Jakarta (16/12). Rombongan SMK Budi Luhur Boarding School berkunjung ke DPP LDII. Mereka mendapatkan pembekalan keorganisasian dan etika bermedia sosial kepada siswa SMK Budi Luhur Boarding School.
Kunjungan sekitar 50 siswa SMK Budi Luhur Boarding School, pada Sabtu malam (13/12), di Kantor DPP LDII, Jakarta disambut Sekretaris DPP LDII, Hasim Nasution. Pada kesempatan itu ia mengatakan keorganisasian merupakan bagian penting dalam kehidupan bermasyarakat yang perlu dipahami sejak dini oleh generasi muda.
Menurutnya, berbagai aktivitas sosial dan keagamaan di Indonesia harus berada dalam wadah organisasi agar berjalan tertib dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, “Pentingnya keorganisasian harus disosialisasikan hingga ke tingkat DPW, DPD, dan PC/PAC. Seluruh kegiatan kemasyarakatan perlu diwadahi sesuai aturan dan undang-undang agar pelaksanaannya tertib dan memberikan ketenangan bagi warga,” ujar Hasim.
Ia menambahkan, pemahaman organisasi yang baik akan membantu pengurus dan warga menjalankan berbagai aktivitas, termasuk ibadah, dengan tenang karena berada dalam payung hukum yang jelas.
Sementara itu, Koordinator Divisi Media Sosial LDII News Network, Faza Ruziqyani, menyampaikan pentingnya etika dalam bermedia sosial di tengah tingginya aktivitas masyarakat di ruang digital. Berdasarkan data Januari 2025, jumlah pengguna media sosial di Indonesia mencapai sekitar 143 juta orang atau 50,2 persen dari total populasi, dengan rata-rata penggunaan 7,5 jam per hari.

“Media sosial dapat menjadi sarana berbagi kebaikan, termasuk dakwah, selama dilakukan dengan etika, melakukan verifikasi sebelum mengunggah konten, serta menerapkan saring sebelum berbagi,” tutur Faza. Ia menegaskan bahwa keterlibatan audiens sebaiknya diposisikan sebagai nilai tambah, bukan tujuan utama, agar konten yang disampaikan tetap berorientasi pada manfaat.
Kepala SMK Budi Luhur Boarding School, Widiyanto, menyampaikan bahwa kegiatan pembekalan jurnalistik dan etika bermedia sosial menjadi bagian penting dalam membentuk cara berpikir dan bersikap generasi muda. Menurutnya, jurnalistik tidak sekadar aktivitas mengunggah konten, tetapi memiliki nilai edukatif dan pembentukan karakter.
“Jurnalistik ini tidak hanya sekadar posting-posting saja. Ada banyak hal lain yang membentuk cara generasi muda, khususnya Gen Z, dalam bermedia sosial,” ujarnya.
Ia menjelaskan, melalui jurnalistik, siswa diajak memahami bahwa konten dapat dikemas secara kreatif, menarik, dan tetap bernilai positif. Selain itu, Widiyanto berharap kegiatan tersebut dapat menumbuhkan kesadaran siswa untuk menggunakan media sosial secara bijak.
“Media sosial ini ibarat dua mata pisau. Jika digunakan dengan bijak akan berdampak baik, namun jika tidak, bisa menjadi bumerang. Dengan jurnalistik, sesuatu yang kecil bisa menjadi besar hanya dengan jari kita,” pungkasnya.












