Oleh: Faidzunal A. Abdillah, Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan.
Di tengah riuh dunia yang menuntut segala sesuatu serba cepat, kesabaran bagai oase di padang gurun. Padalah ia adalah seni menari di tengah hujan, merangkai langkah tanpa terburu-buru, dan memahami bahwa waktu bukanlah musuh, melainkan sahabat yang setia. Kesabaran adalah akar pohon tua yang diam-diam menembus lapisan tanah berbatu, mencari sumber air meski tak dilihat mata. Ia adalah nelayan yang duduk tenang di tepi pantai, tahu bahwa ombak tak selalu membawa ikan, tetapi keyakinannya tak pernah surut. Dalam kesunyian, kesabaran mengajarkan kita untuk mendengar: desir angin yang membisikkan harapan, detak jantung yang mengingatkan pada kekuatan bertahan.
Sejarah manusia diwarnai oleh kisah-kisah kesabaran yang heroik. Lukisan Mona Lisa tak lahir dalam semalam; Leonardo da Vinci menghabiskan 16 tahun menyempurnakan senyumnya yang mempesona lagi misterius. Biji kopi memerlukan bertahun-tahun untuk tumbuh, dipanen, disangrai, dan akhirnya menyuguhkan kenikmatan dalam secangkir kopi. Bahkan bulan purnama pun tak terburu-buru—ia menunggu saat tepat untuk bersinar penuh. Kesabaran bukanlah pasifitas. Ia adalah keberanian untuk tetap bergerak meski hasil tak kunjung nampak. Seperti burung rangkong yang membangun sarangnya di dahan tinggi, ia tahu badai akan datang, tapi tak lari. Ia memperkuat setiap anyaman, merapikan setiap ranting, karena yakin bahwa ketekunan adalah pondasi ketangguhan.
Di era yang memuja instant, kesabaran adalah pemberontakan. Ia mengajarkan bahwa hal-hal terbaik dalam hidup—cinta, kepercayaan, pertumbuhan—tak bisa dipaksa. Seorang anak belajar berjalan dengan jatuh bangun; kupu-kupu harus berjuang keluar dari kepompong agar sayapnya kuat terbang. Proses adalah guru yang paling bijak. Namun, kesabaran juga adalah tentang kelembutan pada diri sendiri. Saat hati gelisah karena impian yang tertunda, ia berbisik; pelan-pelan, kau sedang dalam perjalanan. Ia mengingatkan bahwa langit tak hujan selamanya, dan musim semi selalu datang setelah salju.
Pada akhirnya, kesabaran adalah hadiah bagi jiwa yang berani percaya: bahwa setiap tetes keringat, setiap detik penantian, akan berubah menjadi bunga yang mekar di saat yang tepat. Seperti kata pepatah Tiongkok, ”Bunga terindah tumbuh dari tanah yang paling sabar.” Dan tidak salah, wasiat tua dari Rasulullah berikut patut menjadi acuan.
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، أَنَّ نَاسًا، مِنَ الأَنْصَارِ سَأَلُوا رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَأَعْطَاهُمْ ثُمَّ سَأَلُوهُ فَأَعْطَاهُمْ حَتَّى إِذَا نَفِدَ مَا عِنْدَهُ قَالَ “ مَا يَكُنْ عِنْدِي مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ أَدَّخِرَهُ عَنْكُمْ وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللَّهُ وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ وَمَنْ يَصْبِرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ مِنْ عَطَاءٍ خَيْرٌ وَأَوْسَعُ مِنَ الصَّبْرِ
Dari Abi Sa’id Al-Khudriyyi, sesungguhnya segolongan manusia dari kaum Anshor meminta kepada Rasulullah SAW, maka Rasululllah pun memberi kepada mereka. Kemudian mereka kembali meminta kepada Rasulullah, maka Rasulullah pun memberikannya (untuk yang kedua kali). Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Apa – apa kebaikan yang ada di sisiku, maka tidak akan aku sembunyikan dari kalian. Dan barangsiapa yang merasa kaya, maka Allah akan memberikan kaya kepadanya. Dan barangsiapa yang minta penjagaan, maka Allah akan memberi penjagaan padanya. Dan barangsiapa yang minta kesabaran, maka Allah akan memberikan kesabaran padanya. Dan tidaklah seseorang diberi sesuatu yang lebih baik dan lebih luas (lapang/serba guna) dibandingkan diberi kesabaran.” (HR Muslim).
