Lembaga Dakwah Islam Indonesia
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
No Result
View All Result
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
No Result
View All Result
Lembaga Dakwah Islam Indonesia
No Result
View All Result
Home Dari Kami Nasehat

Rumah Penyesalan

2025/05/19
in Nasehat
4
Ilustrasi: Unsplash.

Ilustrasi: Unsplash.

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

Oleh: Faidzunal A. Abdillah, Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan

(Karena akhir cerita selalu lebih penting dari awalnya)

Dimulai dari sebuah perjalanan panjang, tatkala kami mendengar lantunan lagu religi dari GIGI di salah satu stasiun radio. Mungkin pertama kali mendengar, mungkin sudah pernah, tetapi memori ini lupa. Namun, entah mengapa begitu menyentuh suasana. Enak didengar, lembut dihayati dan merasuk ke dalam. Sebagai teman perjalanan. Judulnya; Akhirnya. Atau mungkin juga karena terbawa arus lebaran, sehingga lahir tulisan ini. Subhanallah.

Semakin jauh seseorang melangkah menyelami kehidupan, semakin tampak bahwa hidup ini sesungguhnya penuh warna yang indah. Ada keasrian dalam keragaman, harmoni dalam perbedaan, dan manfaat yang saling melengkapi di berbagai sisi. Namun seringkali, dua mata ini justru memandang dengan cara yang berbeda—bukan karena kenyataan yang berubah, tapi karena asumsi dan logika yang mengaburkan pandangan. Kita pun sadar, tidak semua orang mampu melepaskan diri dari belenggu asumsi dan logika semata. Maka dari itu, belajar menjadi kebutuhan mendasar: bukan hanya untuk tahu lebih banyak, tetapi untuk meresapi lebih dalam.

Belajar yang sejati tidak hanya bersumber dari luar, tapi juga dari dalam—dengan menggali ke kedalaman diri dan mengaca ke luar agar hidup lebih jernih dipahami. Sebab kehidupan ini bukan sekadar tentang apa yang terlihat, tetapi juga tentang apa yang ditanamkan dan akan tumbuh di akhir. Seperti sabda Rasulullah ﷺ dalam sebuah hadits yang masyhur, bahwa seseorang bisa saja menghabiskan hidupnya dengan amal-amal ahli surga, namun di akhir justru masuk neraka, atau sebaliknya. Maka dari itu, perjalanan hidup tak hanya soal awal dan tengahnya, tapi yang terpenting adalah bagaimana akhirnya.

Dari Sahl bin Sa’ad –radhiallahu anhu-, bahwa Nabi –shollallahu alaihi wa sallam- bersabda :

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ النَّارِ، وَإِنَّهُ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ، وَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ الْجَنَّةِ، وَإِنَّهُ مِنْ أَهْلِ النَّارِ، وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ ‏‏.

“Sesungguhnya seorang hamba dulunya beramal dengan amal penghuni neraka, dan sesungguhnya ia adalah penghuni surga, dan ia dulu mengerjakan amalan penghuni surga, padahal ia adalah penghuni neraka, sesungguhnya amal-amal itu (tergantung) pada akhirnya.” (HR al-Bukhari)

Bagi sebagian hati, menerima kebenaran itu seperti menyesap air yang jernih—mudah mengalir, mudah mengendap. Mereka diberi taufik untuk memahami, karena Allah membuka jalan bagi cahaya masuk ke dalam dada. Dan kadang, pemahaman itu datang lewat permisalan yang sederhana, namun mengandung lautan hikmah. Gejala ini seperti gambaran tentang makanan. Ada yang berkata: bila seseorang menyantap hidangan dengan rasa yang lezat di awal, namun di akhir disambut oleh pahit yang menyentak, maka kesan yang tertinggal adalah getir. Hancurlah semua kenikmatan sebelumnya hanya karena suapan terakhir. Sebaliknya, jika awalnya terasa getir, hambar, atau tak menyenangkan, tapi ditutup dengan manis yang lembut dan nikmat, maka seluruh hidangan pun terasa berakhir indah. Yang dikenang hanyalah penutupnya.

