “semlekum”. Ayah gak mau kamu hapal irregular verb dan certain adjective, tapi gak hapal siapa saja mahrom kamu.
Ayah gak mau kamu bisa bedain processor bagus dan enggak, bisa bedain awan cumulus dan nimbus, bisa bedain membran sel dan membran mitokondria, tapi kamu gak bisa bedain halal-haram dan suci-najis. Dan hal-hal semacam itu. Ayah takut kamu kuasai dunia tapi gak ngerti hukum islam, nak.
Ayah gak kebayang, pascatiada nanti kamu jawab apa waktu ditanya, “Kenapa dulu kamu lebaran duluan dibanding tetanggamu?” Apa kamu bakal jawab, “Abis di tanggalan lebarannya tanggal segitu, saya kan gak tahu aturan sebenarnya gimana.” Terus ditanya lagi, “Lantas, kenapa kamu tidak cari tahu ilmunya?” Apa kamu berani jawab begini, “Saya kan mau sekolah sampai S3, mau punya rumah besar, mau jadi anggota dewan, target saya banyak, jadi belum sempat mendalami islam.” Berani?

Pantai Krueng Mane, 2028, dalam dimensi Iqbal

Nak, ayah sengaja bawa kamu ke sini karena mau ngomong serius sama kamu. Sekarang kamu sudah baligh. Kamu relatif sudah bisa membedakan yang benar dan yang enggak. Tapi kamu masih terlalu muda buat kenal dunia secara luas, seluas laut dan langit di depan kamu itu.

 

Nak, apa kamu pernah menerka kenapa ayah sangat membatasi kamu nonton TV, kenapa ayah sering potong kabel TV yang baru dibeli ibumu? Apa kamu tahu kenapa ayah sering ajak kamu menjauhi keramaian, kenapa ayah sering banting pemutar musik kamu? Kamu tahu, nak? Itu karena ayah sayang kamu dan gak mau kamu jadi orang-orang bentukan media mainstream yang gak islami.

Pada umumnya mereka itu bikin kamu tahu dalam ketidaktahuan. Kamu jadi tahu cara bikin orang ketawa, cara supaya dunia melihat kamu, cara berbahasa yang up to date, dan cara tetap ikut tren. Kamu jadi tahu si artis anu lagi bunting 7 bulan. Kamu dijejali dengan informasi-informasi gak penting, se-gak penting artis anu baru ngerayain ulang tahunnya di Food Court Pondok Indah Mal.

Tapi nak, kamu gak diajarin kamu harus gimana kalau kamu mimpi basah, apa yang harus kamu lakukan kalau mau nikah tapi belum siap. Kamu gak diajarin bahwa onani itu masuk dalam tujuh dosa besar. Kamu gak diajarin cara milih calon pasangan hidup yang benar, apa kriterianya.

Kamu jadi tahu batasan HAM tapi tidak hukum islam. Kamu jadi tahu cara ngitung PPn, tapi ngitung zakat kebun kamu sendiri aja bingung. Kamu jadi tahu di Bangladesh itu orang kebanjiran terus, tapi kamu malah gak tahu komplek sebelah kita juga kebanjiran. Siaran setengah jam pagi-pagi itu jelas kurang nak. Bahkan kamu sama sekali gak dibikin ngerti cara baca Quran. Bedain “fa” sama “qof” aja gak bisa, gimana mau paham, anakku?

Kamu nanti malah jadi bingung, di TV diajarin menikah sama anak di bawah umur itu bejat gak ketulungan, apa kamu mau bilang Nabi Muhammad yang menikahi Aisyah umur 6 tahun itu bejat? Di TV diajarin makan jilat tangan itu gak sopan, tapi di hadits kamu temui sunahnya itu malah jilat tangan. Di TV diajarin kalau ketemu orang itu salaman, padahal di hadits yang kamu pelajari, lebih baik kamu ditusuk besi panas daripada bersentuhan dengan bukan mahrom. Di TV disiarkan bahwa lesbi dan homo itu manusiawi dan sudah lazim, tapi di hadits, mereka itu layak dihukum mati.

Ayah paling takut kamu mengarah ke logika-logika praktis begitu. Ayah takut kamu menomorduakan Quran Hadits karena gak logis menurut kamu. Camkan ini nak, agama itu bukan dibangun dari logika, dan agama itu jauh dari kelogisan-kelogisan yang ada di novel Sophi’s World, walaupun dia jadi best seller internasional selama beberapa tahun. Nak, Al-Quran itu sudah jadi super best seller se-semesta selama belasan abad.

Kalau agama ini menuruti kelogisanmu, gak akan ada cerita 313 pasukan islam dengan perbekalan dan senjata yang jauh dari memadai bisa menang melawan 1.000 pasukan kafir dengan perbekalan dan senjata yang berlebihan waktu perang Badr. Gak akan ada cerita pasukan islam masih bertahan di perang Khandaq setelah dikepung dari segala penjuru. Gimana mungkin ada bantuan angin dalam perang di abad ketujuh? Nonsense! Itu semua gak akan masuk ke logikamu, nak.

