Jakarta (2/6). Pondok Pesantren Minhaajurrosyidin Jakarta Timur mendapat apresiasi dari Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Republik Indonesia, TB Ace Hasan Syadzily, sebagai contoh konkret kemandirian dan nasionalisme dalam dunia pesantren. Hal itu disampaikannya saat menghadiri peringatan Milad ke-47 Majelis Dakwah Islam (MDI) di Padepokan Persinas ASAD, Kompleks Ponpes Minhaajurrosyidin, Selasa (27/5) lalu.
Gubernur Lemhannas Ace Hasan menyebut Ponpes Minhaajurrosyidin sebagai miniatur kerja-kerja strategis LDII, khususnya dalam bidang ketahanan pangan, energi terbarukan, pengelolaan lingkungan berkonsep Zero Waste, pendidikan, hingga penguatan nilai-nilai kebangsaan.
“Saya merasa bangga berada di sini. Ini bukan hanya lembaga pendidikan, tapi juga tempat mencetak santri yang mandiri secara ekonomi, energi, dan memiliki jiwa nasionalisme,” ujar Ace Hasan.
Lebih lanjut, Politikus Partai Golkar itu menyampaikan kesiapan Lemhannas untuk membina karakter kebangsaan para santri dan tenaga pendidik di lingkungan LDII melalui program pelatihan dan pendidikan. Ia juga membuka peluang bagi kader-kader LDII untuk mengikuti pendidikan pimpinan nasional.
“Kami tentu akan mencoba menjajaki dan memperkuat kapasitas para guru maupun dosen di bawah naungan LDII, agar sejalan dengan program-program Lemhannas dalam memantapkan nilai-nilai kebangsaan. Termasuk di dalamnya, upaya membangun jiwa nasionalisme dan patriotisme di lingkungan LDII itu sendiri,” tutup Ace.
Sementara itu, Ketua Umum DPP LDII, KH Chriswanto Santoso, menyambut positif dukungan Lemhannas dan menekankan pentingnya sinergi antara kekuatan sosial dan otoritas negara.
“Membangun negara bukan hanya tugas pemerintah. Sinergisitas ini penting agar tujuan berbangsa dapat tercapai secara optimal,” ungkap KH Chriswanto.
Menurutnya, pondok tersebut didirikan oleh para tokoh LDII dan menjadi salah satu tempat pembinaan utama dalam kerja sama dengan organisasi. “Kalau Bapak-Ibu ingin tahu tentang LDII, miniatur dari LDII se-Indonesia ada di Pondok Pesantren Minhajurrosyidin ini,” ujarnya.
LDII sendiri memiliki delapan program prioritas yang mencakup aspek kebangsaan, keagamaan, pendidikan, kesehatan, teknologi digital, energi baru terbarukan, ketahanan pangan dan lingkungan hidup, serta ekonomi syariah. “Semuanya kami praktikkan di Pondok ini,” tegasnya.
Dalam bidang kebangsaan, Minhajurrosyidin secara aktif mengadakan program Sekolah Kebangsaan yang berkelanjutan untuk santri, mengingat pergantian siswa yang terus berlangsung dari waktu ke waktu. “Kami berharap nilai-nilai kebangsaan selalu direfresh setiap tahun,” tambahnya.
Tak hanya itu, dalam upaya pelestarian lingkungan, Pondok Pesantren Minhajurrosyidin juga mengembangkan sistem pengelolaan Zero Waste yang didukung oleh Bank Indonesia. Sampah dari aktivitas pondok diolah untuk keperluan pertanian, perikanan, hingga kerajinan tangan dari plastik daur ulang.
“Implementasi dari delapan program prioritas LDII dapat ditemukan secara nyata di pondok ini. Inilah alasan kami menyebutnya sebagai miniatur LDII,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Yayasan Ponpes Minhaajurrosyidin, Marsma (Purn) Sukur, mengapresiasi atas kepercayaan menjadikan pesantrennya sebagai tuan rumah Milad ke-47 MDI.
“Kami merasa sangat terhormat. Persiapan kami lakukan maksimal demi menyambut para tokoh bangsa. Pesantren ini berkomitmen berdakwah menyampaikan Islam rahmatan lil ‘alamin dan menanamkan jiwa kebangsaan kepada santri-santri kami,” ujarnya.
Ia menambahkan, Pesantren Minhaajurrosyidin saat ini menjadi rujukan model pesantren modern yang mengintegrasikan dakwah, pendidikan, dan kemandirian ekonomi, sekaligus sebagai mitra strategis pemerintah dalam membangun karakter generasi muda bangsa.