Demikian pula hidup ini. Bukan seberapa baik seseorang memulai, tetapi bagaimana ia mengakhirinya. Bukan seberapa gemilang langkah awal, tetapi bagaimana ia berpulang. Rasulullah ﷺ telah bersabda bahwa amalan tergantung pada penutupnya— “Innamal a’malu bil khawatim.” Betapa banyak orang yang tampak baik, namun tergelincir di akhir hayatnya. Dan betapa banyak yang tampak hina, namun Allah tuntun menuju husnul khatimah. Maka jangan pernah tertipu oleh awal yang indah, dan jangan berputus asa dari awal yang buruk. Yang terpenting adalah bagaimana kita pulang. Karena Allah menilai bukan dari awal cerita, tapi dari akhir yang kita tulis dengan iman, taubat, dan keikhlasan.

Ada kalanya seseorang menyampaikan pesan, bukan dengan dalil panjang atau ayat-ayat yang gamblang. Tapi lewat kisah. Kisah yang tak hanya menjembatani akal, tapi mengetuk sisi terdalam dari sanubari, hingga muncullah seberkas cahaya di hati yang tadinya samar. Salah satunya adalah kisah menyentuh berikut. Sebut saja namanya Pak Kusrin. Seorang mandor senior, telaten dan terpercaya, yang telah mengabdi bertahun-tahun di sebuah perusahaan pengembang perumahan. Tak pernah ada keluhan soal kerjanya. Pimpinan pun menaruh hormat padanya, sebab hasilnya selalu rapi, tangannya seolah membawa berkah.
Namun usia tak bisa dibohongi. Badannya mulai ringkih, tenaganya tak segagah dulu. Ia pun beberapa kali menyampaikan niat untuk undur diri, namun pimpinan selalu menahannya dengan halus, berharap pengabdian itu masih bisa dipertahankan sedikit lagi.

Hingga datang hari itu. Hari di mana Pak Kusrin, dengan berat hati, kembali menyampaikan keinginannya untuk berhenti. Kali ini, pimpinan tidak menahan. “Baik, Pak Kusrin boleh undur diri,” ujarnya, “Tapi tolong, bantu satu proyek terakhir. Bangun satu rumah saja lagi.”

Dengan lesu, Pak Kusrin menerima tugas itu. Tapi tak seperti biasanya, kali ini semangatnya sudah memudar. Ia merasa cukup dengan semua yang telah ia beri. Maka rumah yang dibangunnya pun dikerjakan seadanya. Tak seperti dahulu yang penuh ketelitian dan hati, rumah ini dibangun dengan separuh hati—asal jadi, asal selesai. Bahan-bahan pun dipilih sembarangan, tak terlalu dipikirkan kualitasnya.

Setelah rampung, ia kembali ke kantor dengan beberapa kunci rumah di genggamannya. Tapi yang ditemuinya bukanlah pimpinan, melainkan sang sekretaris. “Pak pimpinan sedang menunaikan umrah,” katanya. “Tapi beliau meninggalkan dua amplop ini khusus untuk Bapak.” Dengan penasaran dan sedikit gugup, Pak Kusrin membuka amplop pertama. Isinya surat penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus atas dedikasinya selama ini. Ia tersenyum kecil. Tapi isi amplop kedua membuat tangannya bergetar. Sebuah sertifikat rumah, tercantum atas namanya sendiri. Rumah yang baru saja ia bangun dengan segala keengganan dan rasa jenuh. Lalu ia melihat secarik kertas kecil, tulisan tangan sang pimpinan:

“Sebagai ungkapan terima kasih kami, rumah ini adalah hadiah untuk Bapak.
Terima kasih atas pengabdian Bapak selama ini.
Kunci ini, genggamlah untuk selamanya.”

Saat itu juga, dada Pak Kusrin terasa sesak oleh rasa yang bergemuruh—terutama penyesalan. Rumah terakhir yang ia bangun, rumah yang ternyata disiapkan untuk dirinya sendiri… telah ia kerjakan dengan asal-asalan. Seandainya ia tahu… Seandainya ia masih mau memberikan yang terbaik di akhir… Mungkin rumah itu akan menjadi mahakarya pengabdiannya, bukan simbol penyesalan yang membekas. Merana.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوقُ ‏ “‏ إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا ثُمَّ يَكُونُ فِي ذَلِكَ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يَكُونُ فِي ذَلِكَ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يُرْسَلُ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيهِ الرُّوحَ وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ فَوَالَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُونَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُونَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا ‏”