Kamu akan wudhu dengan membasuh duburmu kalau kamu mau ikut logika, tapi bukan begitu yang diajarkan, nak. Kita gak tahu apa-apa. Keimanan itu bukan kelogikaan. Iman itu artinya percaya. Percaya bahwa aturan itu tepat walau gak masuk logika kamu.

Itu kenapa kamu harus mendalami Quran Hadits dengan mantap. Kamu tahu kan, bahwa ilmu yang wajib dicari itu ada tiga: ayat yang menghukumi, sunah yang ditegakkan, dan ilmu hukum waris. Intinya kamu wajib belajar Quran Hadits. Ilmu yang di luar itu statusnya cuma ilmu tambahan. Ayah sama sekali bukan melarang kamu sekolah sampai title kamu 10 biji, kalau ada. Sekolahlah tinggi-tinggi, cari ilmu sebanyak-banyaknya, itu positif.

Ayah cuma takut, kamu bisa menghitung bulan itu tepat ada di atas kepala kamu pada tanggal berapa jam berapa, tapi kamu kebingungan ngitung waris waktu ayahmu ini meninggal. Ayah takut kamu bisa fasih luar biasa berbahasa Inggris, tapi salam aja ngomongnya “semlekum”. Ayah gak mau kamu hapal irregular verb dan certain adjective, tapi gak hapal siapa saja mahrom kamu.

Ayah gak mau kamu bisa bedain processor bagus dan enggak, bisa bedain awan cumulus dan nimbus, bisa bedain membran sel dan membran mitokondria, tapi kamu gak bisa bedain halal-haram dan suci-najis. Dan hal-hal semacam itu. Ayah takut kamu kuasai dunia tapi gak ngerti hukum islam, nak.

Ayah gak kebayang, pascatiada nanti kamu jawab apa waktu ditanya, “Kenapa dulu kamu lebaran duluan dibanding tetanggamu?” Apa kamu bakal jawab, “Abis di tanggalan lebarannya tanggal segitu, saya kan gak tahu aturan sebenarnya gimana.” Terus ditanya lagi, “Lantas, kenapa kamu tidak cari tahu ilmunya?” Apa kamu berani jawab begini, “Saya kan mau sekolah sampai S3, mau punya rumah besar, mau jadi anggota dewan, target saya banyak, jadi belum sempat mendalami islam.” Berani?

Al ‘ilmu qobla ‘amal, nak. Beramal setelah kamu punya ilmunya, jangan sembarangan ikut-ikutan. Orang tahlilan kamu ikut tahlilan. Orang pacaran kamu ikut pacaran. Aduuuh, nak. Jangan. Jangan jadi orang yang “qila wa qola”, masih gak jelas dasarnya, eh malah disampaikan. Jangan katanya katanya. Kamu harus tahu betul apa dalilnya, hukumnya gimana, baru bisa melakukan atau menanggapi sesuatu. Kamu tahu kan, qila wa qola itu termasuk satu dari tiga hal yang dibenci Allah? Coba buka lagi kitab Muslim kamu.

Dalamilah ilmu agama, nak. Malaikat akan membentangkan sayap-sayapnya karena senang padamu yang sedang mencari ilmu. Sampai ikan-ikan di lautan, semua mendoakanmu, nak. Kalau kamu jadi pengajar dan pengamal Al-Quran, ayah bakal dapat mahkota emas yang terangnya lebih dari matahari. Itu jauh lebih membanggakan dari ayah dipanggil mau diberi penghargaan karena kamu meraih nobel. Ayah dapat mahkota, kamu tentu dapat lebih dari itu, nak.

Setelah ilmumu kuat, aplikasikan, sebarkan, dan perjuangkanlah semaksimal yang kamu bisa, nak. Jangan takut cacian orang. Jangan menyerah walau sedunia ini memusuhi kamu. Gigit agamamu dengan gigi geraham. Lebih baik kamu hidup dengan ngangon kambing di Gunung Leuser sana ditemani 200 harimau sumatera daripada kamu hidup makan enak dan mudah tapi gak bisa aplikasikan agamamu.

Nak, dari dulu orang hebat itu selalu dianggap asing di zamannya. Itu bukan berarti kamu harus menjadi asing, nak, bukan. Tapi, risiko kamu “diasingkan” masyarakat itu besar kalau kamu bawa nilai-nilai baru, atau nilai-nilai lama yang dianggap baru.

Anak muda seperti kamu punya tenaga dan semangat yang jauh lebih besar daripada orang tua kayak ayah begini. Ibnu Umar, pada usia 13 tahun ingin ikut dalam Perang Badr, tapi dilarang, nak, karena masih terlalu muda. Ia akhirnya ikut dalam perang Khandaq pada umur 15 tahun. Sejak belia, beliau senang mencari ilmu, nak. Beliau menjadi periwayat hadits kedua terbanyak setelah Abu Hurairoh.

Kamu tentu sering dengar Ali bin Abi Thalib, anakku. Beliau sudah menjadi bintang lapangan pada Perang Badr, saat usianya masih sekitar 25 tahun. Beliau menjadi pimpinan pasukan Perang Khaibar, beberapa tahun kemudian, yang akhirnya menang gemilang. Beliau yang membunuh Marhab, panglima besar Yahudi. Semua dalam usia belia, anakku.

