Penasihat Jumat Pondok Pesantren (Ponpes) Wali Barokah Kediri, Ust. Andika Faza, mengajak para santri dan jamaah untuk membangun karakter alim dan faqih, sebagai bekal utama menjaga diri dan agama, terutama di tengah tantangan kehidupan dan pengaruh akhir zaman.
Dalam nasehatnya, Ust. Andika Faza menyampaikan bahwa mayoritas jamaah yang hadir merupakan santriwan dan santriwati yang sedang menimba ilmu agama. Oleh karena itu, generasi muda diarahkan agar memiliki 29 karakter luhur, dengan penekanan pada karakter Tri Sukses Generus, yaitu akhlakul karimah, alim-faqih, dan mandiri.
Menurutnya, alim dan fakih merupakan dua karakter yang tidak dapat dipisahkan. Alim adalah kemampuan menguasai ilmu agama, khususnya Al Quran dan Hadits, baik dari sisi bacaan, makna, penjelasan, hikmah, hingga penerapannya. Dengan ilmu tersebut, santri diharapkan mampu membedakan antara halal dan haram, dosa dan pahala, kewajiban dan larangan, sehingga memiliki pemahaman syariat yang utuh.
Sementara itu, fakih merupakan wujud nyata dari ilmu yang diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang telah memahami ilmu akidah dan mengetahui makna “la ilaha illallah” berarti sudah alim. Namun bentuk fakihnya terlihat ketika ia benar-benar hanya menyembah Allah, menjauhi perbuatan syirik, serta senantiasa bergantung kepada-Nya dalam setiap urusan.
Ia juga mencontohkan dalam bab ibadah. Santri yang telah mempelajari ilmu shalat belum bisa disebut fakih apabila belum melaksanakan shalat tepat pada waktunya. Demikian pula dalam bab akhlak dan adab, ilmu yang telah dipelajari akan sempurna ketika diwujudkan dalam sikap jujur, amanah, rukun, serta saling menghormati dalam kehidupan sehari-hari.
Lebih lanjut, Ust. Andika Faza menjelaskan bahwa orang yang memiliki karakter alim dan fakih memiliki banyak keutamaan. Di antaranya, Allah SWT akan meninggikan derajatnya, memudahkan jalannya menuju surga, serta menjaganya dari pengaruh kerusakan akhir zaman. Orang yang fakih tidak mudah terpengaruh oleh godaan hawa nafsu karena memahami batasan-batasan syariat dalam setiap perbuatannya.
“Orang yang faqih mengetahui amalan-amalan yang dapat menyelamatkan dari neraka dan mengantarkan ke surga, sehingga hidupnya lebih terarah,” ujarnya.
Dalam upaya mewujudkan karakter alim dan faqih, santri diingatkan agar bersungguh-sungguh dalam mengaji. Mengaji tidak cukup hanya sekadar mendengar atau membaca, tetapi harus diupayakan untuk benar-benar dipahami melalui pengulangan, pendalaman, pengamalan, dan penyampaian ilmu kepada orang lain. Seringkali, pemahaman justru semakin kuat setelah mengaji berkali-kali atau mendapatkan penjelasan dari guru yang berbeda.
Selain usaha lahiriah, ia juga mengingatkan pentingnya usaha batin dengan senantiasa berdoa kepada Allah SWT agar diberikan ilmu yang bermanfaat, kefahaman yang benar, serta dilindungi dari ilmu yang tidak membawa kebaikan. Sebab pada hakikatnya, Allah-lah yang memberikan ilmu dan kefahaman kepada hamba-Nya.
Melalui nasehat Jumat ini, Ust. Andika Faza berharap para santri dan jamaah mampu menjadi pribadi yang tidak hanya alim dalam ilmu, tetapi juga fakih dalam pengamalan, sehingga dapat menjaga diri dan agama, hidup mulia di dunia, serta selamat di akhirat.