Dari Abdillah bin Mas’ud radiallahu’anhu, beliau berkata: Kami diberitahu oleh Rasulullah dan beliau adalah orang yang jujur lagi terpercaya – Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya telah disempurnakan penciptaan salah seorang dari kalian dalam perut ibunya selama empat puluh hari dalam bentuk sperma, kemudian dia menjadi segumpal darah selama itu pula, kemudian menjadi segumpal daging selama itu pula, kemudian Allah mengutus kepadanya malaikat, kemudian ditiupkan ruh kepadanya, lalu malaikat tersebut diperintahkan untuk menulis empat perkara; untuk menulis rizkinya, ajalnya dan amalannya dan nasibnya (setelah mati) apakah dia celaka atau bahagia. Demi Allah yang tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Dia. Sesungguhnya salah seorang dari kalian benar-benar beramal dengan amalan ahli surga, sehingga jarak antara dirinya dengan surga hanya satu hasta, lalu dia didahului oleh catatan takdirnya, sehingga dia beramal dengan amalan ahli neraka, sehingga dia memasukinya. Dan salah seorang di antara kalian benar-benar beramal dengan amalan ahli neraka, hingga jarak antara dirinya dengan neraka hanya sehasta, lalu dia didahului oleh catatan takdirnya, sehingga dia beramal dengan amalan ahli surga hingga dia memasukinya.” (HR Muslim)

Tak satu pun dari kita tahu, bagaimana akhir dari perjalanan hidup ini. Meski masih bisa bernapas hari ini, tak ada jaminan esok kita masih diberi waktu. Kita hanya bisa berharap—dan terus memohon—agar akhir itu menjadi akhir yang baik. Husnul khatimah, sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ dalam sabdanya, “ Sesungguhnya amalan itu tergantung pada akhirnya.”

Kisah tentang Pak Kusrin bukan hanya fragmen kehidupan seorang mandor. Ia bisa menjadi cermin bagi siapa saja. Betapa mudah kita lengah di ujung perjalanan. Betapa besar godaan untuk melepas tanggung jawab saat merasa lelah, jenuh, atau merasa cukup. Dan betapa sering kita lupa, bisa jadi justru saat itulah Allah menilai akhir dari seluruh ikhtiar kita. Bisa jadi, proyek terakhir itulah yang akan menjadi kesaksian hidup kita. Bukan apa yang dulu-dulu pernah kita bangun. Maka, bila akhir hidup ini adalah misteri, tak ada pilihan lain selain menjaga setiap langkah dengan penuh kesungguhan. Membekali diri dengan amal yang ikhlas, menata niat, dan berserah pada-Nya dengan harap dan takut. Karena kita sedang membangun rumah kita sendiri—batu demi batu, amal demi amal. Dan tak pernah tahu kapan pintunya akan ditutup.

Janji Allah itu pasti. Allah tidak pernah ingkar. Yang sering tak sabar adalah kita, makhluk-Nya, tergesa menuntut hasil, tergelincir karena lelah, atau berpaling karena merasa terlambat. Padahal, bagi Allah, tidak ada pengabdian yang sia-sia, tidak ada amal yang hilang. Karena itu, mari rawat akhir hidup kita dengan baik, sebelum semuanya benar-benar berakhir.

Comments 4

  1. Adin Mutohar says:
    1 month ago

    Sungguh Alloh telah menulis qodar manusia 50 ribu tahun sebelum diciptakan dan hanya doa hamba-Nya yg bisa merubah qodar -Nya 🙏🙏🙏

    Reply
  2. Fauzi Achmadi says:
    1 month ago

    Subhanallah…ngeriii

    Reply
  3. Dharmajaya says:
    1 month ago

    Susah istirja, senang bersyukur, dicoba bersabar, salah bertobat, itulah ahir yg baik, yg layak diharapkan. Aamiim

    Reply
  4. Parsito. M says:
    1 month ago

    Masyaa Allah sangat menginpirasi …….
    Alhamdulillahi jazakallohu khoiro pak Ustadz,
    Ditunggu tausiah selanjutnya di Majalah Nuansa.