Dalil ini, layak dicermati, didalami dan diulang-ulang lagi bagi mereka yang terus berpetualang mencari, belajar dan mengingat tentang kesabaran. Pada umumnya kita, gambarannya seperti orang – orang Anshor kala itu. Masih tersemat rasa dan keinginan, mental suka meminta sesuatu. Dan sebagai guru yang agung Rasulullah SAW megembangkan narasi yang indah, diiringi sikap kedermawannya. Tidak pernah ada permintaan yang ditolak. Rasulullah tidak pernah menyembunyikan apa yang dia miliki. Selagi punya, selagi ada, tak ada yang tertunda. Namun ini mengundang bahaya. Oleh karena itu, pada sesi selanjutnya Rasulullah SAW memberikan perkeling, sebab pada dasarnya sikap meminta – minta, apalagi yang keterusan, akan berakibat buruk. Terutama dari sisi spiritual. Meminta – minta menghasilkan mental yang loyo. Mentalitas jalan pintas. Mau cepet dan enaknya saja. Oleh karena itu, Rasulullah mulai menyelipkan pituah hilangkanlah meminta – minta dengan memulai menumbuhkan sikap merasa kaya, niscaya Allah akan memberikan kaya. Namun, dengan kaya saja belum menjamin akan hilangnya sikap meminta – minta. Bahkan bisa semakin grangsang (rakus), minta terus dan terus. Maka selanjutnya Rasulullah mengingatkan untuk memiliki sifat terjaga. Bagi yang sudah kaya agar terjaga dirinya dari sifat pelit. Terjaga dari sifat rakus dan akhirnya bisa berpuas diri, menikmati dan membelanjakan harta sesuai dengan aturannya. Bagi yang belum kaya, bisa terjaga dari meminta – minta, prawiro, sebab hatinya sudah kaya. Nah, yang lebih penting lagi adalah meminta kesabaran, untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Kesabaran diperlukan untuk mendampingi tumbuhnya sikap terjaga. Kesabaran diperlukan untuk mengiringi hakikat kepemilikan.
Jika orang tersebut diberi kekayaan, dengan kesabarannya orang itu akan tetap beribadah. Orang itu akan tetap ingat, bagaimana membelanjakan harta dan bagaimana tidak diperbudak oleh harta. Akan tetapi, tetap menjadi tuannya, untuk mengatur harta sebagaimana hukumnya. Tidak lupa infaq, dermawan dan tidak pelit serta tahu diri dan tahu waktu. Kesabaran menuntun orang tersebut mengendalikan harta benda. Kesabaran akan mengarahkan orang tersebut semeleh – down to earth, mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan Allah kepadanya. Jika orang tersebut tidak dikodar kaya, kesabaran akan mengiringi sifat ta’afufnya. Kesabaran mendampingi sifat keterjagaan sehingga menumbuhkan hati yang benar – benar kaya – nyegoro, kaya diri dan kaya hati. Tidak meminta – minta dan banyak tawakal dan ridho dengan hukum Allah. Kesabaran juga menuntunnya untuk tetap bersyukur kepada Allah sepanjang masa. Dengan fungsi kesabaran seperti itulah, maka Rasulullah mengunci pituahnya bahwa tak ada yang lebih baik dan lebih luas, serba – guna kegunaannya dibandingkan dengan kesabaran. Lebih baik, karena kesabaran akan membentuk pribadi – pribadi pilihan baik miskin maupun kaya. Lebih luas karena kesabaran diperlukan di setiap lini untuk mengawal kehidupan ini menjadi yang diingini.
Menilik pada atsar di atas, kesabaran pegang peranan yang krusial dalam kehidupan ini. Kesabaran adalah fundamental hidup. Kesabaran tidak hanya harus dimiliki orang yang sedang susah. Kesabaran juga tidak hanya harus dimiliki orang yang miskin. Kesabaran pun harus dimiliki oleh mereka yang sedang kaya dan lagi mendapat kesenangan. Kesabaran harus ada di mana – mana untuk menopang semua sisi – sisi kehidupan untuk melaju sesuai kaidah dan sunnatullah. Dan bagi kita yang telah meraihnya, pasti akan melihat dan merasakan betapa indahnya hidup di dunia. Bagi yang telah meraihnya, tentu akan merasakan betapa membahagiakannya kehidupan di alam semesta ini. Sebab kesabaran adalah kuncinya, sesuai firman Allah dalam Kitabnya,
قُلْ يٰعِبَادِ الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوْا رَبَّكُمْۗ لِلَّذِيْنَ اَحْسَنُوْا فِيْ هٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌۗ وَاَرْضُ اللّٰهِ وَاسِعَةٌۗ اِنَّمَا يُوَفَّى الصّٰبِرُوْنَ اَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu.” Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan memperoleh kebaikan. Bumi Allah itu luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa perhitungan.” (QS. Az-Zumar 10).
Diawali dengan hadits dan diakhiri dengan Kalamullah terkait kesabaran, semoga menjadi teman sejati kita. Dimana saja. Sampai tutup usia. Amin.
AJKH Mas Kus. Pernah mendengar hadits lain terkait kesabaran juga yang menuturkan bahwa pada hari akhir nanti orang – orang yang semasa di dunianya dapat menerapkan kesabaran di setiap kehidupan akan dijadikan pimpinanmya makhluk….kurang lebihnya seperti itu. Mohon koreksi jika salah.
Mungkin ini yg dimaksudkan:
عَنْ سَهْلِ بْنِ مُعَاذٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللَّهُ مِنْ الْحُورِ الْعِينِ مَا شَاءَ
dari Sahl bin Mu’adz dari Bapaknya bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa menahan kemarahan padahal ia mampu untuk meluapkannya, maka pada hari kiamat Allah akan memanggilnya di antara manusia, hingga Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari sesuka hatinya.” (HR Abu Daud)
Ajk. Kesabaran dalam berbuat yg benar. Pekerjaan belum selesai tapi sudah diterima atau ditolak. Kita tetap selesaikan karena yg menerima itu Allah yang tidak pernah menolak kerjaan yg mastatona. Aamiin
Ajkh… Prof melengkapi perspektif yang ada.
S A B A R
Ilmu tingkat tinggi
Belajarnya setiap hari
Latihannya setiap saat
Ujiannya sering mendadak
Sekolahnya seumur hidup
Semoga kita selalu dijadikan hamba yg bisa bersabar..
Semoga barokah