Lembaga Dakwah Islam Indonesia
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
  • DESAIN GRAFIS
    • Kerja Bakti Nasional 2025 dan 17 Agustus 2025
No Result
View All Result
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
  • DESAIN GRAFIS
    • Kerja Bakti Nasional 2025 dan 17 Agustus 2025
No Result
View All Result
Lembaga Dakwah Islam Indonesia
No Result
View All Result
Home Dari Kami Nasehat

Seri Keluarga Bahagia 34

2012/03/27
in Nasehat
0
seri keluarga bahagia 34
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

Pernah mendengar kisah yang satu ini? Ya, cerita Nashrudin Khoja selalu menarik dan mengundang tawa. Walau begitu, penuh pelajaran di sana – sini bagi penikmatnya. Karenanya saya suka dibuatnya. Dan kali ini ijinkan saya mengutipkannya untuk Anda semua.

Suatu hari ia mengeluh pada istrinya: ”Dulu, waktu baru nikah, setiap kali saya pulang ke rumah, kau membawakan sandal saya, dan anjing kita menyambut dengan gonggongan. Kini terbalik, anjing kita yang membawakan sandal, dan kau yang menggonggong.”

Mendengar kegusaran suaminya, istrinya tak kalah tangkas menangkis: ”Jangan mengeluh suamiku, bagaimanapun engkau tetap mendapatkan pelayanan yang sama: ada yang membawakan sandal dan ada yang menggonggong.” Gubrak..!!!

Menyelaraskan keinginan memang tak mudah. Allah berfirman, “(Maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS An-Nisaa : 19). Ada unsur waktu, kesabaran, pengertian dan ada rasa ewuh – pakewuh/sungkan. Tapi, begitu watak asli terkuak –seiring dengan rasa bosan yang muncul– kecerewetan, ketidaksabaran, dan ketidakbersahajaannya pun mencuat. Begitulah manusia. Cenderung menyukai mengenakan topeng, khususnya bila urusan duniawi jadi tujuan pokok. Beruntung bagi yang melandasi setiap amalannya dengan niat yang benar. Lillahi ta’ala orang bilang. Ikhlas. Seiring sabda Rasulullah SAW; “Janganlah seorang lelaki mukmin membenci seorang mukminah (istrinya), bila ia membenci suatu perangai padanya, niscaya ia menyukai perangainya yang lain.” (HR. Muslim) Termasuk dalam berumah tangga, mendasarinya berdasarkan agama. Bukan lainnya.

Mungkin, topeng itu pula yang membuat kita sering terkecoh. Kita suka melihat yang tampak, bukan bagian yang ”dalam”. Yang tidak tampak. Kita cenderung mencuatkan ego. Akibatnya, seperti dikisahkah Prof. Dr. Muhammad Amin Suma, pengajar di beberapa perguruan tinggi, ada perkawinan yang hanya berumur tujuh hari. Ceritanya, sepasang kekasih telah melakukan pendekatan selama tiga tahun. Si wanita 33 tahun, dan prianya 37 tahun. Cukup matang untuk berumah tangga. Apalagi keduanya sarjana. ”Ternyata, rumah tangga mereka cerai gara-gara soal lampu,” kata Amin. Si wanita, yang selama 33 tahun selalu tidur dalam keadaan terang, menghendaki kamarnya diterangi. Sebaliknya, suaminya bersikukuh harus gelap. Maklum, 37 tahun dia selalu tidur dalam gelap. Kompromi tak bisa dicapai. Mereka pun cerai. ”Padahal, memasang lampu lima watt yang remang-remang kan bisa,” ujar Amin.

Begitulah jika manusia menekankan keinginan sendiri tanpa menimbang perasaan orang lain. Hatinya kopong. Kesetiaan, penghormatan, perhatian, kepedulian, keadilan, kejujuran, semua ditentukan melalui kualitas hati. Tanpa hati yang jernih, seseorang akan sulit menyatakan terima kasih, apalagi berbagi kasih. Masalah rumah tangga memang tak pernah habis dikupas, baik di media cetak, radio, layar kaca, maupun di ruang-ruang konsultasi. ”Dari soal pelecehan seksual, selingkuh, istri dimadu, sampai suami yang tidak memenuhi kebutuhan biologis istri,” ujar seorang penasehat spiritual di Jakarta.

Kebetulan, teman dekatnya punya masalah. Ceritanya, seiring dengan pertambahan usia, plus karier istri yang menanjak, kehidupan perkawinannya malah mengarah adem. Seperti ada sesuatu yang tersembunyi. Keakraban dan keceriaan yang dulu dipunyai keluarga ini hilang sudah. Si istri seolah disibukkan urusan kantor. ”Apa yang harus aku lakukan,” ungkap pria ini. Penasehat spiritual itu menyarankan agar dia berpuasa tiga hari, dan tiap malam wajib salat tahajud. ”Coba lebih mendekat pada Tuhan, insya Allah masalahnya terang. Setelah itu, kamu ajak omong istrimu di rumah,” ia menyarankan.

