Lembaga Dakwah Islam Indonesia
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
  • DESAIN GRAFIS
    • Kerja Bakti Nasional 2025 dan 17 Agustus 2025
No Result
View All Result
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
  • DESAIN GRAFIS
    • Kerja Bakti Nasional 2025 dan 17 Agustus 2025
No Result
View All Result
Lembaga Dakwah Islam Indonesia
No Result
View All Result
Home Dari Kami Nasehat

Seni Mendengarkan

2025/09/06
in Nasehat
2
Ilustrasi: Pinterest.

Ilustrasi: Pinterest.

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

Oleh Faidzunal A. Abdillah, Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan

Di suatu masa, seorang putra mahkota menempuh perjalanan panjang menuju seorang bijak yang tinggal jauh di pegunungan. Dengan penuh semangat dan cita, ia berkata, “Aku ingin belajar darimu bagaimana menjadi pemimpin bangsaku.” Sang bijak hanya menjawab ringan, “Masuklah ke dalam hutan, tinggallah di sana selama setahun. Di sanalah engkau akan belajar tentang kepemimpinan.”

Tanpa ragu, sang pangeran mematuhi. Ia menetap di hutan, menyatu dengan alam, dan mendengarkan apa saja yang bisa ia tangkap. Setelah setahun, ia kembali. “Apa yang telah kau pelajari?” tanya sang bijak. “Aku telah belajar mendengarkan,” jawabnya. “Aku mendengar burung berkicau, angin berhembus, air mengalir, serigala melolong di malam hari.” Sang bijak menggeleng. “Kalau hanya itu yang kau dengar, engkau belum paham tentang kepemimpinan. Kembalilah ke hutan, tinggallah setahun lagi.”

Meski bingung, sang putra mahkota taat. Ia kembali menjalani hari-harinya dalam kesunyian hutan. Tahun kedua pun berlalu. Ia kembali kepada sang bijak dan berkata, “Kini aku mendengarkan suara matahari yang memanaskan bumi, bunga-bunga yang mekar, dan rumput yang menyerap air.” Sang bijak tersenyum. “Kini engkau telah belajar mendengarkan. Kini engkau siap memimpin.”

Kepemimpinan sejati bukan dimulai dari kata-kata, tetapi dari kesanggupan mendengarkan. Bukan hanya mendengar dengan telinga, tetapi mendengarkan dengan mata dan hati. Telinga menangkap suara, mata menangkap fakta dan realita melalui bahasa tubuh, tetapi hanya hati yang mampu menangkap makna yang sebenarnya.

وَإِذَا قُرِئَ ٱلْقُرْءَانُ فَٱسْتَمِعُوا۟ لَهُۥ وَأَنصِتُوا۟ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” (QS Al-A’raf: 204)

Di siang yang terik, Khalifah Umar bin Khattab berjalan mengelilingi Madinah bersama sahabatnya, al-Jarud al-Abdi. Mereka bertemu dengan seorang perempuan tua. Perempuan itu berkata, “ Wahai Umar, aku mengenalmu sejak engkau masih Umair kecil, menggembala kambing di pasar Ukazh. Kini engkau menjadi Amirul Mukminin. Bertakwalah kepada Allah dalam mengurusi rakyatmu. Barang siapa takut kepada Allah, yang jauh akan terasa dekat. Barang siapa takut mati, dia akan hati-hati menjalani hidupnya.”

Umar mendengarkan dengan kepala tertunduk. Ia tidak menyela, tidak membantah, tidak merasa terganggu. Justru al-Jarud berkata, “Wahai perempuan, engkau telah berkata terlalu banyak kepada Amirul Mukminin!”

Umar menoleh dan menegur sahabatnya, “ Tahukah kamu siapa dia? Dia adalah Khaulah, perempuan yang perkataannya didengarkan oleh Allah dari langit ke tujuh.” (lihat QS al-Mujadilah: 1 – Tasfir Ibnu Katsir)

Ia menambahkan, “Demi Allah, jika ia tidak selesai menasihatiku hingga malam hari, aku akan tetap berdiri mendengarkannya. Kecuali waktu salat tiba, maka aku akan salat dan kembali untuk mendengarkannya.”

Beginilah jiwa seorang pemimpin. Hatinya tidak sempit. Nyegoro. Ia tidak menutup diri dari suara yang kecil, yang renta, atau yang sederhana. Umar bin Khattab tahu: Allah pun mau mendengarkan hamba-Nya. Maka Umar lebih berhak untuk mendengar rakyatnya.

Banyak dari kita tidak benar-benar mendengarkan. Kita lebih sibuk bicara, menimpali, menjelaskan, membela, mematahkan. Bahkan ketika mendengar ayat-ayat Allah atau sabda Rasulullah ﷺ, kita masih sibuk mencari celah untuk membela ego. Kita mendengarkan hanya untuk membalas, bukan untuk memahami.

أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا ۖ فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَـٰكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ

“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.” (QS. Al-Ḥajj: 46)

عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ رضي اللهُ عنهُ قَالَ:«أَنْصِفْ أُذُنَيْكَ مِنْ فِيكَ، وَإِنَّمَا جُعِلَ لَكَ أُذْنَانِ وَفَمٌ وَاحِدٌ، لِتَسْمَعَ أَكْثَرَ مِمَّا تَقُولَ.»

Padahal Abu ad-Darda’ berkata: “Perlakukanlah kedua telingamu dengan adil dibandingkan dengan mulutmu. Ketahuilah, engkau diberi dua telinga dan satu mulut agar engkau lebih banyak mendengar daripada berbicara.” (Al-Bahr Ar-Ra’iq)

Namun, mendengarkan bukan hanya soal telinga. Ia punya tiga tingkat: Pertama, mendengarkan dengan telinga. Inilah tahap paling dasar. Kita menangkap suara, bahasa, dan getaran luar. Tetapi ini belum cukup untuk memahami. Kedua, mendengar dengan mata. Bahasa tubuh, mimik wajah, gerak-gerik seseorang sering menyampaikan lebih banyak dari kata-kata. Pemimpin yang bijak menangkap tanda-tanda ini dengan jeli. Ketiga, mendengar dengan hati. Inilah tingkat tertinggi. Mendengar bahkan sebelum seseorang berbicara. Peka terhadap isyarat yang halus. Rangkaian bahasa tubuh. Korelasi gerak gerik dan tingkah laku. Menangkap kebutuhan sebelum diminta. Ini bukan sekadar empati, tetapi juga kehadiran penuh dari jiwa. Penyair Kahlil Gibran berkata: “Adalah baik memberi ketika diminta, tetapi jauh lebih baik memberi sebelum diminta.” Inilah bahasa kalbu, komunikasi batin. Komunikasi dari hati ke hati.

Kita sering gagal menangkap hikmah karena hati kita sudah tertutup. Nasehat berlalu begitu saja, mental di permukaan jiwa. Kita sudah apriori kepada yang belum kita kenal. Kita sudah bosan kepada yang sering kita dengar. Kepada anak kecil kita berkata, “Tahu apa kamu?” Kepada orang tua kita bilang, “Sudah biasa.” Padahal Allah sudah memperingatkan:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَـٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًۭا

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS Al-Israa: 36)

Kita harus kembali membuka diri. Belajar menyimak alam. Menyimak manusia. Menyimak kehidupan. Seperti dalam kisah putra mahkota tadi, mendengar bukan hanya dari suara. Ia juga datang dari getaran bunga, dari diamnya rerumputan, dari keheningan malam. Semua itu mengajarkan kepekaan yang tak bisa dipelajari dari buku.

Mendengarkan adalah pelajaran spiritual. Ia menuntut kerendahan hati. Hanya hati yang lapang yang bisa menampung suara dari luar. Hanya jiwa yang bersih yang mampu meresapi hikmah dari dunia. Jika kita ingin jadi pemimpin—baik untuk diri sendiri, keluarga, atau masyarakat—belajarlah mendengarkan. Dengarkan orang lain. Dengarkan istri atau suami kita. Dengarkan anak-anak kita. Dengarkan orang tua kita. Dengarkan bisikan hati yang pelan—yang sering tertindas oleh teriakan ego kita sendiri.

Lebih dari itu, dengarkan suara Ilahi—yang turun melalui wahyu, yang hadir dalam bisikan nurani, yang membisiki jiwa dalam keheningan malam. Sebagaimana Rasulullah ﷺ bersabda, diriwayatkan dari Anas bin Malik:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:”مَنْ أَحْيَا سُنَّتِي فَقَدْ أَحَبَّنِي، وَمَنْ أَحَبَّنِي كَانَ مَعِي فِي الْجَنَّةِ.”

“Barangsiapa menghidupkan sunnahku, maka sungguh ia mencintaiku. Dan barangsiapa mencintaiku, maka ia akan bersamaku di surga.” (HR. At-Tirmidzi)

Menghidupkan sunnah artinya menyerap nilai-nilai hidup Nabi ﷺ. Dan salah satu yang agung dari beliau adalah kemampuan mendengarkan setiap orang dengan sepenuh hati. Mari kita hidupkan sunnah itu. Mari kita hidupkan mata hati kita. Kurangi kata-kata, perbanyak pendengaran. Bicaralah dengan mata. Sentuhlah dengan hati. Dengarkanlah dengan jiwa. Agar kita mampu menangkap suara-suara yang tak terdengar. Agar kita layak menjadi pemimpin—bagi jiwa kita sendiri, dan bagi sesama.