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

KOMENTAR TERKINI

  • PC LDII LAMASI on Persiapkan Perkemahan CAI 2025, LDII Luwu Ajak Generus Bergotong Royong
  • Didin suyadi on Tingkatkan Kemandirian, LDII Kab.Bandung Gelar Diklat Bagi Da’i dan Da’iyah
  • Nanang Naswito on Tingkatkan Kemandirian, LDII Kab.Bandung Gelar Diklat Bagi Da’i dan Da’iyah
  • Lukman Efendi on Wakapolsek Baras Silaturahim ke LDII, Perkuat Sinergi Kamtibmas
  • Lukman Efendi on Wakapolsek Baras Silaturahim ke LDII, Perkuat Sinergi Kamtibmas
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Minhajushobirin Boarding School Bekali Lulusan dengan Teknologi dan Nilai Nasionalisme

Minhajushobirin Boarding School Bekali Lulusan dengan Teknologi dan Nilai Nasionalisme

June 15, 2025
LDII Hadiri Silaturahmi Kapolres Cimahi di Margaasih, Dukung Sinergi Jaga Kamtibmas

LDII Hadiri Silaturahmi Kapolres Cimahi di Margaasih, Dukung Sinergi Jaga Kamtibmas

June 14, 2025
Pelepasan Siswa dan Siswi berprestasi SMP Al Fuqon Boarding School Kota Tangerang

Pelepasan Siswa dan Siswi berprestasi SMP Al Fuqon Boarding School Kota Tangerang

June 17, 2025
Aktris Ida Royani dan Ben Kasyafani Apresiasi Kurban Warga LDII yang Mampu Gerakkan Ekonomi 500-an Miliar Rupiah

Aktris Ida Royani dan Ben Kasyafani Apresiasi Kurban Warga LDII yang Mampu Gerakkan Ekonomi 500-an Miliar Rupiah

June 8, 2025
Minhajushobirin Boarding School Bekali Lulusan dengan Teknologi dan Nilai Nasionalisme

Minhajushobirin Boarding School Bekali Lulusan dengan Teknologi dan Nilai Nasionalisme

11
Manajemen Kerja Ala LDII Selaras dengan Konsep Perbaikan Global

Manajemen Kerja Ala LDII Selaras dengan Konsep Perbaikan Global

4
Tingkatkan Kemandirian, LDII Kab.Bandung Gelar Diklat Bagi Da’i dan Da’iyah

Tingkatkan Kemandirian, LDII Kab.Bandung Gelar Diklat Bagi Da’i dan Da’iyah

2
Wakapolsek Baras Silaturahim ke LDII, Perkuat Sinergi Kamtibmas

Wakapolsek Baras Silaturahim ke LDII, Perkuat Sinergi Kamtibmas

2
Menuju IPSI Cup dan Pra Porprov, Persinas ASAD Kutim Seleksi Atlet

Menuju IPSI Cup dan Pra Porprov, Persinas ASAD Kutim Seleksi Atlet

June 21, 2025
Tingkatkan Kemandirian, LDII Kab.Bandung Gelar Diklat Bagi Da’i dan Da’iyah

Tingkatkan Kemandirian, LDII Kab.Bandung Gelar Diklat Bagi Da’i dan Da’iyah

June 21, 2025
Anggota DPR RI Hanan A. Rozak Ajak LDII Perkuat Ketahanan Pangan

Anggota DPR RI Hanan A. Rozak Ajak LDII Perkuat Ketahanan Pangan

June 21, 2025
Hijaukan Lahan Sempit, Warga LDII Kota Kendari Jadi Pelopor Urban Farming dan Bank Sampah

Hijaukan Lahan Sempit, Warga LDII Kota Kendari Jadi Pelopor Urban Farming dan Bank Sampah

June 20, 2025

DPP LDII

Jl. Tentara Pelajar No. 28 Patal Senayan 12210 - Jakarta Selatan.
Telepon: 021-57992547 / 0811-8604544

SEKRETARIAT
sekretariat[at]ldii.or.id
KIRIM BERITA
berita[at]ldii.or.id

BERITA TERKINI

  • Menuju IPSI Cup dan Pra Porprov, Persinas ASAD Kutim Seleksi Atlet June 21, 2025
  • Tingkatkan Kemandirian, LDII Kab.Bandung Gelar Diklat Bagi Da’i dan Da’iyah June 21, 2025
  • Anggota DPR RI Hanan A. Rozak Ajak LDII Perkuat Ketahanan Pangan June 21, 2025

NAVIGASI

  • Home
  • Contact
  • Jadwal Shalat
  • Hitung Zakat
  • Privacy Policy
  • NUANSA PERSADA

KATEGORI

Kirim Berita via Telegram

klik tautan berikut:
https://t.me/ldiibot

  • Home
  • Contact
  • Jadwal Shalat
  • Hitung Zakat
  • Privacy Policy
  • NUANSA PERSADA

© 2020 DPP LDII - Managed by KIM & IT Division.

No Result
View All Result
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat

© 2020 DPP LDII - Managed by KIM & IT Division.