Kendal (22/11). LDII Jawa Tengah menggelar Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) II di Kompleks GNBS, Kendal, Jawa Tengah pada Minggu, (16/11/2025). Forum ini menjadi ruang konsolidasi untuk menyampaikan hasil Rakornas DPP LDII serta merumuskan langkah strategis program daerah.
Rakorwil ini turut mempertegas peran LDII sebagai organisasi dakwah modern, yang menempatkan penguatan kelembagaan, peningkatan kualitas pendidikan, dan pengabdian masyarakat sebagai prioritas.
Dalam rakor tersebut, tiga bidang strategis menjadi fokus utama: pendidikan umum dan pelatihan, pengabdian masyarakat, serta organisasi–keanggotaan–kaderisasi (OKK). Ketiganya dianggap sebagai fondasi penguatan LDII di tingkat wilayah hingga cabang. Ketua DPW LDII Jawa Tengah, Singgih Tri Sulistiyono, menyebut tiga bidang itu sebagai representasi kontribusi LDII bagi umat. Ia menilai penguatan ketiganya berdampak langsung pada kualitas warga LDII serta hubungan organisasi dengan masyarakat luas.
Pada pembahasan bidang OKK, Singgih menyampaikan arah modernisasi organisasi melalui sistem yang lebih transparan dan digital. Menurutnya, tata kelola berbasis aplikasi membuat kinerja organisasi bisa dipantau secara real-time. “Saat data tersinkronisasi dari tingkat PAC sampai DPP, pengambilan keputusan bisa lebih cepat dan akurat,” ujarnya. Ia menambahkan, keberhasilan sistem ini bergantung pada kepatuhan seluruh pengurus melakukan input data. “Kalau akar rumput tidak mengisi data, DPP kesulitan membaca kondisi sebenarnya,” katanya.
Digitalisasi ini disebut sebagai lompatan penting menuju organisasi dakwah yang adaptif dan efisien. Singgih menilai transformasi digital membuat LDII lebih siap menghadapi tantangan sosial di tingkat lokal maupun nasional. Ia menyebut bahwa model seperti ini mulai diterapkan di berbagai lembaga modern, sehingga LDII perlu terus memperbarui sistem pendukung organisasi.
Pada bidang pendidikan dan pelatihan, LDII menekankan pengembangan kapasitas generasi muda dalam dua sisi: ilmu agama dan kompetensi umum. Singgih menyampaikan perlunya pendidikan LDII mengikuti standar layanan yang baik agar tidak merugikan generasi penerus. “Hak generasi muda adalah mendapatkan pendidikan terbaik. Kalau layanan tidak optimal, itu beban moral bagi organisasi,” tuturnya.
Ia juga menyinggung perkembangan lembaga pendidikan yang telah bekerja sama dengan LDII, dan mendorong agar unit-unit tersebut tumbuh lebih profesional.
Singgih turut mencontohkan praktik pendidikan di Jepang yang melarang yayasan swasta beroperasi bila tidak memenuhi standar pemerintah. Menurutnya, standar serupa perlu menjadi acuan untuk menjaga kualitas pendidikan warga LDII. Ia menilai pendidikan berkualitas merupakan bagian dari pembangunan karakter dan kesiapan generasi muda menghadapi persaingan global.
Pembahasan pengabdian masyarakat menjadi agenda penting lainnya dalam Rakorwil. Bidang ini dianggap sebagai implementasi dari 29 karakter luhur LDII yang tidak hanya ditanamkan secara internal, tetapi juga diwujudkan melalui program kemasyarakatan. “Pengabdian masyarakat harus terus ditingkatkan. Ini bagian dari kontribusi sosial yang LDII jalankan secara langsung,” kata Singgih.
Ia menilai partisipasi warga LDII dalam isu pangan, lingkungan, kesehatan, hingga ekonomi syariah memberi manfaat luas bagi masyarakat.
Ketua Korwil LDII Wilayah 3, Ardito Bhinadi, menambahkan arah program LDII kini diselaraskan dengan kebijakan pemerintah, khususnya Asta Cita. Ia menyebut delapan pengabdian LDII untuk bangsa sebagai basis kontribusi, antara lain kebangsaan, dakwah, pendidikan, ekonomi syariah, kesehatan, ketahanan pangan dan lingkungan, teknologi digital, dan energi terbarukan.
“Tiga sektor seperti pendidikan, kesehatan, dan penguatan SDM kita jadikan prioritas,” ujarnya. Ardito berharap konsolidasi dari Rakorwil dapat menguatkan struktur LDII dari tingkat pusat hingga anak cabang.