Tags: HatiMataMendengarkannasehatTelinga

Comments 2

  1. Fauzi achmadi says:
    4 months ago

    Ajkh mas kus…semoga Allah paring bisa ya mas…

    Reply
  2. Rofiq says:
    3 months ago

    Alhamdulillah pengingat yang baik bagi pembaca yang. Lancar barokah buat semua tim

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

KOMENTAR TERKINI

  • Sudarmanto on Wagub Sultra Apresiasi LDII pada Muswil VII: Mitra Strategis Pembangunan Daerah
  • Katy Yuniaty Rasmadi on DPD LDII Tabanan Bertekad Perkokoh Toleransi dan Harmoni Keagamaan
  • Katy Yuniaty Rasmadi on Ini Dia Inovasi Ketua LDII Tanah Laut: Bikin Pakan Ternak dari Jerami Padi
  • Henni LiestiaYusron on Mengingat Mati
  • Anang on Ini Dia Inovasi Ketua LDII Tanah Laut: Bikin Pakan Ternak dari Jerami Padi
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Ini Dia Inovasi Ketua LDII Tanah Laut: Bikin Pakan Ternak dari Jerami Padi

Ini Dia Inovasi Ketua LDII Tanah Laut: Bikin Pakan Ternak dari Jerami Padi

December 21, 2025
Menghindari Dosa Jelang Pergantian Tahun

Menghindari Dosa Jelang Pergantian Tahun

December 22, 2025
NU Serang Hadiri Pengajian LDII untuk Perkuat Sinergi

NU Serang Hadiri Pengajian LDII untuk Perkuat Sinergi

December 16, 2025
Ponpes Wali Barokah Jadi Tuan Rumah Musda VII LDII Kota Kediri

Ponpes Wali Barokah Jadi Tuan Rumah Musda VII LDII Kota Kediri

December 21, 2025
Ini Dia Inovasi Ketua LDII Tanah Laut: Bikin Pakan Ternak dari Jerami Padi

Ini Dia Inovasi Ketua LDII Tanah Laut: Bikin Pakan Ternak dari Jerami Padi

5
LDII Dukung Kebijakan Pemerintah Legalisasi Aset Umat ke Hak Milik Yayasan Keagamaan

LDII Dukung Kebijakan Pemerintah Legalisasi Aset Umat ke Hak Milik Yayasan Keagamaan

2
Mendengar Desah yang Tak Terdengar

Mendengar Desah yang Tak Terdengar

2
DPD LDII Tabanan Bertekad Perkokoh Toleransi dan Harmoni Keagamaan

DPD LDII Tabanan Bertekad Perkokoh Toleransi dan Harmoni Keagamaan

2
LDII Banten Hadiri Kegiatan Serap Aspirasi Tokoh Agama yang Diadakan Kemenag

LDII Banten Hadiri Kegiatan Serap Aspirasi Tokoh Agama yang Diadakan Kemenag

December 24, 2025
LDII Makassar Gandeng Kecamatan Tamalate Wujudkan Cek Kesehatan Gratis

LDII Makassar Gandeng Kecamatan Tamalate Wujudkan Cek Kesehatan Gratis

December 24, 2025
Festival Anak Saleh 2025 Jadi Ajang Pembinaan Generasi Unggul LDII Banten

Festival Anak Saleh 2025 Jadi Ajang Pembinaan Generasi Unggul LDII Banten

December 24, 2025
Peringatan Hari Ibu, Santriwati Ponpes Millenium Alfiena Hadiri Upacara di Kecamatan Lengkong

Peringatan Hari Ibu, Santriwati Ponpes Millenium Alfiena Hadiri Upacara di Kecamatan Lengkong

December 24, 2025

DPP LDII

Jl. Tentara Pelajar No. 28 Patal Senayan 12210 - Jakarta Selatan.
Telepon: 0811-8604544

SEKRETARIAT
sekretariat[at]ldii.or.id
KIRIM BERITA
berita[at]ldii.or.id

BERITA TERKINI

  • LDII Banten Hadiri Kegiatan Serap Aspirasi Tokoh Agama yang Diadakan Kemenag December 24, 2025
  • LDII Makassar Gandeng Kecamatan Tamalate Wujudkan Cek Kesehatan Gratis December 24, 2025
  • Festival Anak Saleh 2025 Jadi Ajang Pembinaan Generasi Unggul LDII Banten December 24, 2025

NAVIGASI

  • Home
  • Contact
  • Jadwal Shalat
  • Hitung Zakat
  • Privacy Policy
  • NUANSA PERSADA

KATEGORI

Kirim Berita via Telegram

klik tautan berikut:
https://t.me/ldiibot

  • Home
  • Contact
  • Jadwal Shalat
  • Hitung Zakat
  • Privacy Policy
  • NUANSA PERSADA

© 2020 DPP LDII - Managed by KIM & IT Division.

No Result
View All Result
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
  • DESAIN GRAFIS
    • Kerja Bakti Nasional 2025 dan 17 Agustus 2025

© 2020 DPP LDII - Managed by KIM & IT Division.