Jakarta (25/10). Pencegahan stunting, pencegahan anemia remaja putri, dan pemenuhan gizi keluarga menjadi materi penting dalam acara Festival Keluarga 2025, pada Sabtu (25/10/2025). Acara yang diselenggarakan DPP LDII di Grand Ballroom Grand Ballroom Pondok Pesantren (Ponpes) Minhaajurrosyidiin ini, menghadirkan Ketua Tim Kerja Gizi dari Direktorat Pelayanan Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Yuni Zahraini.
Yuni membeberkan, bahwa target percepatan penurunan stunting di Indonesia sudah di bawah 20 persen (19,8 persen) pada 2024. Namun, Indonesia masih membutuhkan upaya serius untuk dapat mencapai target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) sebesar 14,2 persen pada tahun 2029 dan target jangka panjang 5 persen pada tahun 2045.
“Persentase stunting menurun dari tahun ke tahun. Tapi ini bukan menjadi angka yang menjadikan kita berpuas diri, karena selain stunting kita masih punya masalah gizi lainnya. Ada wasting (gizi buruk), underweight (berat badan kurang), dan overweight (berat badan berlebih),” ujarnya.
Misalnya dari masalah underweight, ketua tim gizi Kemenkes itu mengatakan, masalah tersebut dapat menjadi cikal bakal penyebab stunting. Pihaknya mencatat, jumlah balita stunting di Indonesia pada tahun 2024 mencapai 4.482.340. Sekitar 50 persennya, atau sekitar 2.241.789 balita stunting tersebar di 6 provinsi berpenduduk terbanyak di Indonesia. Antara lain di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Banten.
Banyak faktor yang berperan penyebab stunting. Di antaranya usia dan kondisi ibu saat hamil, asupan gizi yang tidak seimbang, kurangnya edukasi dan akses, hingga lingkungan yang kurang sehat. Edukasi gizi dalam rangka pencegahan stunting juga penting diajarkan kepada remaja wanita, sebagai calon ibu.
“Banyak bayi-bayi kita yang lahirnya sudah bagus tapi kemudian dalam perjalanannya di kehidupan pertamanya jatuh stunting karena asupan makan yang tidak cukup dan lingkungannya tidak mendukung,” ujarnya.
Yuni mengatakan, untuk mencegah stunting, masyarakat perlu diingatkan pentingnya menerapkan pola makan gizi seimbang dalam keluarga, yakni dengan memilih makanan rumah tangga yang sehat dan bergizi, protein yang seimbang, dan juga dengan mengonsumsi buah dan sayur secara rutin. Ia juga menekankan masyarakat agar mengurangi konsumsi gula, garam dan lemak berlebih, serta melakukan aktivitas fisik setiap hari.
Selain itu, masyarakat penting menjaga kebersihan lingkungan dan sanitasi, dan memastikan anak mendapat imunisasi lengkap. Stunting juga dapat dicegah dengan mengajak remaja putri rutin minum tablet tambah darah, serta ingatkan ibu hamil untuk rutin periksa kehamilan.
“Pencegahan stunting dimulai dari diri sendiri dan keluarga. Dengan menjaga gizi remaja putri, ibu hamil, dan balita, kita dapat mencegah lahirnya generasi stunting baru. Mari bersama mendukung percepatan penurunan stunting di Indonesia,” pungkasnya.