Oke. Sebuah saran yang mudah dipenuhi. Tiga hari kemudian, dia mengontak istrinya. ”Bagaimana kalau malam ini kita makan di restoran?” katanya. Istrinya tak keberatan. Makanan istimewa pun dipesan, sebagai penebus kehambaran rumah tangganya.

Benar saja. Di restoran itu, istrinya mengaku terus terang telah menduakan cintanya. Ia punya teman laki-laki untuk mencurahkan isi hati. Suaminya kaget. Mukanya seakan ditampar. Makanan lezat di depannya tak disentuh. Mulutnya seakan terkunci, tapi hatinya bergemuruh tak sudi menerima ”pengakuan dosa” itu.

Pantas saja dia selalu beralasan capek, malas, atau tak bergairah jika disentuh. Pantas saja, suatu malam, istrinya pura-pura tidur sembari mendekap handphone, padahal alat itu masih menampakkan sinyal –pertanda baru saja dipakai berhubungan dengan seseorang. Itu pula, antara lain, yang melahirkan kebohongan demi kebohongan.

Tanpa diduga, keterusterangan itu telah mencabik-cabik hati pria ini. Keterusterangan itu justru membuahkan sakit hati yang dalam. Atau, bahkan, lebih pahit dari itu. Hati pria ini seakan menuntut: ”Kalau saja aku tak menuruti nasihatmu, tentu masalahnya tak sepahit ini.”

Si penasehat yang dituding ”ikut menjebloskan dalam duka” meng-kick balik: ”Bukankah sudah saya sarankan agar mengajak istrimu ngomong di rumah, bukan di restoran?” Buat orang awam, restoran dan rumah sekadar tempat. Tidak lebih. Tapi, di mata si penasehat, tempat membawa ”takdir” tersendiri. Sesuai arahan Kanjeng Nabi Muhammad SAW untuk menyelesaikan sesuatunya tetap di rumah.

Dari Amir bin al-Ahwash al-Jusyami ra., bahwasanya ia mendengar Rasulullah SAW bersabda pada waktu haji wada’ setelah memuji dan menyanjung Allah, mengingatkan dan menasehati, “Ketahuilah, saling menasihatilah kalian kepada para wanita dalam kebaikan, karena sesungguhnya mereka adalah tawanan – tawanan (tanggungan) di sisi kalian, kalian sama sekali tidak memiliki apapun dari mereka selain itu, kecuali jika mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Maka jika mereka melakukan itu, pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka dengan pukulan yang tidak membahayakan. Lalu jika mereka taat kepada kalian, maka jangan kalian mencari – cari jalan untuk menyusahkan mereka. Ketahuilah bahwa kalian memiliki hak atas istri kalian, dan istri kalian memiliki hak atas kalian. Hak kalian atas mereka adalah agar mereka tidak menginjakkan siapapun yang kalian tidak suka ke tempat tidur kalian, dan tidak memberikan ijin masuk ke rumah kalian siapapun orang yang tidak kalian suka. Dan ketahuilah hak mereka atas kalian adalah kalian bersikap dan berlaku baik terhadap mereka di dalam memberikan sandang dan pangan.” (Rowahu Ibnu Majah dan at-Tirmidzi, ia berkata, hadits hasan shohih)

Dari Muawiyah bin Haidah, ia menuturkan, saya pernah berkata, ‘Ya Rasulullah apa hak istri terhadap suaminya?’ Beliau SAW menjawab, “Engkau memberinya makan ketika engkau makan, engkau memberinya pakaian ketika engkau berpakaian, jangan kamu memukul wajahnya, jangan pula menjelek – jelekannya, dan jangan kamu mendiamkannya (hajr) kecuali tetap di rumah.” (Rowahu Abu Dawud dan Ibnu Hibban).

Dan, itulah yang terjadi. Keterusterangan itu tak bisa dihapus. Ia telah mencatatkan sejarah tersendiri. Maka, jalan terbaik menyikapinya adalah, seperti dikatakan orang bijak, ”Jangan membiasakan diri melihat kebenaran dari satu sisi saja.”

Kayu telah menjadi arang. Kita tak boleh melarikan diri dari kenyataan, sekalipun pahit. Kepalsuan dan kebohongan tadi, bisa jadi, merupakan bagian dari perilaku kita jua. ”Kita selalu lupa bahwa kita bertanggung jawab penuh atas diri kita sendiri. Kita yang menciptakan masalah, kita pula yang harus menyelesaikannya,” kata orang bijak.

