Pondok Pesantren (Ponpes) Budi Utomo Gadingmangu tidak hanya mencetak mubaligh yang andal, tapi juga melahirkan atlet yang berprestasi.
Di kalangan warga LDII, Ponpes Gadingmangu merupakan salah satu tujuan belajar agama yang utama. Di situ, para santri bisa menimba ilmu agama juga bersekolah umum. Di antara ribuan santri, terdapat nama M. Usman Bin Affan, seorang santri yang juga pelajar SMA. Ia mengharumkan nama Ponpes Gadingmangu dengan meraih medali emas dalam Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Raja Brawijaya Open V di Malang. Kejuaraan tersebut dilaksanakan pada tanggal 11-14 Januari 2024 lalu.
Prestasi ini bukan didapat dengan mudah. Usman bercerita, perjuangannya dimulai sejak ia duduk di bangku sekolah dasar. Meski sempat gagal di tingkat SMP, semangatnya tak pernah padam. Saat menginjak SMA dan kembali mewakili sekolah, ia berhasil meraih medali emas. Momen itulah yang membuatnya semakin yakin untuk serius menekuni pencak silat.
“Saya tertarik pencak silat sejak SD, tapi mulai fokus dari SMP, walaupun masih belum kesampaian mendapatkan emas. Alhamdulillah, di SMA ini bisa membawa medali emas,” ujarnya penuh syukur.
Bagi Usman, pencak silat bukan sekadar hobi. Ia melihatnya sebagai cara untuk melestarikan budaya bangsa dan menjaga diri. Lebih dari itu, ia punya tekad mulia untuk mempopulerkan Persinas ASAD—perguruan pencak silat yang ia ikuti—agar dikenal lebih luas oleh masyarakat.
Lantas, bagaimana ia mengatur waktu? Menjadi seorang siswa, atlet dan santri tentu bukan hal mudah. Usman harus pandai-pandai membagi waktu antara latihan fisik, sekolah formal, dan pengajian yang padat. “Aktivitas sehari-hari biasanya latihan pukul 06.30 sampai 08.00. Lalu dari pukul 08.00 sampai 10.00. Selanjutnya ikut pengajian, siangnya ada kegiatan sekolah, dan malamnya pengajian lagi,” paparnya.
Meski jadwalnya padat, ia tetap menjaga keseimbangan. Kuncinya adalah niat dan keyakinan. Usman menekankan pentingnya niat tulus karena Allah, berlatih semaksimal mungkin, dan percaya bahwa pertolongan dari-Nya selalu ada.
Usman ingin mencapai dua cita-cita sekaligus yaitu menjadi siswa yang berprestasi melalui altet pencak silat dan sebagi santri bisa menjadi mubaligh. Ketekunan dan semangatnya mendapat dukungan penuh dari Ponpes Gadingmangu.
Ponpes berkomitmen untuk mencetak mubaligh yang berprestasi, tangguh, berakhlakul karimah, berkualitas dan mandiri. Selain itu, Ponpes Gadingmangu selalu berupaya mendukung semua potensi santri dalam berbagai bidang yang dingin ditekuninya.
Kisah Usman yang berasal dari Bandung ini membuktikan bahwa menjadi seorang atlet berprestasi tidak lantas melunturkan niat untuk menimba ilmu agama. Sebaliknya, keduanya dapat berjalan beriringan dan saling melengkapi. Usman menjadi teladan bagi generasi muda LDII untuk terus berprestasi, menjaga tradisi, dan menyeimbangkan kehidupan dunia serta akhirat.