Imam Bukhori yang menyusun hadits tershahih sampai sekarang, beliau mulai berkelana pada umur 16 tahun. Jiwa muda yang tetap teguh belasan tahun menghimpun hadits-hadits shahih. Kamu tahu apa yang terjadi pada Imam Bukhori, anakku? Beliau diusir dari kampung dan menjadi musuh banyak orang pada zaman itu. Tapi itu tidak membuatnya gentar.

Selanjutnya giliran kamu yang meneruskan perjuangan. Selamat berjuang nak, luruskan niat, ayah doakan.

Oleh : Muhammad Iqbal

 

 

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

KOMENTAR TERKINI

  • Nanang Naswito on Hati Ibarat Gelas, Penuhi dengan Kefahaman Agama dan Tertib Sholat
  • Nanang Naswito on Ketua LDII: Jadikan Pancasila Gaya Hidup dan Ideologi Hidup Generasi Muda
  • Akram subair on Kemenag Kota Tual Apresiasi Kegiatan LDII, Minta Rutinitas Laporan
  • Arfan Fatwa, ST on LDII Temanggung Gelar Sekolah Kebangsaan Jilid II, Libatkan Pemuda Lintas Agama
  • Pac mekarrahayu on LDII Margaasih Serahkan Bantuan Dana untuk Perbaikan Jalan
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Kisah Yusrawati Guru Besar FK Unand yang Haus Ilmu

Kisah Yusrawati Guru Besar FK Unand yang Haus Ilmu

September 29, 2025
Istighfar dan Kalimat Thayyibah

Istighfar dan Kalimat Thayyibah

September 30, 2025
Hadiri Rakor FKUB Banyuwangi, LDII Komitmen Dukung Penguatan Kerukunan Umat Beragama

Hadiri Rakor FKUB Banyuwangi, LDII Komitmen Dukung Penguatan Kerukunan Umat Beragama

September 29, 2025
Sosialisasi Hasil Rakornas III, LDII Lampung Komitmen Sukseskan Cek Kesehatan Gratis

Sosialisasi Hasil Rakornas III, LDII Lampung Komitmen Sukseskan Cek Kesehatan Gratis

September 30, 2025
Istighfar dan Kalimat Thayyibah

Istighfar dan Kalimat Thayyibah

8
Santri Ponpes Gadingmangu Juarai Kategori Kelompok dalam Aksi WCD 2025

Santri Ponpes Gadingmangu Juarai Kategori Kelompok dalam Aksi WCD 2025

2
Ponpes Wali Barokah Helat Gowes Bersama Puluhan Komunitas Sepeda

Ponpes Wali Barokah Helat Gowes Bersama Puluhan Komunitas Sepeda

2
Keseimbangan

Keseimbangan

4
Silaturahim LDII dan MUI Sulsel, Perkuat Sinergi Dakwah dan Nasionalisme

Silaturahim LDII dan MUI Sulsel, Perkuat Sinergi Dakwah dan Nasionalisme

October 2, 2025
Perkuat Sinergi, LDII Siak Silaturahim dengan Ketua MUI Siak

Perkuat Sinergi, LDII Siak Silaturahim dengan Ketua MUI Siak

October 2, 2025
Permata CAI LDII Manokwari, Perkuat Karakter untuk Cetak Generasi Unggul

Permata CAI LDII Manokwari, Perkuat Karakter untuk Cetak Generasi Unggul

October 2, 2025
HMI Cabang Kediri Resmi Dilantik, Pemuda LDII Hadir dan Siap Bekerja Sama

HMI Cabang Kediri Resmi Dilantik, Pemuda LDII Hadir dan Siap Bekerja Sama

October 2, 2025

DPP LDII

Jl. Tentara Pelajar No. 28 Patal Senayan 12210 - Jakarta Selatan.
Telepon: 0811-8604544

SEKRETARIAT
sekretariat[at]ldii.or.id
KIRIM BERITA
berita[at]ldii.or.id

BERITA TERKINI

  • Silaturahim LDII dan MUI Sulsel, Perkuat Sinergi Dakwah dan Nasionalisme October 2, 2025
  • Perkuat Sinergi, LDII Siak Silaturahim dengan Ketua MUI Siak October 2, 2025
  • Permata CAI LDII Manokwari, Perkuat Karakter untuk Cetak Generasi Unggul October 2, 2025

NAVIGASI

  • Home
  • Contact
  • Jadwal Shalat
  • Hitung Zakat
  • Privacy Policy
  • NUANSA PERSADA

KATEGORI

Kirim Berita via Telegram

klik tautan berikut:
https://t.me/ldiibot

  • Home
  • Contact
  • Jadwal Shalat
  • Hitung Zakat
  • Privacy Policy
  • NUANSA PERSADA

© 2020 DPP LDII - Managed by KIM & IT Division.

No Result
View All Result
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
  • DESAIN GRAFIS
    • Kerja Bakti Nasional 2025 dan 17 Agustus 2025

© 2020 DPP LDII - Managed by KIM & IT Division.