Pahit-getir, manis-asam, asin-hambar, itu sebuah risiko. Memang, kiat hidup itu tak lain adalah piawai dan bijak dalam memprioritaskan pilihan!

Oleh : Faizunal Abdillah

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

KOMENTAR TERKINI

  • Nanang Naswito on Hati Ibarat Gelas, Penuhi dengan Kefahaman Agama dan Tertib Sholat
  • Nanang Naswito on Ketua LDII: Jadikan Pancasila Gaya Hidup dan Ideologi Hidup Generasi Muda
  • Akram subair on Kemenag Kota Tual Apresiasi Kegiatan LDII, Minta Rutinitas Laporan
  • Arfan Fatwa, ST on LDII Temanggung Gelar Sekolah Kebangsaan Jilid II, Libatkan Pemuda Lintas Agama
  • Pac mekarrahayu on LDII Margaasih Serahkan Bantuan Dana untuk Perbaikan Jalan
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Kisah Yusrawati Guru Besar FK Unand yang Haus Ilmu

Kisah Yusrawati Guru Besar FK Unand yang Haus Ilmu

September 29, 2025
Istighfar dan Kalimat Thayyibah

Istighfar dan Kalimat Thayyibah

September 30, 2025
Hadiri Rakor FKUB Banyuwangi, LDII Komitmen Dukung Penguatan Kerukunan Umat Beragama

Hadiri Rakor FKUB Banyuwangi, LDII Komitmen Dukung Penguatan Kerukunan Umat Beragama

September 29, 2025
Sosialisasi Hasil Rakornas III, LDII Lampung Komitmen Sukseskan Cek Kesehatan Gratis

Sosialisasi Hasil Rakornas III, LDII Lampung Komitmen Sukseskan Cek Kesehatan Gratis

September 30, 2025
Istighfar dan Kalimat Thayyibah

Istighfar dan Kalimat Thayyibah

8
Santri Ponpes Gadingmangu Juarai Kategori Kelompok dalam Aksi WCD 2025

Santri Ponpes Gadingmangu Juarai Kategori Kelompok dalam Aksi WCD 2025

2
Ponpes Wali Barokah Helat Gowes Bersama Puluhan Komunitas Sepeda

Ponpes Wali Barokah Helat Gowes Bersama Puluhan Komunitas Sepeda

2
Keseimbangan

Keseimbangan

4
Silaturahim LDII dan MUI Sulsel, Perkuat Sinergi Dakwah dan Nasionalisme

Silaturahim LDII dan MUI Sulsel, Perkuat Sinergi Dakwah dan Nasionalisme

October 2, 2025
Perkuat Sinergi, LDII Siak Silaturahim dengan Ketua MUI Siak

Perkuat Sinergi, LDII Siak Silaturahim dengan Ketua MUI Siak

October 2, 2025
Permata CAI LDII Manokwari, Perkuat Karakter untuk Cetak Generasi Unggul

Permata CAI LDII Manokwari, Perkuat Karakter untuk Cetak Generasi Unggul

October 2, 2025
HMI Cabang Kediri Resmi Dilantik, Pemuda LDII Hadir dan Siap Bekerja Sama

HMI Cabang Kediri Resmi Dilantik, Pemuda LDII Hadir dan Siap Bekerja Sama

October 2, 2025

DPP LDII

Jl. Tentara Pelajar No. 28 Patal Senayan 12210 - Jakarta Selatan.
Telepon: 0811-8604544

SEKRETARIAT
sekretariat[at]ldii.or.id
KIRIM BERITA
berita[at]ldii.or.id

BERITA TERKINI

  • Silaturahim LDII dan MUI Sulsel, Perkuat Sinergi Dakwah dan Nasionalisme October 2, 2025
  • Perkuat Sinergi, LDII Siak Silaturahim dengan Ketua MUI Siak October 2, 2025
  • Permata CAI LDII Manokwari, Perkuat Karakter untuk Cetak Generasi Unggul October 2, 2025

NAVIGASI

  • Home
  • Contact
  • Jadwal Shalat
  • Hitung Zakat
  • Privacy Policy
  • NUANSA PERSADA

KATEGORI

Kirim Berita via Telegram

klik tautan berikut:
https://t.me/ldiibot

  • Home
  • Contact
  • Jadwal Shalat
  • Hitung Zakat
  • Privacy Policy
  • NUANSA PERSADA

© 2020 DPP LDII - Managed by KIM & IT Division.

No Result
View All Result
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
  • DESAIN GRAFIS
    • Kerja Bakti Nasional 2025 dan 17 Agustus 2025

© 2020 DPP LDII - Managed by KIM & IT Division.